50. brownies

58 17 18
                                    

Janlup tinggalkan jejaknya kakakkk!!!😉

____________________________________

Hari terus berganti. Neneknya Regan sudah di perbolehkan untuk pulang karna keadaannya mulai pulih. Kalian tau? Lama-kelamaan hubungan antara Regan dan Reza sudah membaik. Mereka berteman akrab seperti sedia kala. Teman-teman Regan juga mulai terbuka padanya. Dan Reza sudah menjadi bagian dari pertemanan itu.

Anak itu sudah berubah. Menjadi pribadi yang baik, seperti ketika awal Regan bertemu dengannya. Anak itu memang aslinya baik, cuman ... Karna dia berada di lingkungan keluarga yang buruk, membuatnya bersikap seperti itu.

Beberapa hari yang lalu Reza memberitahu bahwa pada tanggal satu Desember nanti Regan akan ulang tahun. Suatu informasi yang bahkan ketiga temannya tak tahu karna tak pernah bertanya. Gak kepikiran juga. Bahkan Fia merasa agak kesal dan kalah pada hal yang... entahlah, Fia sulit menggambarkannya. Tak rela saja kalau informasi itu di ketahui lebih dahulu daripada dirinya --orang yang mencintai dan di cintai oleh Regan.

Tapi, yaudah sih wir. Mau bagaimana lagi.

Fia, Sea, dan Andra awalnya berencana merayakannya dengan membuat pesta antar mereka saja. Dan mengajak Reza juga. Tapi Reza menyarankan untuk merayakan dengan sederhana agar Regan tak merasa di beratkan ataupun sungkan. Bagi mereka, itu cukup masuk akal sih. Bahkan untuk bagian kue ulang tahun, ia juga memberi saran.

"Gimana kalau kita bikin sendiri kue ultah buat Regan biar lebih spesial?" Reza meminta pendapat sambil menatap wajah keduanya.

"Bener sih. Tapi ngerepotin gak si? Gak ada yang bisa bikin kue soalnya," kata Sea. Kurang setuju dengan pendapat Reza. Nampaknya Andra juga sama.

"Gue nanti yang bikin. Gue bisa bikin brownies yang rasanya hampir sama kayak brownies buatan Ibunya Regan. Yang perlu di siapin cuma bahan-bahan dan tempat bikinnya."

Sea dan Andra tak percaya. Mereka saling tatap. Lalu keduanya tertawa keras. Reza bingung sendiri melihatnya.

"Ah, masak air kali lo mah. Jangan ngada-ngada deh," ejek Andra masih dengan tawa menghiasi wajahnya.

Reza jadi kesal mendengar bahwa dirinya di ejek begitu. "Dih! Gue gak boong. Gak percayaan amat sama gue! Lagian kalo beli mahal banget. Mending bikin biar porsinya lebih banyak."

Tawa mereka mulai memudar. Andra menatap sambil melipat tangan. "Yaudah, lo coba buat dulu. Nanti kita yang nilai enak atau enggak."

Sea nampak berpikir sambil menggosok dagunya, "hmm... Kalau begitu nanti pulang sekolah kita belanja aja. Soalnya gue gak punya bahannya. Terus belinya pakai mobil gue."

"Setuju."

***

"Sekarang kita mau belanja buat bikin brownies," kata Andra.

Mereka sedang berkumpul dan masih berada di sekolah. Sedangkan Regan sudah pulang lebih dahulu.

"Siapa yang bikin? Gue gak bisa. Lagian kok tumben brownies bukan kue ultah biasa?" Fia ragu sekali bahwa mereka akan berhasil membuatnya. Bukankah akan lebih enak rasanya jika beli?

"Terakhir kali kita nyoba bikin roti, rotinya keras banget gak bisa di gigit. Sampai-sampai pas kita lempar tu kue ke kepala Andra, kepalanya benjol. Inget gak?"

Mereka bertiga tertawa mengingat kejadian itu. Kue gagal yang bahkan tak bisa di makan. Jangankan di makan, di gigit saja tidak bisa. Kerasnya seperti batu.

"Nanti yang bikin Reza. Katanya dia bisa bikin brownies," jelas Andra. Nampak menahan tawa bersama dengan Sea. Entahlah, fakta itu terdengar lucu saja dan tak pantas pada diri Reza.

cukup kamu! {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang