[ 10 ]: Diary

883 119 6
                                    

Liburan terbenam dan ujian terbit.
Kali ini mereka berdua, Audrey dan Aleida berada di kamar mandi perempuan. Bukan kamar mandi perempuan pada umumnya, sebab Audrey tidak pernah datang ke sini. Dan untuk kamar mandi perempuan, ini terlalu sepi. Ia kembali menatap temannya yang mencatat contekan di sebuah kertas kecil.

"Menurutku kamar adalah tempat paling cocok untuk mencatat contekan jika tak ingin orang-orang tau." Ucap Audrey.

Tanpa menoleh untuk menjawab Aleida berbicara, "Tidak ada yang pernah ke sini."

"Why."

"Moaning Myrtle." Jawab Aleida.

"Siapa?"

"Moani—"

Terdengar suara tangisan diiringi dengan jeritan dari luar kamar mandi. Lalu semakin lama semakin dekat. Itu dia. Moaning Myrtle. Menangis seperti biasanya. Ia masuk ke dalam salah satu kamar mandi menyebabkan genangan air. Sontak kedua Slytherin itu berdiri. "Moaning Myrtle. Ada apa?" Tanya Aleida.

"Here I am, minding my own business and someone thinks it's funny to throw a book at me." Hantu itu mendekat.

"But who threw it at you, anyway?" Tanya Audrey.

Hantu tersebut menatapnya, "I don't know. I didn't see them." Lalu ia pergi dan menangis lagi ke lain tempat.

Sekilas mata Audrey melihat buku di lantai. Tergerak rasa untuk mengambilnya. Buku tersebut basah karena air yang Myrtle sebabkan. Audrey mengibas-ibaskan air dari buku tersebut. Ia membolak-balikan buku itu agar bisa dikembalikan pada yang punya. Tapi ia tak melihat nama ataupun tanda. Buku tersebut juga kosong. Sama sekali tak memiliki isi. Akhirnya ia mengeringkan buku tersebut dengan sihir dan segera pergi ke kelas berikutnya.

"Baiklah. Jangan malam-malam, besok masih ada ujian terakhir." Aleida merapihkan selimut. "Selamat malam."

"Malam, Aleida." Audrey mematikan lampu dan naik ke atas ranjang miliknya. Ia bersandar selama beberapa detik dan seketika ingat apa yang akan ia lakukan.

Dengan penuh rasa penasaran Audrey meraih buku di atas nakas dan menutup tirai sekeliling ranjangnya. Ia mulai membolak-balikan buku dan menemukan sebuah nama di belakangnya. Tom Marvolo Riddle. Aneh. Nama tersebut seperti nama pria dan buku tersebut ditemukan di kamar mandi perempuan.

Akhirnya karena rasa penasaran yang menumpuk Audrey membuka buku itu. Kosong. Ia mengambil pena dan tintanya. Setitik tinta jatuh ke buku itu dan menghilang. Audrey terbelak. Ia mencelupkan penanya beberapa kali ke dalam tinta dan mulai menulis namanya.

Sebuah tulisan kemudian muncul dari permukaan kertas, "Hello Audrey Potter, my name is Tom Riddle." Lalu menghilang.

Audrey nampak berpikir. Apakah Tom Riddle tau tentang Chamber of Secrets? Rasa penasaran menang. Audrey menanyakan hal itu pada Riddle. "Yes." Jawab tulisan itu singkat. Audrey berdecak, mengapa tidak langsung menjelaskan. Ia mencelupkan penanya pada tinta agar tidak kering, dan bertanya apakah Riddle bisa menjelaskan. "No." Jawabnya singkat. Hampir saja Audrey membanting buku itu tetapi tulisan Riddle muncul kembali, "But I can show you. Let me take you back thirty six years ago."

"Show?" Celetuk Audrey. "How?"

Lalu buku tersebut membalikkan kertas sendiri seperti tertiup angin. 13th June. Audrey menatapi buku itu dengan seksama. Kemudian cahaya dari tengah buku keluar dan tiba-tiba Audrey berpindah tempat.

Audrey mengenali tempat ini, oh ya, Hogwarts. Tapi Hogwarts ini tampak sangat tua. "Helo." Ucap Audrey melihat seseorang. Shit. Umpat Audrey sadar, ia berada di dalam memori. Gadis itu terbelak melihat beberapa orang menggotong sebuah papan yang tertutup, tapi tangannya keluar. Apakah ia meninggal?

"Riddle." Panggil seseorang. Dumbledore.

Dengan bersamaan Audrey dan Riddle menengok ke asal suara, "Profesor Dumbledore." Ia menghampiri pria tua itu yang diikuti oleh Audrey. "I had to see for myself if the rumours were true."

"I'm afraid they are, Tom. They are true." Dumbledore menatap Riddle curiga. "Is there something you wish to tell me?"

"No, sir. Nothing." Mereka bertatapan beberapa detik. Audrey seketika ingat percakapan mereka. Dumbledore menanyakan hal yang sama—dan ia balas dengan jawaban yang sama.

Riddle lalu berjalan dengan cepat sehingga Audrey tertinggal di belakang. Ia berlari kecil untuk menyamakan langkah mereka. "Riddle, jika kau bisa dengar tolong pelankan langkah kakimu, sialan!" Mereka memasuki lorong yang lumayan gelap, "Merlin's sake!"

Mereka sampai di salah satu tempat yang lumayan sepi. Riddle membuka pintu, "Evening, Hagrid." Begitu banyak informasi yang ia dapatkan sampai tidak sadar dirinya telah kembali ke dunia asli.

Tiba-tiba tirai ranjang terbuka menampilkan Aleida yang siap dengan seragamnya. "Kau sudah bangun dari tadi? Mengapa tidak bersiap?"

"Huh? Jam berapa sekarang?"

"Tujuh pagi. Dan cepat, hari ini terakhir ujian." Aleida duduk di depan cermim dan mulai merias wajahnya.

Tujuh pagi. Selama itukah ia menyelam di diari Tom Riddle? Audrey dengan cepat meletakkan buku tersebut di samping tasnya dan mengambil handuk serta alat kebutuhan mandi lainnya. "Great. Fucking great!"

Hari terakhir mereka ujian akhirnya selesai. Audrey telah menceritakan segalanya pada Aleida dan mereka berakhir di perpustakaan mencari nama Tom Marvolo Riddle. Audrey pikir ia lulus dari akhir sekitar tahun 1943-1945an. Mereka tampak tenggelam mencari daftar nama siswa hingga tidak mempedulikan Regulus Black menghampiri.

"Ujian telah berakhir."

"Merlin's Ball!" Teriak Aleida yang mendapat pelototan dari Madam Pince. Ia meringis dan mengangkat kedua tangannya memohon ampun. "Benar-benar kau, Black."

Regulus tidak mempedulikan karena Audrey juga tampak tidak mempedulikan kehadirannya. Ia mendekati gadis itu. "Apa yang kau cari?" Bisik lelaki itu dekat dengan telinganya.

"Black!" Seru Audrey yang sayangnya mendapatkan pelototan juga dari Madam Pince. Gadis itu mengelus dadanya guna menenangkan jantung yang berdetak cepat. Entah karena lelaki itu selalu mengejutkannya atau jarak mereka yang dekat. Regulus mengulang pertanyaannya. "Daftar nama." Jawab Audrey.

"Untuk?"

"Menca—"

"Audrey!" Seru Aleida berbisik. "Aku menemukannya." Ia menghampiri membawa buku tahunan. "Ini dia. Tom Riddle." Audrey meraih buku tersebut dan melihat wajah tampan Riddle. "Ia berada di tahun yang sama dengan Ayah dan Ibu. Mungkin juga sama dengan Mr dan Mrs Potter."

Audrey menatap foto Riddle dengan seksama. "Aku sudah mencari daftar siswa sebelumnya. Tapi tidak ada nama Riddle selain Tom."

Dehaman terdengar. Regulus merasa dianggap tiada. Ia mendekat melihat apa yang mereka diskusikan. "Bisa jadi muggleborn atau half." Regulus memperhatikan dengan dekat kali ini. Sungguh, seperti yang sudah pernah melihat wajah lelaki ini. Tetapi di mana?

"Err, Audrey." Panggil Aleida. "Bukan hanya Tom Riddle saja yang mempunyai nama belakang Riddle."

"What do you mean?"

"There was a girl." Aleida membalikkan halaman dan menunjuk foto seorang gadis cantik dengan surai ikal gelap panjang dan mata gelap. Gadis itu tersenyum di foto. Sangat manis. Tangan Audrey menelusuri wajah gadis itu dalam foto. Matanya membaca nama di bawahnya.

Rosemary Riddle.

happii reading teman-teman!

The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang