58. Berlian Dengan Lumpur

10K 877 0
                                    

Ada yang udah siap peluk dandelion versi novel belum nihhh🤭

Rugi banget loh kalo engga ikutan PO karena ada banyak kisah Naja yang gak diceritain di wattpad

**

Di sebuah taman yang lumayan ramai orang terdapat seorang gadis yang tengah tiduran dibawah batang pohon yang menampakkan langit yang mulai senja. Ya, lagi dan lagi sebuah taman yang beradatidak jauh dari kantor keluarganya lah yang menjadi tempat pelarian Naja.

Tempatnya saat ini berada di pohon paling ujung taman sehingga membuat Naja tidak terganggu dengan keramaian taman yang dikunjungi oleh banyak orang yang tengah menghabiskan waktu sore mereka.

Naja menutup matanya, menikmati angin yang terasa sangat sejuk ketika berhembus kearahnya. Gadis itu sudah lelah karena menangis sehingga membuat tenaganya hapir habis, ditambah dengan keadaan tubuhnya yang sama sekali belum beristirahat. Gadis itu hanya berharap semoga tubuhnya bisa bertahan lebih lama lagi karena pertarungan yang sebenarnya baru saja dimulai.

Saat tengah asik memejamkan matanya, secara tidak sengaja telinga Naja menangkap suara seseorang yang terdengar sedang kesal. "Apa-apaan itu?!. Mentang-mentang umur kita yang masih muda mereka berpikir bisa membodohi kita?." Ucap seseorang yang Naja yakini adalah suara dari seorang lelaki.

"Sudahlah El, percuma saja kau marah-marah seperti itu, toh kita juga sudah menolak tawaran mereka." Sahut seseorang. "Itu bukan tawaran tapi pemalakan Ton!." Balas lelaki yang di panggil El itu.

"Kau juga King!. Kenapa kita malah kesini dan hanya diam saja. Kita harus berusaha lebih keras lagi agar kita dapat membuktikan kepada perusahaan sapah itu kalau anak muda yang mereka remehkan ini bisa menjadi lebih dari mereka!." Ucapnya lagi kepada seorang lelaki yang sedari tadi duduk menyender dipohon dengan mata yang fokus dengan sebuah majalah bisnis di tangannya.

"Tapi apakah masih bisa?. Bukannya tander yang sesuai dengan konsep yang kita buat cuma yang tadi aja?. Jikalau ada pun itu pasti waktunya sangat mepet kalau engga ya kitanya gak bisa masuk karena target sasaran mereka bukan kita tapi perusahaan-perusahaan besar." Sahut seorang lelaki lagi. Mendengar ucapan mereka membuat Naja menjadi sedikit tertarik sehingga langsung saja gadis itu membuka matanya dan kemudian segera bangun dari tidurnya lalu menatap dimana asal suara itu.

"Ini" Ucap singkat dari seorang lelaki yang sedari tadi sibuk dengan majala yang Naja yakini adalah majala bisnis.

Seorang lelaki dengan kemeja hitamnya langsung berjalan menghampiri lelaki itu dan melihat apa yang dimaksud oleh lelaki itu diikuti oleh ketiga temannya yang lain. Dari sini Naja jadi mengetahui bahwa suara itu berasal dari lima orang lelaki dengan kemeja dan jasnya yang terlihat seperti para bos-bos muda.

Naja menyakini bahwa kelima orang itu berusia tidak berbeda jauh dengan dirinya. Hal itu tentu saja membuat Naja menjadi tertarik, apalagi ketika mendengar pembahas mereka yang membuat Naja bisa menebak bahwa kelima orang itu baru saja mengalami penghinaan dan bahkan hampir ditipu karena dianggap bodoh hanya karena usia mereka yang masih muda.

Ya, Naja mengakui bahwa berada di dunia bisnis itu memang sangat kejam, selain harus cerdas dan licik mereka juga harus memiliki orang belakang yang kuat sehingga orang-orang tidak akan memandangnya remeh, contohnya Naja yang memiliki nama keluarga Armstrong dan dukungan dari Opa serta Papi nya sehingga membuatnya tidak bisa dipandang remeh walaupun umurnya masih sangat muda untuk terjun di dunia bisnis.

"Enything Events, dari perusahan Go ITie Company?." Ucap lelaki yang di panggil El itu ketika membaca apa yang terterah di Majalah tersebut. "Dan acaranya malam ini?." Sahut yang lain dengan antusias.

"Gimana?." Tanya lelaki yang memegang majalah itu seraya menatap keempat temannya itu dengan senyuman tipisnya. " GAS!." Teriak yang lain dengan semangat, sebelum sebuah pertanyaan keluar dari mulut seorang lelaki dengan paras lembut. "Tapi gimana kalo hasilnya sama aja kayak yang tadi?".

"Gapapa, kalo gagal lagi kita cari cara lain lagi yang penting usaha dulu. Selain itu setidaknya kita juga mendapatkan motivasi dari kegagalan itu." Sahut lelaki yang memegang majala itu lagi dengan nada menyakinkannya.

Naja terdiam melihat dan mendengar ucapan kelima orang itu. Jika boleh jujur, Naja iri dengan persahabatan kelima orang itu yang tampak saling menguatkan saat sedang jatuh, mereka jatuh bersama dan usaha bersama sedangkan ia usaha sendirian dan jatuh pun sendirian.

Beberapa saat kemudian Naja menjadi memikirkan ucapan kelima lelaki itu yang mengacakan akan datang di acara milik Go Itie Company. Naja mengetahui acara itu, acara itu adalah acara yang setiap tahunnya selalu digelar oleh perusahan Go ITie Company. Acaranya memang tidak sebesar milik Layti Company, namun bagi perusahaan yang baru saja naik itu tentu saja acara yang sangat penting agar dapat menaikan nama perusahaan mereka. Memikirkannya membuat Naja menjadi berencana untuk menghadiri acara tersebut, selain itu ia juga dibuat cukup penasaran dengan keahlian yang dimiliki oleh kelima lelaki itu.

**

Seperti dengan rencana Naja tadi, saat ini gadis itu tengah berdiri di ruangan luas yang sudah dihiasi dengan sangat cantik. Gadis itu hanya diam di pojokan seraya memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang mencari mitra yang bisa diajak untuk berbisnis.

Awalnya gadis itu memang sudah beberapa kali didatangi oleh para pengusaha-pengusaha muda yang mengenal dirinya, namun karena gadis itu yang dengan halus menolak semua ajakan mereka membuat orang-orang tersebut sadar diri dan pergi meninggalkan Naja sendirian karena mereka tidak ingin berurusan dengan keluarga Armstrong jika membuat gadis tersebut tidak nyaman.

Tuan Baron, sang pemilik acara juga di kejauhan memperhatikan Naja bersama dengan beberapa kolega bisnisnya. Tadi ia juga sudah menghampiri Naja, namun sama seperti yang lainnya ia juga mendapatkan penolakan dengan halus oleh gadis itu.

"Aku masih bingung, mengapa gadis itu kesini jika tidak ingin berbaur dengan yang lainnya?." Tanya salah satu kolega bisnis yang juga mendapat penolakan oleh Naja tadi.

"Apakah ia hanya bosan saja?" sahut yang lainnya. "Tidak mungkin, kita semua sudah mengenal siapa gadis itu dan bagaimana perilakunya. Jadi sangat mustahil jika ia kesini hanya karena bosan. Belum lagi aku juga mendengar isu bahwa keluarga Armstrong juga ikut berpartisipasi dalam Tander yang dibuat oleh Layti Company dan gadis itu termasuk dalam salah satu bagiannya." Sahun Tuan Baron. Saat ini ia dengan kedua kolega bisnisnya tengah duduk di sebuah meja yang tidak akan disangka oleh orang-orang bahwa mereka tengah menggosipkan seorang gadis.

"Atau kah ia tengah menargetkan salah satu orang yang berada disini?." Ucap salah satu dari mereka yang membuat ketiganya terdiam. "Sepertinya kau benar, lihat itu." Ucap Tuan Baron seraya menatap Naja yang tengah berjalan menghampiri lima orang pemuda dan sepasang suami istri yang duduk di meja yang tidak jauh dari tempat mereka.

"Oh aku tau, kelima pemuda itu tadi juga menghampiriku. Mereka menawarkan sebuah kerja sama yang sangat menguntungkan dan bagus, namun sayangnya mereka sepertinya masih pemula sehingga tidak dapat menjamin keberhasilan proyek tersebut sehingga membuatku ragu untuk menerimanya." Sahut salah satu lelaki setengah baya yang duduk di samping Tuan Baron.

"Sama, mereka tadi juga menghampiriku, namun aku juga menolak permintaan kerja sama mereka karena aku belum tahu kapasitas mereka seperti apa." Sahut temannya satu lagi. Tuan Baron yang mendengar jawaban dari teman-temannya itu menatap mereka tidak percaya.

"Memangnya apa yang mereka buat?." Tanya Tuan Baron dengan penasaran. "Sebuah robot dengan pengamanan dan kecerdasan yang tinggi. Tadi aku juga sudah menyarankan mereka untuk menemuimu karena aku yakin kau akan sangat tertarik dengan temuan mereka itu, namun sepertinya mereka kurang beruntung karena malah lebih dulu menemui si licik daripada dirimu." Mendengar itu langsung membuat Tuan Baron melototkan matanya. Bagimana bisa kedua temannya itu menolak hal yang pastinya akan sangat menguntungkan itu. Kemudian matanya menatap iba kearah kelima pemuda yang tengah terlibat aksi cekcok dengan sepasang suami istri itu sebelum pada akhirnya dihentikan oleh Naja.

"mendengar ceritamu membuatku berpikir bahwa gadis itu memang sudah menargetkan mereka. Aku iri karena dia lebih dulu menemukan berlian yang tercampur dengan lumpur." Ucap Tuan Baron.

Dandelion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang