Salah Paham

779 142 13
                                    

Happy Reading.

And happy valentine day, all.💞

....

Malam ini Choi Hyun Wook benar-benar membawa Park Jihoon berkunjung ke rumah orang tuanya. Setelah sampai di halaman rumahnya mereka berdua keluar dari mobil sembari Hyun Wook menggandeng tangan lelaki berbadan lebih kecil darinya itu masuk ke dalam rumah mewah milik keluarganya bersama-sama.

“Kau tidak perlu menggandeng aku,” ujar Jihoon sedikit gelisah. Soalnya, adegan ini terlihat seperti sepasang kekasih yang baru pertama kali berkunjung ke rumah mertuanya. Jadi Jihoon merasa canggung, tak kala merasakan genggaman erat Choi Hyun Wook di tangannya.

Mendengar ucapan Park Jihoon membuat Hyun Wook menoleh sembari menghentikan langkahnya menatap lelaki di sampingnya dengan tatapan bertanya-tanya. “Memangnya, kenapa? Kau kan gugup. Jadi aku sengaja menggandeng tanganmu untuk masuk ke dalam,” ucap Hyun Wook tanpa beban. Ia bahkan mengangkat tangan mereka ke atas, seolah-olah itu adalah sesuatu yang biasa saja.

Park Jihoon yang memang lelah pun akhirnya menyetujui perkataan Choi Hyun Wook. Mereka berdua kembali melanjutkan langkahnya menuju ke pintu utama rumah mewah dengan luas halaman yang tak main-main ini. Bahkan saat pertama kali mobil Choi Hyun Wook memasuki perkarangan rumahnya, Jihoon tak mampu mengedipkan matanya karena merasa kagum sama kekayaan keluarga Choi.

Sungguh.

Rumah ini berada di kawasan Hannam-Dong, sebuah komplek perumahan mewah di Korea. Desain rumah Hyun Wook juga tak main-main, karena selain memiliki halaman yang luas, rumah ini juga mempunyai air mancur dan patung di tengah halamannya.

Pokoknya Park Jihoon lumayan terkejut ketika memasuki perkarangan rumahnya. Ini baru pemandangan di luar, belum lagi di dalam ruangannya.

Ting tong.

Choi Hyun Wook menghentikan langkahnya di depan pintu. Tangan kirinya bergerak menekan bel, sedangkan Jihoon hanya mengikuti lelaki di sisinya sambil menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ia gugup. Karena Choi Hyun Wook terlihat sangat cool saat ini.

Klekk.

Tak selang beberapa detik pintu itu pun terbuka, dan seorang wanita paruh baya, berwajah awet muda terlihat berdiri di depan mereka sambil memandang ke arah Park Jihoon dan Choi Hyun Wook dengan tatapan terkejut. Bahkan saking syoknya, wanita paruh baya, menggunakan dress selutut berwarna biru langit itu langsung menutup bibirnya agak kaget melihat putranya datang bersama seorang lelaki sembari bergandengan tangan.

“Hyun Wook? Kau ...,” ucap wanita itu seolah tertahan karena takut salah bicara kepada anaknya. Hyun Wook yang melihat keanehan ibunya tidak bereaksi karena ia tidak paham kenapa wanita itu terlihat terkejut? Padahal ia datang dengan tubuh utuh.

Namun Park Jihoon menyadari arah pandang ibu Hyun Wook. Ia paham kalau wanita ini pasti berpikir yang tidak-tidak, sehingga sebelum kesalahan paham terjadi. Jihoon berniat untuk memperkenalkan diri. “Say ...,”

Tetapi ucapannya langsung di potong oleh Hyun Wook.

“Ibu kenalkan dia teman serumahku,” kata Hyun Wook sambil tersenyum kepada ibunya.

Dammm.

Jihoon membulatkan matanya sempurna saat mendengar perkenalan itu. Soalnya, kata teman serumah agak ambigu. Sehingga membuat ibu Choi Hyun Wook tambah terkejut—sampai tak sanggup berkata-kata.

“Ibu, kenapa diam dan tidak mempersilahkan kami masuk?” tanya Hyun Wook tak mengerti, kenapa ibunya sangat aneh.

“Ah, ayo masuk. Ayah dan adikmu akan segera turun,” ucap ibu Hyun Wook sambil menatap menyidik ke arah Park Jihoon. Namun Jihoon tidak berani mengangkat wajahnya karena malu sama ibu Choi Hyun Wook. Sedangkan Hyun Wook kembali menggandengnya berjalan ke arah sofa. Lalu sesampainya di sana Hyun Wook menyuruh Jihoon duduk di sampingnya.

Jihoon tentu saja menurut. Saat ini ia harus menjadi orang yang penurut pokoknya, jadi saat Hyun Wook menepuk sofa disampingnya. Jihoon langsung duduk di sana. Tidak ada jarak di antara mereka berdua. Hyun Wook benar-benar menempel seperti permen karet, sehingga membuat Park Jihoon risih. “Hyun Wook,” panggil Jihoon dengan suara amat pelan.

Namun lelaki itu tidak melihat ke arahnya. Hyun Wook sibuk memandang ibunya yang sedang berjalan ke dapur untuk mengambilkan makan untuk mereka berdua. Jadi Jihoon pun terpaksa mendekatkan bibirnya ke telinga Choi Hyun Wook, namun lelaki Choi itu malah berbalik menatap ke arahnya. Sehingga membuat hidung  Jihoon dan Choi Hyun Wook bersentuhan di depan ibu Choi yang baru saja datang membawa minuman untuk mereka berdua.

“Wah, ibu mengganggu ya?” kata ibu Hyun Wook sambil senyum-senyum setelah meletakkan minuman yang ia bawa ke meja.

Choi Hyun Wook menarik alisnya kanannya ke atas tak mengerti kenapa ibunya berbicara seperti itu sembari senyum-senyum. “Ibu kenapa sih?” tanyanya.

“Tidak ada. Kalian berdua lanjutkan acaranya, ibu akan ke atas memanggil ayah dan adikmu untuk turun ke bawah,” ujar wanita itu kepada Hyun Wook dan Jihoon. Setelah mengatakan kalimatnya ibu Hyun Wook pergi ke lantai atas dengan wajah berbinar-binar penuh kebahagiaan.

Hal itu tentu membuat Choi Hyun Wook heran. “Ada apa dengan ibu?” ucapnya sambil garuk-garuk kepala.

“Kau benar-benar tidak tahu?” tanya Jihoon langsung memandang Hyun Wook garang. Seperti singa buas kelaparan, agak menyeramkan dan menakutkan.

Choi Hyun Wook memutar tubuhnya menghadap ke arah Park Jihoon untuk menjawab pertanyaan lelaki di sisinya itu. “Oh, aku tidak tahu,” katanya dengan wajah polos.

Jihoon menarik lengan Choi Hyun Wook mendekat ke arahnya. Lalu ia mendekatkan bibirnya ke telinga lelaki itu. “Ibumu pasti berpikir kalau kita ini sepasang kekasih. Makanya reaksi ibumu seperti,” bisik Park Jihoon.

Hyun Wook menjauhkan wajah mereka sambil memandang Jihoon heran. “Kau bercanda,” ujarnya sambil tertawa.

“Aku serius.” Park Jihoon menjawab ucapan Hyun Wook dengan tatapan kesal. Soalnya, lelaki itu terlihat merespon perkataannya dengan bercanda. “Yak!! Aku serius, ibumu pasti salah paham sama hubungan kita,” ujarnya saat melihat reaksi menyebalkan lelaki di depannya.

Hyun Wook menghentikan tawanya ketika menyadari bahwa Jihoon tidak bercanda. “Kau serius?” tanyanya masih agak setengah percaya.

“Iya, soalnya kita masuk ke rumah sambil bergandengan tangan. Lalu kau juga bilang kalau kita tinggal serumah, dan tadi kau dan aku bahkan hampir berciuman. Jadi wajar kalau dia salah paham,” jelas Park Jihoon dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat lucu untuk di lihat. Sehingga Choi Hyun Wook tanpa sadar memuji lelaki di depannya dengan suara yang cukup keras.

“Kau benar-benar imut dan lucu,” katanya sambil tersenyum memandang wajah Park Jihoon yang berubah menjadi terkejut.

“Aku?” tunjuk Jihoon kepada dirinya sendiri.

Hyun Wook mengangguk sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Park Jihoon. Ia berusaha menggoda lelaki itu agar tidak berpikir yang macam-macam, namun ...

Deg.

Choi Hyun Wook langsung menjauhi wajah dari Park Jihoon saat merasakan sensasi aneh di dalam dadanya. Begitu pun Jihoon, ia berusaha menghindari situasi canggung ini dengan cara menatap ke depan.

Dammm.

Namun Jihoon kembali melihat ke arah Choi Hyun Wook sambil memberikan lelaki itu isyarat dengan kepalanya. Hyun Wook yang menyadari hal itu segera menghadap ke samping untuk melihat kondisi di depan mereka.

Lalu ia langsung tersenyum canggung ketika melihat ibu, ayah dan adiknya sudah berdiri di depan mereka dengan tatapan yang terarah kepada Choi Hyun Wook dan Jihoon.

“Apa-apaan itu?” tanya lelaki paruh baya yang memakai kacamata itu kepada putranya. Sedangkan ibunya hanya tersenyum menanggapi situasi ini.

Tetapi adiknya tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya kepada sang kakak. Sehingga ia pun berusaha menekan amarahnya dengan cara mengepalkan tinjunya.

Aku benci ini, gumamnya di dalam hati.

TBC 🖤

Love Above The Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang