23. di suapi? 😀🤏

218 94 90
                                    

Ayo tinggalin jejak pake vote komen atau bahkan follow, ya ^^
Notifikasi dari kamu yang paling aku tunggu😄
____________________________________

Hidup itu sakit.
Tapi, mempercepat kematian sendiri
tidak akan berakhir bahagia.

-Cukup Kamu!-

____________________________________

Hari ini, Regan merasa bahwa tubuhnya hangat dan kepalanya pening. Ia kurang enak badan. Barangkali karna kemarin kehujanan bersama Fia dan berlama-lama memakai baju yang basah dan diterpa angin yang begitu dingin. Tak biasanya ia gampang sakit begini.

Di depan sana, Bu Retno nampak begitu serius dalam mengajar. Sesekali tatapannya tertuju pada Regan, membuat Regan langsung mengalihkan tatapannya. Risih dan bikin takut. Apalagi semalam mereka bertemu dan Bu Retno memberitahunya hal yang buruk itu. Sungguh, Regan kepikiran semalaman karna takut di keluarkan.

Bel istirahat berbunyi. Bu Retno dengan tergesa mengajak Regan untuk ikut bersamanya. Jantung Reganberdegup kencang karna takut. Ia juga gugup dan cemas. Regan menggenggam tangannya erat yang terasa basah oleh keringat.

Bu Retno menyuruh Regan untuk duduk di kursi yang membuat mereka berhadapan. Dengan ragu, Regan menurut. Ruangan yang hanya di isi oleh mereka berdua, membuat suasana sepi ini terasa begitu menegangkan bagi Regan.

Wajah Bu Retno nampak angkuh. Tatapannya serius pada Regan yang menundukkan kepala. Wanita itu mulai membuka suara.

"Kamu pasti tau alasan saya membawamu ke sini kan?"

Regan mengangguk kaku, "iya, Bu."

"Pertama-tama, saya belum melaporkan hal ini kepada kepala sekolah. Jadi kamu tenang saja. Jawaban kamu akan menentukan apakah saya harus melaporkannya atau tidak."

Mendengar itu, ada sedikit rasa lega Regan rasakan.

"Apa benar kamu bekerja di sana?"

Regan mengangguk, "iya, Bu."

Sebagai seorang Ibu yang memiliki anak, hatinya merasa tersentil mendengar jawaban itu. Apakah orang tua Regan itu buruk sampai-sampai menyuruh anaknya sendiri yang bekerja untuk keluarga?

"Apa alasannya? Apakah kamu melakukan itu karna di suruh orang tuamu? Kamu itu masih seorang siswa yang tugasnya belajar. Belum tugasmu untuk mencari nafkah. Orang tua macam apa yang tidak bisa bertanggungjawab pada keluarga dan anaknya."

Regan mengangkat kepalanya dan menatap Bu Retno, antara terkejut dan marah. "Bu!" tegur Regan sedikit membentak. "Tolong jangan salahkan orang tua saya. Saya bekerja karna keinginan saya sendiri. Lagian pekerjaan saya kan halal." Ia tak terima orang tuanya di pandang buruk seperti itu.

"Iya, pekerjaan kamu memang halal. Tapi peraturan di sekolah ini melarang muridnya untuk bekerja."

"Kamu ingatkan? Alasan mu yang akan menentukan saya harus memberitahu ini kepada kepala sekolah atau tidak. Jujurlah pada Ibu, apa alasannya?" Tapi anak itu malah diam dengan kepala yang menunduk dan wajahnya yang berubah sendu.

"Kalau kamu tidak mau menjawabnya, maka saya akan melaporkanya," tegasnya memberi ancaman. Tapi Regan, masih tetap diam. Sebenernya apa yang sedang di pikirkan anak itu sampai tak menjawab ucapannya.

Suara Bu Retno melembut. Mencoba membujuk secara halus. "Regan, saya hanya sedang mencoba untuk membantumu, Nak. Saya sudah berbaik hati loh karna tidak langsung memberitahukan hal ini pada Kepsek. Saya bertanya karna ingin tau alasanmu dan agar saya bisa mencoba untuk mengerti kondisimu. Jadi, beritahu ibu."

cukup kamu! {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang