31. dia datang...😰

176 73 88
                                    

Jangan lupa buat tinggalkan jejak yaaa!!😼

____________________________________

Trauma itu lebih awet daripada sebuah luka fisik

-cukup kamu!-

___________________________________

Pagi ini kelas cukup ramai oleh celotehan murid yang berbincang. Sea menyalakan musik hingga instrumen itu mulai terdengar.

Khem khem

Gadis itu mencubit pelan lehernya guna mengetes suara.

"Mungkin sang fajar...," Sea mulai bernyanyi dengan penghayatan penuh dalam raut muka.

"Dan sayap-sayap burung bangau...," sambung Andra dari bangkunya.

Sea berhenti menyanyi lalu menatap Andra tajam. Ia mematikan musik itu. Bangkit dari bangkunya lalu berjalan ke arah Andra.

Sea memukul kepala Andra, plak! "Patah, bego!" Lalu kembali duduk di bangkunya.

Andra hanya cengengesan.

Fia dan Regan tertawa kecil melihat itu.

"Ulang, ah, ulang. Hama banget lo!" hardik Sea menatap Andra penuh permusuhan. Yang di tatap hanya membalasnya dengan senyuman lebar tanpa rasa marah sedikitpun sudah di pukul.

Sea kembali memutar lagu itu dan bernyanyi seperti tadi. "Mungkin sang fajar ...."

"Dan sayap-sayap burung patah ...," sambung Fia dengan suara pelan.

"Menyaksikan kita bersetubuh," lanjut Andra semakin ngawur.

Mendengar itu, sebuah buku langsung meluncur ke kepala Andra. Asalnya dari Sea.

"Mulut lo!" geram Sea. "Ucapannya gak pernah di jaga. Mampus kalau masuk neraka, neraka panas loh."

"Tapi, gak semua neraka itu panas loh. Ada juga neraka yang dingin," celetuk Regan.

"Seriusan lo?" Andra menatap tak percaya. Neraka itu identik dengan panas. Tapi, apa kata Regan? Neraka ada yang dingin?

Andra mengembalikan buku Sea. Melemparnya pelan lalu buku itu dengan selamat mendarat di mejanya.

Regan mengangguk pelan dengan bibir bawah yang di tekan ke atas, "heum ... Namanya neraka zamharir."

"Mau!" seru Andra yang malah bersemangat. Wajahnya berseri-seri.

"Andra, aku tau kamu emang udah putus asa sama amal ibadahmu. Tapi, jangan pasrah gini dong ...."

"Neraka itu enggak ada yang enak, Ndra. Mau itu panas ataupun dingin, tetep aja namanya neraka. Tempat manusia di siksa."

Andra mengangguk paham, "oh. Jadi gitu, ya."

Perbincangan itu langsung berhenti saat seorang Guru memasuki kelas mereka.
Tapi...Hey? Lelaki yang berjalan di belakang Guru itu, siapa? Apakah itu murid baru?

Seisi kelas langsung hening. Menatap murid itu yang memiliki rupa yang tampan. Alisnya tebal, tapi tatapan matanya cukup dingin, tak bersahabat. Rambutnya tidak tertata. Menampilkan kesan anak nakal yang ketara meski dengan seragamnya yang rapi. Auranya saja bahkan sudah terasa kalau dia bukan anak baik-baik. Tangan itu di masukan ke saku celana. Nampak angkuh. Matanya menatap sekeliling.

cukup kamu! {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang