"In the middle of the match?"
"Mhm." Angguk Audrey. "Setelah itu kapten quidditch Gryffindor kehilangan fokus dan Regulus berhasil mengambil golden snitch." Audrey membuka laci meja belajarnya. "Here it is." Tunjuknya pada Lily.
"I wish I could see it." Ucap Lily seraya memperhatikan golden snitch itu.
James mendengus. "Mrs Potter, please, aku bisa lakukan itu jika kau mau. . . atau lebih. Kita bisa melakukan ulang pernikahan dengan golden snitch itu."
Semenjak menikah James selalu memanggilnya Mrs Potter. Entah karena pria tersebut masih tidak percaya ia menikahi gadis pujaan hatinya sejak tahun pertama atau untuk mengingatkan Lily bahwa mereka berdua menikah. Yang pasti Audrey jengah mendengarnya.
"James, berhenti memanggilku dengan panggilan itu." Protes Lily. "Lagipula moment spesialnya bukan karena Regulus memberi Audrey golden snitch, tapi bagaimana hubungan mereka terpublikasi. Dan juga berkat Audrey Slytherin menang." Perjelas Lily.
"Lils! Mereka menang melakukan kecurangan!" Mungkin James Potter lupa, Audrey dan kawan-kawanya adalah Slytherin. Tentu sudah mendarah daging.
"Oh Jamie, bukan curang tapi jenius." Sanggah Audrey membuatnya dan Lily tertawa sedangkan James cemberut kesal.
Terdengar suara burung hantu mendarat di jendela kamar. Audrey bangkit dan mengambil surat tersebut. Ia mengernyit. Regulus. Baru saja ia mengirim surat pagi tadi bilang akan mengunjungi dunia muggle dengan pamannya—Alphard. Apakah sudah balik? Tapi sekarang baru pukul sepuluh pagi. Ia duduk dikasur dan membuka surat tersebut.
James memperhatikan raut wajah sepupunya. Kebingungan mendominasi, "Ada apa?"
Audrey melipat lagi surat tersebut. "Mr Black—Ayah Regulus dan Sirius meninggal. Mrs Black mengundangku ke pemakamannya dan Sirius juga."
"What? Tidak mungkin."
Audrey memutar matanya malas dan memberi surat tersebut. Ia bangkit dan membuka lemari bajunya, mencari pakaian serba hitam dan berganti. Selagi bersiap di depan meja rias telinganya dipaksa mendengar ocehan James. "Kau yakin Regulus yang mengirim surat? Bisa saja orang iseng yang mau menjahilimu."
"Orang iseng yang menjahiliku hanya kau, James."
Audrey mempoleskan blush on agar tidak pucat dan tinted lip balm."That's not true."
Audrey berdiri, ia sudah siap. "James, tolong bilang pada paman dan bibi aku pergi." Ia meraih bubuk floo. Ia mengecup pipi sepupu dan iparnya. Bubuk floo ia lemparkan dan detik berikutnya Audrey sampai di rumah Alphard.
◐
Disinilah mereka sekarang. Berdiri di depan Grimmauld Place Nomor 12. Aneh, Aleida bilang keluarga Black adalah salah satu keluarga pure-blood yang harta kekayaannya tidak akan habis tujuh turunan. Lantas mengapa mereka memilih tinggal di pemukiman muggle. Not to mention rumah ini jauh dari kata mewah.
Ketiga Black tersebut—Alphard, Sirius, dan Regulus masing-masing menatap Grimmauld Place Nomor 12 dengan tatapan yang berbeda dan juga tentu dengan memori yang berbeda. Audrey dapat melihat dari luar jendela seorang perempuan bersurai pirang dan ikal. Ia menunduk, memperhatikan pakaiannya sendiri dan membandingkannya dengan mereka. "What is it?" Tanya Regulus.
"I think I'm underdressed."
"No. You're perfect. Pakaianmu tidak membuat kecantikanmu berkurang." Ucap Regulus pelan seraya mengecup mesra pelipis Audrey.
Sepertinya Alphard dan Sirius harus terbiasa dengan Regulus mode budak cinta. Alphard mengajak mereka masuk, disusul oleh Sirius. Lalu Regulus meletakkan tangannya di pinggang Audrey dan mereka masuk ke dalam Grimmauld Place Nomor 12.
![](https://img.wattpad.com/cover/333346658-288-k777957.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus Black
Fanfiction"There goes the last great pure-blood dynasty. The maddest woman this world has ever seen." - in which regulus black intrigued with the maddest woman at wizarding world. or - in which regulus has a weird feeling for a potter.