[ 24 ]: Diadem

334 55 4
                                    

Waktu berjalan dengan cepat.

Kian beberapa bulan, Profesor Slughorn telah pulih dan kembali mengajar. Crabbe dan Goyle harus menerima hukuman dikeluarkan dari sekolah. Sempat terbesit rasa kasihan di hati Audrey, namun hal itu terhapuskan dengan Regulus yang selalu mengalihkan pikiran kekasihnya dan berbicara keburukan apa saja yang telah Crabbe dan Goyle perbuat. Seperti, mereka selalu menganggu Lily ketika masih bersekolah dan turut percaya dalam pure-blood mania.

Dalam beberapa bulan terakhir pula Audrey mengumpulkan list barang apa saja yang memungkinkan berisi horcrux. "Lima horcrux. Satu diantaranya sudah dihancurkan." Audrey mengeluarkan diari Tom Riddle yang sudah bolong ditengah. "Sisa empat. Slughorn menyebutkan ibu dari Tom Riddle mempunyai kalung Salazar Slytherin. Pasti kalung itu juga salah satunya."

"Sebut saja nenekmu." Celetuk Barty.

Yang lain tertawa mendengar itu. Bahkan Regulus tersenyum. Rosier mengambil diari. "Kau sudah bertemu dengannya, kan?" Tanyanya pada Aleida. Aleida mengangguk. "Bagaimana wujudnya?"

"Like a normal human."

Rosier mendorong pelan kening Aleida. "Maksudku apakah ia mirip dengan Audrey?"

Bibir Aleida berbentuk O setelah mengerti pertanyaan dari Rosier. "Bentar aku ingat-ingat." Ia menyipitkan matanya dan memegang bahu Audrey. "Yup! Rambut gelap, rahang tegas, tulang pipi tinggi, alis tebal, and those kissable lips." Deskripsinya membuat Audrey memutar matanya malas. Terlalu dilebih-lebihkan. "The Riddle's genes must be something—Oh! Jangan lupakan mata itu. Aku rasa Riddles mempunyai tatapan mata yang tajam. Over all, hanya perbedaan di aksen saja."

"I'm not a Riddle." Sanggah Audrey.

Barty tertawa. "Jadi kesimpulannya Tom Riddle—attractive?"

"Mhm! Wajahnya tampan antagonis."

Kini Barty dan Rosier tertawa mendengar itu. Tampan antagonis! Audrey memutar matanya malas, ia menyenderkan dirinya pada sofa dan menyilangkan kedua tangannya di dada. "Stop it." Regulus yang disebelahnya merangkul, mencoba agar kekasihnya tidak ngambek. "Jika kau lupa, Al, ia hampir membunuhmu. Not to mention he's average." Peringat Audrey pada Aleida.

Aleida terkesiap. "Tom Riddle is average?! Audrey, aku tahu ia hampir membunuhku tapi Tom Riddle tidaklah average. Itu sama saja kau bilang Rosier murid paling pintar di sekolah ini. . . tidak mungkin."

"Hey!" Protes Rosier kencang.

Gelak tawa terdengar. "Hey, at least you've got good genetics." Puji Barty. "Benar kan, Reg?"

Alis Regulus terangkat. Barty mencoba menjual namanya agar Audrey tidak ngambek. Son of a gun. "Shut up, Crouch." Mereka bertiga tertawa melihat Regulus yang mati kutu. Setelah reda ia mulai berbicara lagi." Helga Hufflepuff mempunyai semacam—y'know like a cup. Godric Gryffindor  mempunyai pedang, tapi aku rasa tidak mungkin karena pedang itu hanya dapat muncul dan digunakan oleh para Gryffindor."

"Rowena Ravenclaw memiliki diadem. Aku rasa diadem itu masih di sekitar sini karena the Grey Lady had it." Tambah Barty.

"The Grey Lady?" Beo Audrey.

"Nama aslinya Helena Ravenclaw, putri dari Rowena. Ia merupakan hantu menara Ravenclaw sekarang."

"Can you take me to her?"

Disinilah mereka sekarang. Hanya Barty dan Audrey saja. Mereka jalan di lorong yang cukup gelap ini. "Kau pernah bertemu dengannya?"

"A few times. Ibuku kenal cukup dekat."

Audrey mengernyit. "Ibumu hantu?"

Barty menepok kening Audrey lumayan kencang. "Ibuku dulunya murid Ravenclaw." Beritahunya.

The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang