17. masa lalu💽

260 128 296
                                    

Akhir-akhir ini isinya yang baek2 mulu. Sebagai pecinta genre angst yang sad ending (bukan spoiler), tak bisa saya biarkan. Ahahaha😂😂🙏

____________________________________

Kenapa Tuhan memberiku umur panjang dengan kehidupanku yang mengerikan?

-Regan Algifano-
____________________________________

Risa menyajikan masakannya di hadapan Regan yang langsung menyantapnya.

"Masakan Ibu, enak?" Risa memangku dagu. Mengamati anaknya yang memakan lahap masakannya.

Regan mengangguk antusias lalu tersenyum lebar dengan mulutnya yang menggembung penuh "Enak, Bu."

Risa tersenyum lega. "Habiskan."

"Regan ... apakah kamu rindu sama Ayah mu?"

Regan tergelak mendapat pertanyaan tiba-tiba itu. Nafsu makannya mendadak hilang. Dengan perasaan runyam, ia menatap Ibunya. "Kenapa Ibu nanya itu? Aku emang kangen sama Ayah. Tapi aku kan masih punya Ibu di sisi aku."

"Jadi intinya kamu rindu kan sama Ayah mu?"

Dengan perasaan tak nyaman dan ragu, Regan mengangguk.

"kamu mau ketemu sama Ayah?" Tatapannya nampak berharap bahwa anaknya ingin bertemu dengan Ayahnya, seperti ia yang rindu ingin bertemu dengan suaminya.

Ayah Regan meninggal karna kecelakaan saat dirinya masih kelas empat SD. Dan semenjak Ayahnya meninggal, sikap Ibunya berubah kasar padanya. Regan sering di bentak dan di marahi hanya karna masalah sepele. Tubuhnya tak bercelah dari lebam dan bekas luka yang mengering

Regan menundukkan kepalanya. Memainkan nasi dengan sendok di piringnya. "Aku kangen sama Ayah. Aku juga kangen sama kebersamaan keluarga kita. Ibu juga kangen, ya, sama Ayah? Tapi ... emangnya kita bisa ketemu sama ayah?" kemudian masakan Ibunya kembali ia makan dengan gerakan perlahan dan porsi lebih kecil. Pertanyaan itu sangat merusak nafsu makannya.

"Bisa..." Wanita itu tersenyum begitu manis dengan dagu yang bersandar pada telapak tangannya. kepalanya miring sedikit. "Caranya ... kita mati bareng, ya, Anak ku?"

"Kalau kita mati, Ibu janji kita bakal ketemu sama Ayah dan bisa jadi keluarga lagi. Maafin ibu ya..."

Regan menatap Ibunya antara terkejut dan kecewa akan keputusan bodoh yang di lontarkan. Sendok itu jatuh ke atas piring hingga menimbulkan bunyi. Regan meremas kepalanya yang mendadak terasa pusing dan berdenyut. Suara ngiiiing memenuhi indra pendengarannya. Regan merintih. Badannya lemas dengan kelopak mata yang mulai terasa berat.

"Ibu...," panggilnya dengan mata hampir menutup. "Bukan begini caranya...." lirihnya kemudian kesadarannya hilang sepenuhnya.

Brugh!

Badan Regan ambruk ke lantai. Risa tersenyum puas lalu mendekati Anaknya.
Tangannya membelai pipi Regan, sayang. "Kamu salah Nak. Menurut Ibu, inilah caranya." Ia mengangkat dan membawa Regan ke kamarnya.

Diam-diam Risa memasukan obat bius ke dalam makanan Regan. Ia tidak ingin membunuh Anaknya dengan racun karna bisa saja membuat Regan menderita saat obat itu bekerja. Jadi, ia berencana untuk membius Regan. Saat anaknya tidak sadarkan diri, ia akan mencekiknya sampai Regan benar-benar mati. Jika ia mati di cekik ketika kesadaran tubuhnya tidak ada, bukankah anaknya tidak akan merasa kesakitan? Rencana yang sempurna kan?

Lalu dirinya? Ia sudah menyiapkan tali yang tadi Regan lihat tergeletak di lantai. Risa memilih untuk gantung diri meski rasanya pasti sangat menyakitkan. Tak apa kalau dirinya yang sakit, asal kematian anaknya tidak sakit.

cukup kamu! {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang