Here they are. At Tom Riddle's horcrux cave.
Or should she said Voldemort's horcrux cave. Dengan baik hati paman Alphard mengambil alih tugas Regulus sebagai Kepala Keluarga dan memberitahu informasi mengenai Tom Riddle. Memang ia tidak terlibat langsung, tapi setidaknya ia hidup di perang saudara antara kedua Riddle tersebut.
Paman memberitahu bahwa nama lain dari Tom Riddle adalah Voldemort. Ia membuat nama panggilan tersebut karena benci nama aslinya yang sama dengan ayah mugglenya. Audrey yang mendengar itu mendengus geli. Ia tidak akan pernah memanggil paman jahatnya dengan nama Voldemort. Ia akan terus memanggilnya Tom Riddle, ia ingin membuatnya kesal. Kesal dan lemah karena Audrey tahu ia tak akan bisa berbuat banyak tanpa ada wujud.
"Bagaimana kita bisa masuk ke dalam?" Tanya Sirius.
"Through this door. The door requires a small blood sacrifice to open." Jelas Kreacher.
Audrey menggulung lengan tangannya untuk memberikan setetes darah. tetapi Regulus sudah merobek telapak tangannyaa terlebih dahulu dengan silet yang dibawanya. Ia menempelkan darahnya di pintu masuk gua.
Pintu terbuka lebar. Sebelum masuk Audrey menahan Regulus. Ia mencengkram kedua pipi tunangannya dengan satu tangan. "Listen here, Regulus. Sebelum kita melakukan apapun atau hal bodoh, kita komunikasi. Aku tidak mau kau mengambil keputusan sendiri, you're not the boss. Is that clear?"
"Yes, Ma'am."
Audrey melepas cengkramannya. Ia memegang tangan kanan Regulus yang robek. "Please don't give me a heart attack. Aku tidak mau jadi pasien jantung termuda."
Regulus tersenyum kecil. "I'm sorry, sweet girl."
There. Regulus selalu menyebutnya sweet girl ketika ia marah atau kesal. Pria tersebut tahu bagaimana meluluhkan hatinya dengan cepat.
Untungnya Sirius membawa sapu tangan di kantong celananya. Audrey membungkus luka Regulus agar darahnya berhenti mengalir. "Akan aku obati nanti di rumah." Regulus tersenyum mendengar itu.
Sedangkan Kreacher pesimis mendengar kalimat tersebut. Mereka masuk ke dalam gua yang gelap. Sekeliling mereka air yang Audrey pastikan didalamnya banyak makhluk gelap. Mereka tiba di depan hocrux tersebut, tapi terdapat pelindung seperti air.
"Mirip sekali dengan wastafel di rumahku." Gumam Sirius.
"Ramuan ini tak akan hilang jika tidak diminum. Tidak bisa dibuang begitu saja." Jelas Kreacher.
Mereka bertiga tatap-tatapan. "I'll drink it." Ucap Audrey.
"No." Respon Regulus cepat. "Not so fast. Kita komunikasi, ingat?"
"Well it's my turn now, is it? Kau sudah mengambil jatahmu di depan tadi."
"No. There's no way I'll let you drink it."
"I don't need your permission. I'll drink it."
"Yeah? Over my dead body." Regulus menarik Audrey untuk pindah ke sisi Sirius. "Hold her tight." Perintahnya.
"NO!" Teriak Audrey. Ia melepas paksa pegangan Sirius dan mendorong Regulus untuk menjauhi tempat hocrux itu berada.
Sebelum keduanya adu mulut lagi Sirius berdiri diantaranya. "That's enough you two." Sirius menatap keduanya. "Aku yang akan minum." Ucapnya. "No, listen. Both of you are the geniuses dan dapat mengeluarkan kita semua dengan aman dan hidup dari gua ini. So I'll drink it. Okay?" Sirius menatap adiknya. "Aku tahu kau Kepala Keluarga, buy you're still my little brother."
Mereka terdiam. Audrey dapat mendengar isi hati Regulus yang tersentuh. Ia tahu betul pria tersebut akan menangis jika tak ada orang disekitarnya. "Right. Step away." Ucap Sirius. Ia mengambil napas dalam, tangan pucatnya mengambil wadah untuk meminum ramuan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus Black
Fanfic"There goes the last great pure-blood dynasty. The maddest woman this world has ever seen." - in which regulus black intrigued with the maddest woman at wizarding world. or - in which regulus has a weird feeling for a potter.