Kemarahan

624 112 17
                                    

Happy Reading.

....

Keesokan harinya Daniel bersama Jihoon mendatangi apartemen Hyun Wook untuk memastikan keadaan Jihoon. Mereka berdua juga menyampaikan bahwa pihak kepolisian mungkin akan mulai menyelidiki lebih dalam kasus ini--- karena surat ancaman yang terukir jelas ditubuh sang korban telah menjelaskan segalanya.

Jihoon sedikit merasa lega ketika mengetahui berita itu, namun ia masih belum bisa berhenti menyalahkan dirinya karena kematian lawan mainnya itu benar-benar adalah kesalahannya.

Dikarenakan obsesi besar seseorang kepada Jihoon, nyawa lain harus melayang. Sehingga Jihoon kini bertekad dan berharap kalau ia akan mengetahui siapa sosok penyerang di balik layarnya selama ini.

Jihoon harus bicara bersama sosok itu, agar ia tahu??? Kenapa? Kenapa, sosok itu bisa membunuh orang lain. Tanpa rasa takut sedikitpun.

Aku pasti akan menemukan keberadaanmu, dan siapapun kau. Aku benar-benar membenci dirimu.

Ditengah pembicaraan serius empat orang di ruang tamu apartemen ini--- hanya Jihoon yang tampak diam dan tidak banyak terlibat ke dalam pembahasan ke-tiga orang yang berarti di hidupnya.

Jihoon terlalu sibuk memikirkan banyak hal. Sampai ketika Daniel bangkit memeluknya untuk kembali mengurus beberapa hal bersama Jiyeon. Ia sempat terkejut, namun hanya sesaat sebelum Jihoon kembali mengatur reaksi wajahnya. Agar Hyungnya, dan Jiyeon tak khawatir.

"Aku pasti akan mengurus segalanya, dan melindungimu. Jadi kau harus kuat bertahan melawan semuanya, Jihoon." Daniel memeluk adiknya erat sambil mengucapkan kalimat itu.

"Hmm." Jihoon hanya berdehem menjawab perkataan Hyungnya.

"Jika ini begitu berat dan menyulitkan. Kau bisa datang kepadaku, aku akan selalu berdiri di garda paling depan untuk melindungi adikku," ujar Daniel begitu tulus.

"Terima kasih, Hyung." Jihoon langsung mengeratkan pelukannya saat mendengar perkataan Hyungnya.

Sementara Jiyeon yang berdiri di belakang Daniel hanya memilih mengelus surai rambut Jihoon, dan berkata, "Kau harus banyak istirahat. Jangan lelah, dan terjebak ke dalam pikiran yang membuatmu hancur. Apa kau mengerti!"

"Aku mengerti," sahut Jihoon sembari melepaskan pelukan, Hyungnya dan tersenyum simpul ke arah Jiyeon untuk menyakinkan wanita itu.

Setelah itu, Jihoon bersama Hyun Wook pergi mengantarkan kedua orang itu sampai ke pintu. Dan, ketika mereka sudah pergi. Hyun Wook meminta izin kepada Jihoon untuk keluar sebentar.

Namun sebelum pergi, ia juga telah menelepon beberapa bodyguard bayarannya untuk menemani Jihoon di apartemen. Sehingga Hyun Wook bisa pergi tanpa perasaan khawatir.

Beruntungnya Jihoon memberikan Hyun Wook pergi, tapi sebelum ia pergi. Jihoon sempat menahan tangannya begitu erat. "Berapa lama kau akan pergi?" tanya Jihoon saat berdiri saling berhadapan di ruang tengah, karena tadi Hyun Wook sempat masuk ke kamar untuk mengambil kunci mobil.

"Hanya dua Jam. Kau tunggu saja di dalam apartemen, dan aku akan segera kembali," ucap Hyun Wook penuh kelembutan.

Jihoon menghela nafasnya berat melepaskan Hyun Wook pergi. Tetapi, pada akhirnya ia pun mengizinkan lelaki yang sudah memiliki tempat tersendiri di dalam hatinya itu izin.

"Aku akan menunggu," kata Jihoon dengan mata penuh harapnya.

Sesudah mendengar jawaban Jihoon. Ia pun pergi meninggalkan apartemen, dan saat berada di luar ruangannya. Hyun Wook sempat menyuruh kedua bodyguard bayarannya untuk memastikan keselamatan Jihoon lebih dari nyawa mereka.

Baru selepas itu Hyun Wook pergi ke rumahnya untuk mengatakan rencananya menikah Jihoon. Meskipun ia sudah mampu membayangkan akan sebesar apa reaksi keluarganya nanti--- Hyun Wook tak peduli.

Ia tetap pergi dengan keyakinan, dan keputusan finalnya.

.....

Setelah melewati perjalanan sekitar setengah jam, Hyun Wook pun kini sudah berada dikediamannya. Dengan kedua orang tua, berserta Adiknya yang sedang duduk di sofa ruang tamu rumah mewah mereka.

Hyun Wook-lah yang meminta mereka untuk berkumpul di sini. Ketika sampai ke rumah ini. Ada raut heran, dan bertanya-tanya yang diarahkan oleh kedua orang tuanya untuk Hyun Wook.

Namun mereka masih menunggu Hyun Wook menjelaskan maksud kedatangannya ke rumah ini, lalu meminta mereka untuk duduk di sofa bersama-sama seperti ini.

"Ibu, ayah, Sung Eun. Aku ingin mengatakan sesuatu kepada kalian semua. Mungkin hal ini terdengar gila, dan tidak masuk akal bagi ibu, dan ayah. Ataupun untukmu Sung Eun, namun ... aku telah mempersiapkan diriku demi mengatakan kalau aku dan Jihoon sedang terlibat ke dalam sebuah hubungan. Dan, sebentar lagi. Aku ingin menikahinya," ucap Hyun Wook sambil menatap seluruh keluarganya yang sedang memandangnya dengan tatapan terkejut, syok, marah, semuanya bercampur aduk.

"Me-menikah?" Ibu agak terbata-bata ketika bertanya, sedangkan ayah masih diam sambil memandang mataku lama. Lalu, Sung Eun. Adiknya itu hanya diam sembari mengigit bibir dalamnya.

"Iya, ibu. Aku ingin menikahinya."

"Kenapa tiba-tiba?" Ayah bertanya.

Hyun Wook mencoba mengatur nafasnya, sebelum mengatakan sebuah kebenaran yang saat ini sedang ia rasakan. "Aku sendiri tidak tahu, kenapa, ayah? Namun, saat mendengar berita yang terjadi kepada Jihoon belakangan ini--- aku rasa inilah waktu yang tepat untuk menggenggam erat tangannya. Aku ingin terus melindunginya, menjaganya, dan memastikan kebahagiaannya."

"Sejak kapan kalian menjalin hubungan ini? Apakah, sudah lama atau hanya sesaat, Hyun Wook?"

"Tidak lama. Tapi aku sudah yakin kepada keputusanku, ayah." Hyun Wook terus menyakinkan ayahnya. Meskipun ia sempat terkejut karena sang ayah tak begitu menunjukkan reaksi marahnya, ketika mengetahui kebenaran ini.

"Jihoon orang yang bermasalah. Ayah sudah menyelidiki semua berita yang terjadi disekelilingnya saat melihat kau datang ke sini bersama. Hyun Wook, tidakkah kau harus memikirkan ratusan kali keputusanmu, ini?" Ayah Hyun Wook sudah sempat kepikiran bahwa anaknya memiliki hubungan dengan Jihoon, ketika melihat interaksi mereka beberapa hari yang lalu.

Jadi saat Hyun Wook datang mengetuk pintunya, hanya demi mengatakan ini. Ia tak terlalu syok, namun. Bukan berarti ia akan setuju, karena Jihoon mungkin adalah bencana bagi putranya.

Namun, ucapan yang dilontarkan oleh putranya berhasil membuat ayah Hyun Wook tak mampu menahan langkah anaknya untuk lelaki itu

"Aku tahu resiko yang akan mendatangiku saat mencintainya. Tapi aku tetap melangkah ke arahnya, ayah. Apa Ayah tahu kenapa?"

Ayah Hyun Wook hanya diam dalam posisi masih menatap mata putranya menunggu Hyun Wook melanjutkan ucapnya.

"Karena aku mencintainya lebih dari diriku. Aku rasa inilah alasan hebat yang tak mampu aku tangani saat ini. Jadi, aku mohon. Tolong, berikan aku izin untuk melindungi orang yang kucintai."

"Kenapa harus dengan cara menikah, Hyun Wook?" Ibu Hyun Wook ikut bertanya, karena ia juga sama khawatirnya dengan sang suami.

"Aku ingin menjadikan Jihoon milikku. Dan, aku juga ingin menunjukkan kepada orang yang terobsesi kepadanya sebuah fakta '  bahwa Jihoon tak akan pernah menjadi miliknya"

Sung Eun yang sedari tadi diam langsung mengeluarkan sebuah reaksi yang cukup membuat semua anggota keluarganya terdiam.

"Kau mungkin akan kehilangan nyawamu, Oppa," ucap Sung Eun sambil menatap Hyun Wook dengan sorot mata yang dipenuhi oleh kebencian. "Kau akan mati sebelum menunjukkan fakta itu!" Lanjutnya

"Sung Eun." Ibu mereka menegur putrinya.

TBC 🖤

Love Above The Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang