28. suami? istri?👩‍❤️‍👨

236 75 76
                                    

Sebelum baca...
Minta vote. Komen. Atau bahkan follow, boleh gak nih?

Tolong banget inimah, tinggalkan jejak yaa...biar aku makin semangat ngelanjutinnya.
____________________________________

Fia terbangun kala merasakan ada sesuatu yang menindih perut sekaligus mendekap tubuhnya dari samping. Membuatnya agak sulit bernafas. Ia menoleh dengan mata  setengah terbuka. Kedua bola mata itu terbelalak sempurna  dengan wajah terkejut saat tau Regan tengah memeluk Fia dalam keadaan dirinya yang tertidur.

Wajah itu sungguh dekat, hampir menempel saat Fia menolehkan kepala. Dagu Regan bersandar pada bahu Fia, membuat gadis itu bisa merasakan hembusan alus nafas Regan yang menyentuh leher dan telinganya dengan lembut. Fia dengan segera mengalihkan pandangannya. Tubuhnya kaku dengan detak jantung yang berdegup kencang.

Sial! Wajahnya deket banget!

Tapi kalau di lihat-lihat, Regan tampan juga ya kalau di lihat dari dekat. Sekaligus menggemaskan dengan rambutnya yang acak-acakan tak karuan. Kemudian tubuh Regan bergeser, tak lagi menindih Fia. Kedua tangan itu beralih memeluk guling. Barulah Fia bisa bernafas lega. Astaga... sekarang apa yang perlu Fia lakukan? Apalagi ia sedang di rumah seorang teman laki-laki.

Untuk saat ini Fia memilih ke kamar mandi dulu untuk sekedar mencuci muka supaya tidak terlihat buluk-buluk amat ketika Regan melihatnya setelah bangun tidur. Eh? Kenapa Fia jadi harus mementingkan penampilannya di depan Regan?

Saat Fia melihat ke arah dapur, ia melihat ada sebuah kertas tergeletak di atas meja. Fia membacanya;

"Sudah Nenek buatkan bubur. Nanti tinggal di hangatkan saja."

Lalu kepalanya menoleh saat ada seseorang yang menyerukan namanya.

"Fia," panggil Regan dengan suara serak sambil mengucek matanya. Nampak masih setengah sadar. "Dari kapan kamu bangun?" Kemudian Regan menempatkan diri untuk duduk lalu menyandarkan pipinya di meja makan sambil memandangi Fia. Tapi setelahnya mata itu kembali menutup dengan perlahan. Nampaknya lelaki itu masih mengantuk.

Fia tersenyum kecil merasa gemas. Ia menyentuh puncak kepala Regan, membuat lelaki itu menatapnya lagi dan berkedip pelan, "kenapa bangun kalau masih ngantuk, hm?"

Regan tersenyum tipis. Terlihat nyaman saat Fia mengusap kepalanya. "Aku bangun soalnya ngerasa udah gak ada kamu di sisi aku. Eh, ternyata beneran gak ada. Aku pikir kamu udah pulang, untungnya belum."

"Emangnya kenapa kalau gue udah pulang?  Kan ini emang bukan rumah gue. Sudah sepatutnya buat gue kembali ke sana," kata Fia lalu menempatkan diri duduk di sebelah Regan.

"Iya kamu bener. Tapi, kalau suasana rumah lagi-lagi bikin kamu gak nyaman, jangan sungkan buat ke sini lagi ya, Fia."

"Ngerepotin lo itu namanya."

"Enggak. Aku suka kamu ... Nginep di sini bareng aku."

Sebuah jeda yang di lakukan Regan, rasanya seperti ungkapan bahwa Regan tengah memberitahu perasaannya. Fia yang tau bahwa Regan memang sudah menyukainya, tak dapat menyembunyikan semburat merah pada pipi. Fia memalingkan wajah merasa malu dengan pemikiran itu. Apakah Fia juga sudah mulai menyukai Regan? Entahlah...

Fia bangun dari duduknya, hendak menghangatkan bubur. Tapi, tangan kanannya malah di tahan oleh Regan. Lelaki itu sudah berdiri di hadapan Fia.

"Kamu mau kemana? Nanti aja pulangnya."

"Iya. Gue cuma mau angetin bubur."

Mendengar itu Regan tersenyum senang lalu kembali duduk.

Fia memakai celemek yang terlampir di kepala kursi lalu mulai menghangatkan bubur. Regan memperhatikan punggung Fia di kursinya. Tubuhnya itu sangat kecil dan nampak begitu rapuh. Rasanya ingin sekali Regan memeluknya, mendekapnya dengan erat, dan menjaganya. Pasti saat Regan memeluk tubuh Fia, kepala gadis itu hanya sampai se dadanya saja. Membayangkan hal itu membuat Regan merasa lucu.

cukup kamu! {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang