8. huft... mimpi🌫️

365 226 308
                                    

Sebelum baca...
Minta vote. Komen. Atau bahkan follow, boleh gak nih?

____________________________________

Seorang pelaku tidak akan tahu apa yang di rasakan korbannya


-Regan Algifano-

_______________________________

Regan memang bersekolah di tempat yang baru, suasana baru, bangunan baru, Guru baru, dan teman sekelas baru. Namun, ketakutan terhadap tempat ini masih saja sama. Terus melekat di pikiran tanpa bisa dilepaskan. Kenangan yang ingin di lupakan namun tak bisa terlupakan.

Kenangan menjadi korban bully  yang di perlakukan bagai hewan yang selalu di perbudak pemiliknya. Di anggap bagai sampah maupun hama yang keberadaannya saja cukup menggangu.

Di perlakukan seenaknya tanpa memperdulikan bagaimana perasaan Regan. Betapa sakit hati nya dia dan trauma yang muncul oleh mereka. Mereka tentu saja tidak akan tahu hal itu. Seorang pelaku tidak akan tahu apa yang di rasakan korbannya.

Beberapa waktu yang lalu ketika Regan masih di sekolah lamanya...

Regan di seret paksa dengan kerah depan yang di tarik sembari di remas hingga membuatnya tercekik di setiap langkahnya. Tangannya terus mencoba agar pegangan itu terlepas dengan mulut yang terus memohon.

"Lepasin aku. Kumohon, aku susah nafas."

Bruk!

Reza melepaskan pegangannya pada kerah Regan sembari membantingnya ke tanah dengan keras hingga menimbulkan bunyi.

Reza dan komplotannya membawa Regan ke belakang sekolah di saat jam istirahat. Tempat yang tidak banyak di kunjungi orang.

"Akh!" Pekik Regan tertahan kala tangannya tergores beberapa kerikil kecil tajam yang membuatnya berdarah sedikit.

Dengan tubuh yang mulai bergetar ketakutan, Regan mencoba bangun. Degup jantungnya sudah tak beraturan dengan pancaran matanya yang menyiratkan rasa cemas dan takut.

Reza hanya memandanginya dengan senyuman tipis yang nampak meremehkan. Reza merasa miris. Perlakuan kecil seperti itu saja sudah membuat Regan ketakutan setengah mati.

Regan yakin pikiran mereka saat ini pasti sudah di penuhi tentang bagaimana mereka akan menyiksa dirinya. Bagian tubuh mana yang akan mereka tendang. Bagian tubuh mana yang akan mereka pukul.

Keempat anak itu berdiri mengerubungi Regan sambil menatapnya dengan wajah yang menyiratkan kebencian.

Regan memandangi wajah mereka sambil menggelengkan kepala. "Jangan! Jangan siksa aku! Kumohon jangan!"

Regan dengan bersusah payah mundur ke belakang dengan cara mendorong tubuhnya dengan kedua tangan bertumpu pada tanah, untuk sekedar menjaga jarak. Keringat dingin mulai mengucur. Rasa kecemasan berlebih mulai menguasai dirinya. Membuat pandangannya nampak tidak fokus. Regan tidak bisa berpikir jernih.

Pelan namun pasti ia bisa menggeser tubuhnya. Matanya melotot kala punggungnya menyentuh tembok di bagian belakang.

Jujur saja, Regan pernah melawan lalu berhasil kabur. Tapi apa yang ia dapatkan? Ibunya dicelakai oleh mereka yang berduit itu. Dan besoknya, mereka menyiksanya dengan lebih parah lagi. Jadi, itu hanya bisa di anggap rasa sakit yang sedang di tunda. Bukan malah membantunya tapi malah memperparah keadaannya.

Regan menggosokkan telapak tangannya dengan wajah meminta belas kasih. "Maaf! Maaf! Maaf!  Tolong lepaskan aku. Aku mohon... Tolong lepaskan aku," pintanya dengan suara bergetar.

cukup kamu! {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang