[ 30 ]: Soul

187 38 0
                                    

Audrey dan Regulus sementara waktu menetap di Inggris.

Tepatnya di rumah James dan Lily. Keduanya memaksa mereka untuk tinggal beberapa waktu sejak dari Gua tersebut. Dengan telaten suami istri tersebut mengurus Sirius yang lemas karena ramuan yang diminumnya, begitu juga dengan Regulus dan Audrey. Terutama Audrey. James dengan rutin mengecek sepupunya tiap saat.

Saat ini ia berada di kamar, duduk di pinggir kasur dengan tangan yang mengusap kasar wajahnya. Audrey berdiri mendekati laci di sebelah kasur. Ia perlahan membukanya. Kalung Salazar tersebut nampak terlihat. Dengan hati-hati ia mengambil kalung tersebut, Audrey menelitinya dengan seksama. Mungkin ini satu-satunya peninggalan dari leluhurnya yang ia temui—dan akan ia hancurkan dalam waktu yang tak lama.

Entah dari mana bisikan yang didengarnya, tanpa disadari Audrey memakai kalung tersebut. Ia memandangi pantulan dirinya di cermin. Tangannya memegang kalung yang ia kenakan. 

"Please! They are yours!" 

Kepala Audrey dengan cepat menengok ke arah pintu. No. Itu bukanlah suara Lily. Suara tersebut merupakan suara wanita yang menangis dan memohon. Audrey membuka pintu kamar keluar. Tak ada seorangpun disini. 

"No! Save her!" 

Dahi Audrey mengerut, kepalanya mulai sakit. 

"You promised me, River." 

River? Ayahnya. Apakah wanita tersebut Ibunya? Suaranya berbeda dengan wanita pertama. 

"Apa yang kau lakukan, huh? Berteman dengan Gryffindork? With the Potters? The blood traitor?"

"Shut up, Tom." 

"Kau bilang sendiri bahwa kita akan melakukan ini bersama. We could rule together. You and me, Rosey. Dan mereka akan takut ketika mendengar nama kita, mereka akan membungkuk setiap kita berada di penglihatan mereka, mereka tidak akan berani menatap mata kita, mereka akan melakukan apa yang kita perintahkan. Power, Rosey! We can have that goddamn power if you and I just work together." 

"I don't want that kind of power, Tom. I want to live in peace. All I want is love and it's enough for me." 

Suara tertawa terdengar. "Love?! Love is stupid. Love is weak. They're powerless. But with power, Rosey! Mereka tidak akan menganggap kita lemah lagi." 

"No, Tom. Itu bukanlah arti dari power sebenarnya. Kau hanya takut. Kau hidup dalam ketakutan. Kau hidup dalam dendam. Kau ingin membalas dendam dengan mereka yang tidak bersalah." 

"Their people did this to you, to me, to us. They deserve it." 

"Tidak semua dari mereka, Tom." 

"Aku menemukan caranya—untuk kita. For us to rule together forever." 

"You mean—"

"Immortal? Yes." 

". . . How?"

"Horcrux."

Karena mereka harus menetap di rumah James dan Lily, James membuat Sirius dan Regulus tidur di kamar yang sama. Sedangkan Audrey sendiri. James menolak kenyataan bahwa sepupunya sudah bertunangan.

"Selamat pagi kalian berdua." Sapa Lily yang sedang menyiapkan sarapan. Kreacher ikut membantu meski ia bisa menyelesaikannya sendiri. But it's Lily's house. Her house, her rules. 

"Pagi." Gumam kedua saudara tersebut. 

"Ayo, mari makan." Ajak Lily. 

Sirius, James, dan Lily duduk. Regulus masih berdiri, matanya melihat ke arah tangga. "Audrey belum bangun?" Tanyanya. 

The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang