Belum genap dua puluh empat jam para murid kembali ke Hogwarts, tetapi berita tentang seorang Potter masuk Slytherin sudah menyebar sampai kemana-mana. Orang tua para murid, the daily prophet, beberapa teman Audrey di Beauxbatons, bahkan Kementrian. Berita seorang Potter masuk Slytherin ini sama mengejutkannya dengan seorang Black masuk Gryffindor. Orang-orang bahkan ada yang mempunyai teori bahwa Sirius Black dan Audrey Potter adalah anak yang tertukar.
Seekor burung Hantu milik keluarga Potter masuk dari jendela kamar, Audrey lantas mengambil surat itu dan memberi makan burung tersebut. "Here you go."
Tertanda cap keluarga Potter di surat. Fleamont dan Euphemia. Well, Audrey tidak menulis surat tentang dirinya yang masuk Slytherin, tapi James pasti. Ia meletakkan surat tersebut di atas nakas dan kembali bersiap. Akan dibaca nanti, kalau ia ingat.
"Ugh, Potter!" Teman sekamarnya, yang sayangnya Audrey lupa akan namanya. "Bisakah surat-surat itu berhenti? Aku tidak bisa tidur semalaman karena berita tentang kau!" Keluhnya.
"Sebenarnya kau bisa tidak mendengar suara dengan menutup tirai ranjangmu, otomatis akan kedap suara." Ucapnya tanpa mengalihkan mata dari cermin, Audrey mengaplikasikan pewarna bibir. "Tapi maaf bila kau terganggu—err, siapa namamu?"
"KENAPA TIDAK BILANG POTTER, UGH." Marah gadis itu, ia mengambil handuk dan pergi keluar kamar. "The name is Aleida Nott. Don't you ever fucking forget it."
"Right, Aleida Nott." Gumamnya. Ia memasang dasi hijau Slytherin, dan menghela napas panjang. Ia di Slytherin. Seluruh keluarganya di Gryffindor. Terbesit dalam pikirannya bahwa ia anak pungut. Namun dengan cepat ia menggeleng dan menyuruh otaknya untuk berhenti berpikir yang seperti itu. "I fucking hate vest." Tanpa memakai vest ia memasang jubah lalu mengambil tasnya. Audrey Potter siap.
Audrey masuk ke Great Hall di sambut dengan gelak tawa sepupu dan kawan-kawannya. "Audrey! My favourite cousin!" James menghampiri dan merangkulnya.
"I'm your only cousin, James." Ucap Audrey seraya memutar matanya malas.
"That's true. So how's your day?"
"James," mereka berhenti tepat di meja Slytherin, di dekat Barty, Evan, dan Regulus. Tempat di mana semalam Audrey duduk, "It's seven in the morning. Aku bahkan belum dua puluh empat jam di Hogwarts." Mereka duduk. Yap, mereka, James ikut.
Barty yang sedang lahap makan tiba-tiba berhenti, begitu pula Slytherin lain yang lihat. "What are you doing here, Potter?"
"Duduk." Jawab mereka bersamaan.
"No, not you." Barty menunjuk James, "YOU. You're a Gryffindork."
"Annndd? You're a bloody Slytherin." Jawab James santai.
Evan menghela napas panjang, ini terlalu pagi untuk sebuah argumen antara Slytherin dan Gryffindor. "Kau sebaiknya pergi, Gryffindor Potter."
"Ahh, Evan Rosier! Namamu membuatku rindu Lily-Flower." Ia bangkit dari duduk tapi sebelum itu mengecup kilas pipi sepupunya. "Sampai nanti, cousin!"
"Please, jangan samakan aku dengan mudblood itu." Gumam Evan. Tapi sial James mendengar itu, ia berbalik dan tanpa sepengetahuannya menjambak keras rambut Evan hingga ia jatuh dari duduknya. "Ow, sialan!" Aksinya membuat Great Hall penuh tawa.
"Mr Potter!"
"Good morning to you too, Minnie!"
Barty dan Regulus menolong Evan bangun, tetapi sebelum itu mereka tertawa keras. Well, hanya Barty yang tertawa sangat keras, Regulus hanya terkekeh pelan. "Jangan tertawa, sialan!" Omel Evan.
Audrey tersenyum kecil, "you okay there, Rosier?"
Evan menatapnya tajam, "I hate your cousin." Ucapnya seraya mengelus kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus Black
Fanfic"There goes the last great pure-blood dynasty. The maddest woman this world has ever seen." - in which regulus black intrigued with the maddest woman at wizarding world. or - in which regulus has a weird feeling for a potter.