[ 12 ]: The Truth

855 119 3
                                    

Kedatangan Sirius Black dan Remus Lupin membuat Audrey pusing. Pasalnya setelah ketiga pria ini digabungkan mereka sangatlah heboh, terutama James dan Sirius. Remus masih bisa tenang, tetapi dapat Audrey lihat ia juga sedikit tegang.

"Right." James memegang tangan sepupunya. "You jump, I jump." Ucapnya dramatis.

Audrey menghembuskan napasnya pelan, ia mengangguk setuju. "Jump!" Perintahnya tiba-tiba yang membuat James tertarik hingga ia juga ikut jatuh padahal belum siap.

Dan sepertinya Audrey mulai menyesali menyetujui permohonan James agar temannya bisa ribut. Karena mereka kecuali Lupin menjerit selama mereka melompat. "Salazar's sake, Black! Shut your big mouth!" Bentak Audrey ketika mereka mendarat. Ia bangun dan mengeprakan jubahnya yang kotor akan debu.

Sirius terdorong oleh remus karena sengaja tidak sengaja ia jatuh diatasnya. "Sorry Mooooons." Ia mengangkat jari telunjuk dan tengahnya untuk berdamai. Pandangannya lalu beralih pada sepupu James, "There's no Salazar in here, hun. Only Godric." Ucapnya tersenyum meledek.

"Fuck you and all your shitty Gryffindork friends." Gumam Audrey. "Kecuali kau. Kau favoritku." Ujarnya menepuk pelan pipi James.

"What was that?" Tanya Sirius.

"Kau harus memotong rambut jelekmu, Black. Pendengaranmu buruk sekali." Ledek Audrey gantian.

Sirius terkesiap dan menutup mulutnya dramatis, "don't you dare insult my shiny, shimmering, splendid, and absolutely beatiful hair, Potter! Lagian bukan aku saja yang tidak mendengar. Kau berbicara menggunakan bahasa ular. Lagi."

Audrey mulai berjalan diikuti oleh ketiganya tanpa mempedulikan ocehan Sirius. "This is it." Mereka berhenti di depan pintu bundar yang terdapat ukiran ular. "Coba buka." Suruh James.

"Bagaimana aku membukanya jika aku tidak pernah kemari, James."

Pria berkacamata tersebut hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maybe in Parseltounge?" Usul Remus.

Usulan Remus benar! Mereka masuk dan di dalamnya sangatlah-becek. Audrey menyipitkan matanya melihat seorang gadis tergeletak tidak berdaya. wait-ALEIDA? Segera ia berlari kencang tanpa mendengarkan teriakan sepupunya. "Aleida? Aleida wake up!" Audrey mengguncang tubuh gadis itu. Tapi tubuhnya sedingin es, no no no no, Aleida tidak mati kan? No, gadis itu tidak boleh mati. Ia tidak mau dia menghantui kamarnya.

"She won't wake." Perhatian keempatnya beralih pada suara yang tidak dikenal. Seorang pria asing dengan seragam Hogwarts berdiri di kegelapan. Ia lalu melangkah hingga Audrey dapat mengenalinya-Riddle. Tom Riddle. "She's still alive but only just. . ."

"Who is this guy?" Sirius membuka mulutnya.

"Riddle." Gumam Audrey. Ia berdiri lelaki tersebut tajam, "you did this, aren't you?"

"Who is this guy, Audrey?" Tanya James bingung.

"Kau membuka the Chamber of Secrets." Ujar Audrey tanpa memperjelaskan pada sepupunya. "Kau juga memerintahkan Basilisk untuk menyerang sekolah."

Riddle tersenyum tipis, "you're a smart girl. Semua yang kau katakan benar." Ia mengangkat tangannya untuk menyentuh dagu Audrey. Tapi belum sempat James sudah terlebih dahulu menepis keras tangannya. James membawa Audrey mundur dengan melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu protektif, Riddle menatapnya tajam. "But not smart enough. Aku berharap kau menyadari lebih cepat, y'know."

"What do you want? Dimana monster itu?"

"Basilisk? Dia tidak akan datang kecuali dipanggil." Riddle menatap ke-empat remaja didepannya. "You see as poor Aleida grows weaker I grow stronger. It was Aleida Nott who opened the Chamber of secrets."

The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang