"But it was fun, mum! Aku sangat menyesal tidak dapat kembali ke sekolah tahun ini." Ujar James.
"Membunuh Basilisk menyenangkan?! Jamie kau terluka!" Seru Euphemia setelah mendengar cerita petualang mereka.
Audrey tersenyum melihat keakraban keduanya. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas minum. "Menghindar dari omelan?" Fleamont masuk dapur.
"You know me so well, uncle."
Fleamont tertawa singkat, "kau adalah kombinasi yang sempurna dari River dan Ibumu."
"Why?"
Lelaki Potter berbeda generasi itu mengernyit bingung, ". . . Why what?"
"Mengapa River dan Ibuku? Mengapa tidak River dan Rosemary?" Tanya Audrey menatap tajam pamannya. "Mengapa aku tidak mengetahui Ibu kandungku sendiri sampai saat ini?"
Kerutan diwajah Fleamont perlahan menghilang. Ia selalu tau hari ini akan datang. Seharusnya bukan dia yang memiliki kewajiban bercerita pada Audrey, melainkan River. Ia mendekat duduk di kursi yang diikuti oleh Audrey. Tangannya membenarkan rambutnya yang berantakan.
"So?" Tanya Audrey.
Fleamont berdeham, "kau dulu masih terlalu kecil, Audrey. Kami sepakat untuk menceritakannya ketika kau berumur 18 tahun. Tapi River meninggal dan mau tak mau kau harus pindah ke Inggris, tempat dimana kejadian itu terjadi."
"Apakah yang ia semua katakan itu benar?" Fleamont tampak bingung. "Riddle. Tom Riddle." Perjelas Audrey.
"Bahwa Rosemary Potter adalah Ibumu? Yes. Itu benar. Dan hal itu membuat kau adalah—"
"Keponakannya." Sambung Audrey. "So that's the reason why I'm not like—a. . . Potter? Like a real Potter."
Fleamont memegang tangan keponakannya. "What are you talking about, Audrey. Kau seorang Potter. Anak dari River Potter, dan River adalah seorang Potter. Adikku."
"I know, uncle, but—maksudku aku bukanlah seorang darah murni, aku bukan penggemar quidditch, aku seorang Slytherin—hell bukan hanya itu, aku bahkan bisa berbahasa ular."
"Audrey, listen." Fleamont menatapnya serius. "I don't care if you're not a pureblood, blood status doesn't matter. Kau bisa menjadi pureblood, half, muggleborn, squib, atau bahkan keturunan makhluk lain yang kau tidak dapat pikirkan dan aku masih akan menyayangimu. Aku menyayangimu karena kau adalah Audrey, my niece, one and only. Quidditch—kau pikir Mia jago?" Bisik Fleamont saat membahas quidditch dan istrinya. "She's the worst." Mereka berdua tertawa. "And last, Slytherin. Kau adalah Potter pertama yang masuk Slytherin dan itu adalah rekor. Siapa sangka seorang Potter adalah keturunan dari Salazar Slytherin, huh?"
Gadis tersebut tersenyum. Fleamont mengingatkannya pada River. Sama dengan James. "My God, aku tidak sadar kau begitu mirip dengannya." Bisik Fleamont. "Kemari." Ajaknya. Mereka meninggali dapur menuju ruang kerja milik Fleamont. Hal tersebut membuat James dan Mia berhenti mengobrol dan memilih mengikuti mereka. "James tolong nyalakan lilin." Perintah ayahnya.
Lalu James duduk berdua di sofa dengan sepupunya sedangkan orang tuanya duduk di sofa sebrang mereka. Fleamont memberikan satu album foto pada Audrey. James mendekat ingin tahu. Itu dia. Rosemary Riddle—atau Potter, persis seperti yang ia ingat di buku tahunan Hogwarts.
"She looks just like you." Ucap James.
Audrey mengangguk setuju. "Bagaimana mereka bisa kenal? Ibu dan ayah."
"Rosemary kala itu adalah head girl." Sahut Euphemia. "Dan River—yang berada satu tahun dibawahnya adalah prefect. River bisa dibilang cukup rajin untuk ukuran Potter." Tambah Mia membuat mereka tertawa. "Ia sering ke perpustakaan, begitu pula dengan Rosemary. Disitulah mereka selalu bertemu."
"Classic." Sahut James.
"Apa yang dimaksud dengan mereka memiliki pandangan yang berbeda? Apakah Rosema—Ibu adalah salah satu dari mereka? Pemuja darah murni?"
Fleamont membenarkan kacamatanya, "at first, yes. Tapi cintanya untuk River terlalu besar hingga membuatnya meninggalkan apapun yang ia percaya waktu itu. Hal itu membuat kembarannya tidak senang tentu saja. Mereka selalu bertengkar. Ada masa dimana Rosemary selalu menginap di menara Gryffindor."
"Bagaimana dengan—pertarungan yang Tom Riddle maksud?"
"It's like a duel between them. Tom Riddle pikir dengan kondisinya yang sedang hamil besar akan membuat Rosemary lemah dan menyerah. Tetapi ia salah besar. Rosemary menyetujui duel itu dengan harap Riddle kalah dan memberhentikan ide gilanya untuk membuat dunia sihir tanpa muggleborn. Ibumu menang setelah kurang lebih enam jam lamanya. Dan Riddle kalah."
Audrey mengulum bibirnya, "mereka bertarung hanya berdua? Tidak ada yang membantu? Ayahku?"
"Tidak ada dan tidak boleh. Mereka memasang garis sihir yang membuat kami tidak bisa masuk ke dalam wilayah. Kau harus tau Audrey, ayahmu tidak bisa diam. Ia melakukan apapun yang ia bisa demi menyelamatkan kedua wanita yang ia cintai. Kau dan Ibumu."
Euphemia menambahkan, "Tom Riddle memang kalah, tetapi Rosemary tidak bisa disebut menang juga. Sesudah itu ia kelelahan, tangannya memegangi perutnya. River dengan cepat membawanya ke rumah sakit. Tapi. . ."
"Tapi apa?"
Ibu dari James Potter menghembuskan napas panjang, "tapi mereka bilang harus pilih salah satu. Ibu atau anaknya. Rosemary yang masih sadar tanpa ragu bilang selamatkan anaknya. Sempat terjadi perdebatan antara kedua orang tuamu, tetapi Rosemary menang. Lalu kau lahir prematur dan Rosemary—meninggal dua hari kemudian."
Oh. Tidak ada yang membuka mulut setelah itu. Audrey memandang gambar kedua orang tuanya kosong pada album dipangkuannya. Ibunya adalah pahlawan.
James lalu membuka mulutnya setekah beberapa menit. "Mantra apa yang Rosema—maksudku bibi pakai ketika Tom Riddle kalah, dad?"
Audrey ikut menatap mereka penasaran. Fleamont dan Euphemia tatap-tatapan lalu mengangguk meyakinkan.
"Avada Kadavra."
"Hey, what's wrong?" Tanya James ketika mereka berdua tiduran dikasur. James suka kamar Audrey. Wangi.
"It's a bit strange, isn't it? Jika mum memakai kutukan tak termaafkan tetapi mengapa Riddle masih hidup?"
"Riddle sudah mati, Audrey."
Audrey membalikkan badannya menjadi tengkurep, "apakah kau tidak ingat apa yang ia bilang? As Aleida grows weak, I grow stronger, dan ia mengajakku—"
James ikutan tengkurep, "ia mengajakmu apa?" Tanyanya serius.
"Jika aku menerima ajakannya untuk—y'know bergabung dengannya—"
"Kau ingin bergabung dengan—" Ucapan James terhenti karena tatapan tajam sepupunya. Ia menyengir tanpa dosa, "sorry, lanjutkan."
Audrey memutar matanya malas, "dia bilang jika aku ikut dengannya maka kami akan immortal."
"Immortal?" Beo James.
"It means you'll never die." Beritahu Audrey.
James mendorong pelan kening sepupunya, "I know what it means!" Serunya.
Audrey sontak memukul tangan James dan menatapnya tajam. "Pasti ada sesuatu dengan kematiannya. Tidak mungkin kan orang yang sudah mati terkena kutukan tak termaafkan muncul dan hampir hidup kembali dari diari." Lanjutnya.
James merubah posisi menatap langit-langit kamar. "Untuk sekarang jangan pikirkan itu dulu, cousin. I need you help. Bagaimana cara untuk melamar seseorang yang baru menjadi kekasih selama setahun?"
"Jamie, you're eighteen!"
◐
I personally LOVE the potters
so much.. they're like my
comfort fictional family<3
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus Black
Fanfiction"There goes the last great pure-blood dynasty. The maddest woman this world has ever seen." - in which regulus black intrigued with the maddest woman at wizarding world. or - in which regulus has a weird feeling for a potter.