Sebuah Ide

657 119 11
                                    

Happy Reading

.....

Jihoon syok, ia kaget dan langsung mendorong tubuh Hyun Wook menjauh. Setelah mendengar permohonan lelaki di depannya. Menikah? Ia dan Hyun Wook. Tidak mungkin, itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh mereka berdua. Karena selain menyebabkan karier Jihoon hancur.

Daniel, dan keluarga Hyun Wook mungkin tak mampu menerima keputusan gila Hyun Wook hari ini. "Kau bilang apa?" Jihoon bertanya dengan tatapan syok tak mempercayai pendengarannya sendiri.

"Kau harus menikah denganku. Aku sudah memikirkan semuanya, dan inilah jalan terbaik untuk menghentikan semua teror yang menimpa dirimu." Hyun Wook mencoba memberikan Jihoon pemahaman agar lelaki ini setuju akan ide gilanya.

Namun Jihoon masih tidak mengerti. Pikirannya belum mampu mencerna semua hal dengan baik, setelah mengetahui kematian lawan mainnya.

Hyun Wook yang menyadari tatapan bingung dari Jihoon pun berusaha menjelaskan semua rencana dengan sesama. "Jihoon, orang yang membunuh Mina, dan lawan mainmu adalah sosok manusia gila. Ia akan melakukan semua cara demi menyingkirkan siapapun orang yang berani menyentuh ataupun mencium dirimu. Karena itu, aku ingin membuat ia menjadikan aku target kesekian kalinya. Agar pembunuhan ini berkahir, dan kau tak perlu lagi merasakan tekanan karena perbuatan jahatnya."

Kaget.

Bola mata Jihoon melebar tak percaya akan perkataan Hyun Wook. Menjadikan dirinya umpan untuk menghentikan semua ini. Tidak, Jihoon tak mau hal buruk terjadi kepada sosok di depannya. "Aku tidak setuju dengan ide mu. Itu terlalu berbahaya dan sangat beresiko." Jihoon menentang keputusan Hyun Wook sambil berusaha menghapus air matanya.

"Tapi kau tidak memiliki pilihan!" Hyun Wook tak mau mengalah, ia akan terus memaksa Jihoon menyetujui keinginannya.

"Aku tidak peduli. Bahkan jika aku harus mengakhiri hidupku untuk membuat sang peneror berhenti melakukan kejahatannya. Aku akan lebih memilih melakukan hal itu, daripada aku harus menjadikan kau umpan demi kebebasanku!" Jihoon berteriak sambil mengepalkan tinjunya.

"Kenapa?" Hyun Wook bertanya sambil menatap mata Jihoon dalam.

Sementara Jihoon juga melakukan hal yang sama. Ia saat ini sedang berdiri menghadap Hyun Wook dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Hatinya, pikirannya sedang kacau. Ditambah dengan permintaan Hyun Wook kepadanya.

"Aku bertanya, kenapa?" Hyun Wook kembali mengajukan pertanyaan yang sama. Ia ingin tahu alasan mengapa Jihoon tak menyetujui keinginannya.

Jihoon bingung, ia tidak tahu kenapa? Dirinya tak mampu membayangkan resiko seburuk apa yang harus Hyun Wook tanggung untuk membantunya.  "Aku takut," lirih Jihoon sembari tertunduk menghindari tatapan Hyun Wook.

"Kau tidak perlu takut. Aku yang akan melakukan semuanya, Jihoon. Tugasmu hanya perlu bersikap mesra denganku. Selebihnya itu sudah menjadi tanggung jawabku." Hyun Wook masih keras kepala untuk mengajak Jihoon melakukan idenya.

Sementara Jihoon tidak mau. Ia takut kehilangan Hyun Wook, sosok lelaki yang selama beberapa hari terakhir ini selalu ada menemaninya. "Aku tidak bisa, Hyun Wook. Jadi jangan memaksaku."

"Kau harus bisa, Jihoon. Aku pasti akan melakukan semuanya dengan baik. Dan, kau juga aman." Hyun Wook meraih pundak Jihoon dengan wajah berharap.

Jihoon mendongak menatap mata lelaki di depannya dengan tatapan takut begitu dalam. "Karena aku aman, aku jadi sangat takut," ujar Jihoon masih memandang dalam mata Hyun Wook yang juga sedang menatap ke arahnya. "Aku takut kau akan terluka, dan aku takut kalau orang jahat itu berhasil membunuhmu. Tidak, aku tidak bisa membayangkan kemungkinan terburuk itu. Aku tidak bisa, Hyun Wook." Jihoon menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia menangis, tanpa memperdulikan reaksi apa yang akan Hyun Wook berikan untuknya.

Jantung Hyun Wook berdegup kencang mendengar pengakuan Jihoon. Ia kaget mengetahui bahwa lelaki di depannya begitu mempedulikannya. Daripada peduli terhadap dirinya sendiri. "Bodoh," kata Hyun Wook langsung bergerak menarik tubuh Jihoon kembali masuk ke dalam dekapannya.

Ia memeluk erat tubuh itu. Sementara tangannya bergerak mengelus lembut punggung Jihoon. Hyun Wook juga mulai berani mencium puncak kepala Jihoon untuk memberikan ketenangan kepada lelaki di dekapannya. "Jihoon, sekarang kau memiliki aku di sisimu. Jadi jangan pernah takut, lagi. Karena aku tak akan mengizinkan siapapun melukaimu." Hyun Wook berkata sambil mendekap erat tubuh Jihoon.

Jihoon merasa begitu nyaman berada di dalam pelukan Hyun Wook. Ia juga tidak bisa mengelak kalo hatinya telah jatuh kepada sosok ini--- sosok lelaki yang mampu melihat luka, Jihoon dan memeluknya erat untuk menunggu dirinya menyembuhkan lukanya.

Meskipun Hyun Wook tak pernah mengatakan bahwa hubungan mereka mungkin telah berjalan lebih dalam. Namun, Jihoon sungguh berharap jika suatu saat nanti. Mereka berdua bisa lebih saling mendalami demi memulai sesuatu yang disebut dengan cinta.

Cuman, apakah itu mungkin?? Apa Jihoon mampu membuat Hyun Wook melupakan Mina?? Ia ragu akan hal ini. Tetapi, Jihoon masih berharap kalau Hyun Wook bisa menganggapnya Jihoon. Lelaki, yang Hyun Wook temui karena ingin mengenalnya.

Bukan, karena Hyun Wook ingin menggunakan keberadaan Jihoon untuk menemukan pembunuh dari wanita yang pernah Hyun Wook cintai.

Setelah Jihoon merasa lebih baik. Hyun Wook mengantarnya beristirahat di kamar. Hari ini mereka tak akan pergi ke mana-mana karena wartawan pasti mencari keberadaan mereka.

"Kau istirahatlah. Aku akan membuatkan sarapan untuk kita," kata Hyun setelah menyelimuti tubuh Jihoon dengan selimutnya.

Jihoon langsung menuruti keinginan Hyun Wook. Ia dengan senang hati segera berbaring di ranjangnya. Tak lupa, Jihoon juga sudah mengatakan kepada Hyun Wook kalau ia sudah membuatkan makanan. Sehingga Hyun Wook hanya perlu mengambil beberapa menu untuk disantap bersama di dalam kamar.

Hyun Wook bahkan dengan sigap menyuapkan makanan ke mulut Jihoon. Karena Hyun Wook melihat lelaki di sampingnya tidak berniat makan.

"Kau harus makan banyak. Karena untuk berperang kita memerlukan tenaga," ujar Hyun Wook sambil menyuapkan makanan ke mulut Jihoon.

Jihoon tersenyum kecil menyetujui ucapan Hyun Wook. Lalu, setelah itu mereka berdua mulai fokus menyantap menu makanannya. Tak ada lagi pembicaraan serius yang terjadi diantara mereka.

Hyun Wook masih berusaha menahan keputusannya. Agar Jihoon tak terlalu tertekan. Karena setelah perasaan Jihoon menjadi lebih baik, Hyun Wook sendiri yang akan mengurus surat pernikahan mereka.

Bahkan Hyun Wook juga akan membawa Jihoon kembali ke rumahnya untuk meminta restu dari kedua orang tuanya.

Ia akan menikah dengan Jihoon. Itulah satu-satunya cara demi bisa mendapatkan kedamaian untuk lelaki di sampingnya.

Sosok lelaki yang berhasil membuat Hyun Wook menyadari bahwa posisi Mina di hatinya telah direbut oleh Jihoon.

Sosok lelaki rapuh yang hebat menyembunyikan rasa sakitnya. Namun saat bersama Hyun Wook, ia ingin sosok itu tak perlu menyembunyikan apapun lagi.

Karena sebelum luka mendatangi Jihoon, Hyun Wook akan menghalanginya.

TBC 🖤

Love Above The Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang