Regulus duduk dengan Audrey.
All thanks to Aleida. Ia dengan gesit duduk dengan seorang lelaki dari asrama lain yang Audrey bahkan tidak tahu siapa namanya. Barty dan Rosier duduk di depan Regulus dan Audrey. Kedua pasangan ini duduk dibangku paling belakang pojok.
Kelas sudah ramai, tapi Profesor belum datang juga. Regulus mengeluarkan buku yang lumayan tebal. Ia membalikkan halaman dan berhenti di halaman yang sudah ia tandai. Audrey menengok penasaran.
"Ini." Regulus menunjuk sebuah gambar dalam buku. "Benda yang kau cari. Horcrux. Horcrux adalah objek di mana seorang penyihir gelap menyembunyikan bagian jiwanya yang terpisah agar menjadi abadi." Regulus mulai menjelaskan dengan suara yang pelan agar tidak menarik perhatian. Audrey sedikit mendekat agar bisa mendengar dengan baik. "Selama wadahnya tetap utuh, begitu pula pecahan jiwa di dalamnya, membuat pembuatnya tetap berlabuh di dunia orang hidup, bahkan jika tubuh mereka mengalami kerusakan fatal." Lanjutnya.
Audrey memperhatikan dengan hikmat. Ia benar berarti, Tom Riddle wants to be immortal. "Bagaimana—bagaimana cara membuatnya?"
Regulus menatap mata Audrey. "Horcrux hanya dapat diciptakan setelah melakukan pembunuhan, tindakan kejahatan tertinggi, sebagai sarana untuk merobek jiwa. Proses pembuatan Horcrux melibatkan mantra dan tindakan mengerikan yang dilakukan segera setelah pembunuhan dilakukan." Jelasnya.
Keduanya diam. Pikiran Audrey melayang pada Moaning Myrtle—ia adalah viktim dari kejahatan Tom Riddle. "Audrey." Panggil Regulus pelan.
Audrey langsung sadar dan mengerjapkan matanya cepat. "Simpan bukumu. McGonagall datang."
Pintu terbuka menampakan Profesor mereka yang baru datang. "Afternoon class."
Kelas bubar. Sejak tadi Audrey kebanyakan melamun. Bahkan ketika Regulus memegang tangannya Audrey tidak menengok ataupun membalas genggaman. Hal itu membuat Regulus khawatir.
Saat ini mereka duduk di Great Hall untuk makan siang. Audrey melamun. Tidak ikut mengobrol. "Ada apa, Audrey?" Bisik Regulus memegang tangan gadis itu.
Audrey menggeleng. Ia mengeluarkan kertas kecil dari kantongnya yang ia berikan langsung pada Regulus di bawah meja. Lalu tanpa sepatah kata ia berdiri meninggalkan Great Hall.
Melihat itu Aleida mengernyit. Ia melihat Regulus yang juga hanya bisa melihat punggung Audrey yang semakin menjauh. Aleida berdiri, mencoba menyusul temannya. Barty dan Rosier menatap Regulus bingung. "Ada apa dengan Potter?"
Regulus menggeleng pelan. Ia menunduk, tangannya membuka lipatan kertas.
Meet me tonight, at Room of Requirement.
Regulus Black mondar-mandir sebanyak tiga kali di depan lorong yang kosong. Ia kemudian masuk setelah pintu muncul. Di sana sudah ada Audrey yang duduk dengan pandangan kosong.
"Audrey." Panggilnya.
Gadis itu menengok dan menepuk sofa di sampingnya. "Duduk." Suruhnya.
Tanpa lama-lama, Regulus duduk tepat diposisi yang Audrey tunjuk. "What is it, Audrey?"
Audrey bersandar, ia menghela napas panjang. "Moaning Myrtle adalah viktim dari kelakuan Riddle. Aku yakin ia tidak hanya menciptakan satu horcrux saja—dan aku perlu tahu itu."
"I'll help you." Ucap Regulus membuat Audrey tersenyum.
"Sepertinya Slughorn mempunyai informasi mengenai itu. Pada hari itu aku bertanya, dan wajahnya—menegang. Seperti yang menyimpan rahasia."
"Jadi kita ke Slughorn?"
"No. Hanya aku. Kau bertugas membuat ramuan dan menyuruh seseorang menyampurkannya pada minuman."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus Black
Fanfiction"There goes the last great pure-blood dynasty. The maddest woman this world has ever seen." - in which regulus black intrigued with the maddest woman at wizarding world. or - in which regulus has a weird feeling for a potter.