[ 28 ]: The Prophecy

359 59 9
                                    

Rutinitas Audrey kini berbeda.

Pagi hari Audrey bangun disuguhi pemandangan kekasih—maaf, tunangannya yang masih tertidur pulas disebelahnya. Membangunkan Regulus dengan kecupan-kecupan kecil dan pelukan di pagi hari seraya menikmati sinar matahari pagi yang masuk melalui jendela besar di kamar. Keduanya lalu bergantian mandi dan aktifitas dimulai dari dapur.

Sebelumnya Audrey tidak tahu bahwa Kreacher bertugas setiap urusan yang ada di dapur. Satu hari setelah Audrey pindah paginya ia berniat membuat sarapan untuk dirinya dan Regulus. Siangnya ketika keduanya bersantai di halaman belakang Kreacher tiba dengan wajah sendu. Regulus bertanya dan Kreacher bertanya balik apakah Regulus sudah tak mau memakai jasanya lagi. Karena bingung ia meminta Kreacher menjelaskan apa yang terjadi. Dengan sesegukan Kreacher menjelaskan bahwa ia melihat Audrey membuat sarapannya sendiri tanpa bantuan peri rumah tersebut dan mengira bahwa Regulus memecatnya. Merasa bersalah, Audrey meminta maaf dan menjelaskan bahwa ia tak tahu tugas peri rumah karena keluarga Potter tidak memakai jasa mereka. Lalu terciptanya sebuah kesepakatan bahwa Audrey hanya dapat membuat teh saja di pagi hari dan sisanya urusan dapur adalah tugas Kreacher.

Audrey meletakkan teh di meja. Mereka memutuskan untuk sarapan di halaman belakang karena tak mau menyia-nyiakan pagi yang cerah. Regulus membaca koran dan menyeruput teh bikinan Audrey. "Thank you, Audrey." Regulus kembali meletakkan camgkir di meja. "Siang nanti Sirius akan kemari." Lapornya.

Tak dapat sahutan Regulus melirik surat yang dibaca Audrey. Ia menutup koran dan menopang wajah tampannya di telapak tangan. "Apakah itu surat dari penggemar rahasia? Is it Diggory?" Audrey menatapnya sengit. Tangannya melayang untuk menjambak pelan rambut Regulus yang dengan cepat dihentikan oleh pria tersebut. Regulus mengecup lembut telapak tangan lalu buku-buku jari Audrey tanpa mengalihkan kontak mata. "I'm kidding, sweet girl."

Ironik. Marahnya Audrey (kalau James deskripsikan) bisa membuat rumah bergetar dan Regulus sempat-sempatnya menyebut Audrey sweet girl. He is so whipped. "Lily's pregnant." Beritahunya.

"Lily Evans?"

"Lily Potter." Koreksi Audrey.

"Then we should conglaturate them." Regulus bangun dari duduk dan menyodorkan tangannya. "C'mon. Mari kita bikin surat." Audrey mengenggam tangan Regulus dan bangkit menuju ruang kerjanya. Salah satu ruangan dari rumah ini yang membuat Audrey nyaman.

Sirius tiba di ruang kerja Regulus dan disuguhi oleh pemandangan Audrey yang berada di pangkuan adiknya dengan bibir mereka yang menyatu. Dehaman Sirius membuat keduanya sadar akan kehadirannya. Audrey bangkit dari pangkuan. "Please, don't mind me." Ucap Sirius sarkastik dan duduk di hadapan Regulus dengan meja yang memisahi keduanya. Tapi Regulus menanggapi ucapan saudaranya serius, pria tersebut menarik tunagannya kembali pada pangkuannya. "Oh Godric." Gumam Sirius.

"How's London?" Tanya Regulus basa-basi seraya memeluk pinggang Audrey.

"London's fine. Tapi jangan kirim aku ke Grimmauld Place lagi, Reg." Tangan Audrey mencari rokok di laci meja dan menawarkannya pada Sirius. Sepertinya calon kakak iparnya butuh itu untuk rileks. "Thanks." Gumam Sirius. Ia menyalakan pematik dan menghirup dalam rokok tersebut, tubuhnya nampak lebih rileks. "She's bloody crazy. Berteriak bahwasanya sekarang dirinya lebih rendah daripada muggle dan squib karena tak dapat menggunakan sihir."

Regulus terdiam. "Anything else?"

"Lily's pregnant." Beritahunya.

"James baru saja mengirimi kami surat." Jawab Audrey tersenyum. "Maukah kau mengantarkan surat ini pada mereka?" Audrey melipat surat yang sudah Regulus tulis (tulisan Regulus lebih rapih daripadanya) yang berisikan ucapan selamat, tak lupa dengan tanda tangan Regulus dan cap keluarga Black.

Sirius menerima surat tersebut dengan wajah muram. "What's wrong? Sedih karena James akan punya anak?" Tanya Regulus menyadari raut wajah kakaknya.

"Tidak—hanya saja. . . listen, aku tidak seharusnya memberitahu kalian ini tapi—" Sirius membenarkan posisi duduknya. "There's—a prophecy by Sybill Trelawney."

"Sybill Trelawney?" Beo Audrey.

Regulus berdecak. "Orang-orang masih mendengarkannya? Ia bahkan tidak dapat ingat apa yang dibicarakannya."

"Yes but Dumbledore trust her."

"So?" Tanya Audrey dan Regulus bersamaan.

"He came to us. Memberitahu kami tentang ramalan tersebut." Kreacher tiba mengantarkan minum untuk Sirius. "Ramalan tersebut mengatakan bahwa akan lahir seorang laki-laki dengan darah yang diincar oleh Pangeran Kegelapan karena dengan setetes darah laki-laki tersebut dapat menghidupkan kembali Pangeran Kegelapan." Cerita Sirius. "Tak hanya mendatangi Lily dan James, tapi ia juga mendatangi Alice dan Frank Longbottom."

"Aku tidak mengerti. . . apakah Dumbledore langsung mengasumsikan laki-laki tersebut adalah bayi mereka?" Tanya Audrey bingung.

"Bayi tersebut akan lahir di bulan tujuh. Akhir bulan tujuh. Itu ramalan pertama. Ramalan kedua adalah ramalan pertama akan gagal jika ada seseorang yang meghancurkan seluruh jiwa Pangeran Kegelapan." Sambung Sirius.

Audrey menegang mendengar kata jiwa. Sirius mengernyit heran melihat Kreacher yang tak kunjung pergi juga. "What is it, Kreacher?" Tanya Sirius.

Nampak peri rumah tersebut ragu untuk bicara. "You may speak, Kreacher." Perintah Regulus.

"M-Master Regulus, P-Pangeran Ke-Kegelapan adalah Dia yang Namanya Tidak Boleh Disebut."

"Why?" Tanya Sirius.

Kreacher menggeleng. Wajahnya pucat. "He—he is y-your uncle, Milady."

Audrey berdiri. Tangannya masih dipegang oleh Regulus, sepertinya pria tersebut berusaha menenangkannya. "Tom Riddle? Mengapa namanya tak boleh disebut?"

"D-Dia tidak menggunakan nama aslinya, Milady. He went by—" Kreacher bahkan nampak sulit untuk mengucapkannya.

"He's dead, Kreacher. Kau bisa sebut namanya."

"N-No, Milady. H-He's not dead yet. Tidak sebelum jiwanya hancur semua."

Audrey mendekat dan Kreacher mundur. Regulus dan Sirius berdiri. "Apa yang kau ketahui tentangnya, Kreacher? About his soul?"

"H-Horcrux." Bisik Kreacher. Audrey berhenti, jantungnya berdegub kencang. "K-Kreacher tahu d-dimana salah satu Horcrux tersebut disimpan."

"Where is it?"

"Far away from h-here, Milady."

"Take me there."

Regulus memegang tangannya. "It's us, Audrey. Aku tidak akan membiarkanmu sendiri."

"Reg, it could be dangerous. Aku tidak bisa membiarkan posisimu dalam bahaya. Kau kepala keluarga sekarang. Your family needs you."

"What happened to 'If you say run, I'll run with you. And if you say hide, we'll hide', hm?" Regulus menarik pelan dagu Audrey. "Dan sekarang aku mau kita lari ke seluruh Inggris untuk mencari dan menghancurkan horcrux tersebut." Regulus menyatukan kening mereka. "Aku menjadi kepala keluarga karena kau, Audrey. Menjadi kepala keluarga itu artinya aku telah mengambil satu langkah untuk melindungimu dari segala bahaya. I have that power now. Dan aku tak akan pikir panjang untuk menggunakan kekuasaan itu demi kamu, Audrey." Regulus mengecup bibir, hidung, lalu kening tunangannya. Audrey tersenyum, ia pasti sudah melakukan kebaikan di kehidupan sebelumnya dan Tuhan dengan baik hati mengirimkan Regulus untuknya.

"I don't deserve you." Bisik Audrey. Regulus berdecak sebal. "Really." Tambah Audrey. Regulus menyerang wajah Audrey dengan kecupan-kecupan kecil.

"Bloody hell, love birds. Ada anak dibawah umur!" Ucap Sirius seraya menutup mata Kreacher.

happy reading!

The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang