52. Orangtua👪

130 8 14
                                    

Janlup jejaknya kakak! 😘🥰

____________________________________

"SELAMAT ULANG TAHUN REGAN!"

Sambutan meriah menjadi hal pertama yang ia dapat ketika sampai rumah. Di hadapannya kini berdiri semua teman-teman yang selama ini mengisi kehidupannya.

Sea membawa brownies yang di hias sedemikian rupa seperti kue. Benar-benar cantik. Sangking terkejutnya, Regan bingung harus memberi respon seperti apa.  Tapi intinya Ia benar-benar merasa bahagia saat ini.

Regan menatap brownies itu dengan tatapan berbinar dan terharu. "Makasih. Kuenya ... Sangat cantik." Senyum di bibirnya menandakan kebahagian dan kehangatan besar yang terasa sangat menyenangkan.

Tapi ada hal yang baru mereka sadari.

"Bunga dari siapa?" tanya Fia dengan wajah tak suka. Sepertinya gadis itu cemburu🤭.

Tak ingin Fia salah paham, Regan pun menjelaskan dengan matanya yang melihat ke arah bunga tersebut. "Aku beli sendiri."

Fia nampak menghela nafas lega.

"Dan sekarang bunga ini buat kamu." Regan menyerahkan bunga itu. Tersenyum hangat dan memberi tatapan penuh cinta. Fia menerimanya dengan wajah sumringah.

Regan merendahkan tubuh untuk mensejajarkan dengan tinggi Fia. Berbisik pada telinga gadis itu dengan suara yang terdengar rendah, "gak perlu khawatir. Cintaku habis di kamu."

Regan menjauhkan badannya. Melihat pipi Fia yang mulai merona. Menggemaskan. Regan mencubit salah satu pipi itu untuk menyalurkan rasa gemasnya. Cubitan yang pelan dan tidak menyakitkan.

"CIEEEEEEE~!" Sorak semua orang yang menyaksikan kejadian ini.

Tapi tanggapan Regan dan Fia hanya sebuah tawa.

"Duh, jadi ingat masa muda, "kata Nek Tuti.

Merekapun mulai merayakan ulang tahun Regan tanpa Reza yang ikut bergabung karna anak itu sudah pindah. Sayang sekali, padahal Reza lah yang sudah membuat brownies ini sekaligus menghiasnya.

Tapi di tengah-tengah kegembiraan tersebut, Nek Tuti tiba-tiba jatuh pingsan. Membuat mereka semua yang berada di sana langsung panik. Apalagi Regan yang langsung berteriak memanggil Neneknya. Baru saja hendak menolong, Nek Tuti terbangun tapi dengan matanya yang terpejam.

Regan duduk di hadapan Neneknya dengan wajah khawatir bukan main. "Nek, Nenek gak papa? Ada yang sakit gak? Nenek kenapa bisa jatuh tadi? Lebih baik kita ke rumah sakit." Regan menodong Neneknya dengan banyak pertanyaan sekaligus. Ia kelewat panik.

Tapi mulutnya langsung di buat bungkam dengan kalimat yang Neneknya ucapkan. Apalagi dengan satu tangan yang membelai pipinya lembut.

"Selamat ulang tahun. Anakku." Bibir itu tersenyum lembut.

Semua yang ada di sana diam. Bingung tentang apa yang sebenarnya terjadi di sini. Tapi tidak dengan Regan. Dia hafal dengan nada panggilan ini. Suara yang dulu pernah memanggil namanya dengan begitu lembut. Suara yang berisi kasih sayang. Nada suara yang selama ini Regan rindukan dari seseorang.

"Ibu? Ini ... Beneran Ibu?" tanya Regan dengan suara bergetar

Nek Tuti mengangguk sambil tersenyum. Lalu mengecup kening Regan singkat. "Iya, Regan. Ini Ibu."

Tangan Regan bergetar. Tak mempercayai apa yang saat ini tengah terjadi. Tapi ... Itu nada panggilan yang selalu Regan dengar dari Ibunya ketika mereka masih menjadi keluarga harmonis bersama Ayah. Ia menyentuh tangan Ibu yang masih menempel pada pipi. Sepertinya Ibunya datang dan merasuki Neneknya demi bertemu dirinya.

cukup kamu! {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang