"Aku tidak tahu kau punya kekasih."
Saat ini mereka bersantai di Common Room karena makan malam telah selesai. Audrey duduk dibawah sofa depan api unggun, Barty di sebelah kirinya dan Evan di sebelah kanannya. Regulus duduk tepat di sofa tepat di belakang Audrey dan Aleida di sampingnya.
"Kau bicara dengan siapa, Crouch?" Tanya Aleida.
"Potter." Mereka semua menatap Audrey bersaman. Regulus memperhatikan Barty dan Audrey, sedangkan Aleida menatap cemas Regulus.
"What?" Tanya Audrey bingung.
"Kalungmu. Sebelum liburan kau tidak memakai kalung. R&R." Tunjuk Barty. Rosier yang di sebelahnya mendekat melihat kalung yang Barty tunjuk.
Audrey menunduk, ia meraba kalung yang jatuh di dadanya. "Oh. It's my mother's. Ayahku yang memberi. Aku pikir akan bagus jika aku memakainya." Bohong Audrey lancar.
"Omong-omong soal ibu, siapa nama ibumu? Aku hanya tahu nama ayahmu karena itu nama depanmu."
"It's Rosemary. Lihat," Audrey memperlihatkan kalung itu agar lebih jelas. "R&R means Rosemary and River." Audrey tersenyum. Ia senang dapat menjelaskan tanpa terbata-bata.
"Cute." Gumam Barty. "Aku kira R&R means Regulus and River Audrey." Celetuk Barty.
Regulus yang membaca buku di sofa harus menggigit bibir dalamnya agar menahan reaksi yang keluar. Audrey tertawa kecil, ia mendongakkan kepalanya hingga dapat melihat Regulus. "Kau dengar itu, Black?"
Pria itu memnunduk menahan tangannya agar tidak mengusap lembut pipi kekasihnya. Sial, Audrey terlihat menggemaskan. "Hm?" Gumamnya.
"Barty kira kalung ini darimu. Apa kau ingin memberiku kalung?" Godanya.
Regulus menepuk wajah Audrey pelan dengan buku. Barty dan Rosier tertawa. Regulus bangkit dari duduk dan mengambil buku berikutnya yang ada di meja. Baru beberapa langkah ia balik suara Audrey menghentinkannya. "Black, tolong ambilkan aku apel." Pintanya.
"What the fuck. . ." Gumam Barty dan Rosier bersamaan melihat temannya balik lagi dan mengambil beberapa apel untuk gadis itu. Mind you, Regulus Black tidak pernah mau disuruh jika itu tidak menguntungkannya.
"Thank you, mon étoile."
Mata Rosier membesar mendengar itu. "What the bloody hell? Mon étoile? My sta—"
"Petrificus Totalus!" Mantra Aleida pada Rosier dan Barty.
"Let's go to my dorm."
Pintu kamar tertutup dan sudah dimantrai. Audrey memegang keningnya berpikir mengapa bisa sebodoh ini?! "R-Reg, I-I'm sorry." Ucapnya meminta maaf.
Regulus mengusap kepalanya menenangkan. "It's okay, Audrey. They're not a big deal." Ia melihat kedua temannya yang masih membeku. "Right. Evan, aku lupa jika kau bisa berbahasa Prancis." Regulus terkekeh pelan. "Yes, kau tidak salah dengar. Audrey memanggilku itu. Aku rasa tidak ada yang perlu dijelaskan karena semua sudah jelas. Tapi aku mohon untuk tidak memberitahu hubungan kami dengan siapa pun. . . I beg you. Hanya kalian bertiga saja yang tahu." Mohon Regulus pada temannya yang masih membeku.
Pria ikal tersebut menggeganggam tangan kekasihnya. Sebelum keluar Audrey bilang, "Oh and Barty. . . You were right. R&R means Regulus and River Audrey." Ucapnya mengedipkan sebelah matanya. Regulus tertawa pelan mendengar itu dan beranjak keluar kamar.
"Hey, bagaimana dengan mereka?!" Teriak Aleida.
"Kau urus!"
◐
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus Black
Fiksi Penggemar"There goes the last great pure-blood dynasty. The maddest woman this world has ever seen." - in which regulus black intrigued with the maddest woman at wizarding world. or - in which regulus has a weird feeling for a potter.