**
Saat ini seluruh anggota keluarga Armstrong tengah melaksanakan makan malam bersama, seperti biasa mereka duduk di kursi mereka masing-masing. Namun, makan malam kali ini terasa berbeda karena hanya terdengar dentingan sendok dan garpu saja di antara mereka, tidak ada obrolan hangat yang biasanya mereka lakukan, terlebih ketika melihat raut muram dari tetua keluarga Armstrong itu membuat mereka semua tidak berani untuk angkat bisa terlebih dahulu untuk menghilangkan kecanggungan didalam ruangan itu.David, sang tetua sendiri merasa moodnya sangat hancur karena sedari tadi cucu kesayangannya itu sama sekali tidak menyapanya, bahkan untuk sekedar menatap kearahnya saja sepertinya cucu kesayangannya itu enggan.
Sementara sang empunya yang membuat mood sang tetua menjadi buruk itu hanya bersikap tenang seperti tidak terjadi apapun, ia bahkan dengan santainya menghabiskan makanannya. Kemudian setelah beberapa menit kemudian terdengar dentingan sendok dan garpu yang ditaruh diatas piring pertanda sang pemilik sudah selesai dengan makanannya.
"Aku selesai, permisi." Ucap Naja yang menarik perhatian seluruh anggota keluarga Armstrong termasuk David.
"Naja sayang," ucap David yang berusaha menghentikan Naja tetapi gadis itu berlagak tidak mendengar suara dari David dan langsung melengos begitu saja meninggalkan ruang makan itu dan pergi ke kamarnya karena besok ia masih harus mengerjakan tugasnya yang sangat menumpuk.
Sementara itu David yang diacuhkan oleh Naja menjadi semakin muram. Wajahnya yang tadinya sudah kusut menjadi tambah kusut.
"Axell" ucap David tiba-tiba yang langsung membuat sang empunya nama langsung berdiri dengan tegak ketika mendengar suara berat dari Daddy nya itu.
"Iya Dad" ucap Axell dengan suara tegas seakan-akan sudah siap jika diberikan perintah.
"Siapkan dirimu, karena setelah pengumuman tander itu kau harus pindah dan mengurus pabrik teh yang ada di kabupaten milik keluarga dan jangan lupa ajak juga istri dan anak-anakmu. Mereka harus merasakan segarnya angin di kabupaten." Ucap David dengan mutlak. Axell dan keluarganya yang mendengar itu tentu saja merasa tidak terima karena secara tidak langsung David mengusir mereka dan tidak membiarkan mereka untuk berkontribusi di perusahaan keluarga Armstrong. Pria tua itu menyuruh mereka untuk mengurus pabrik teh milik keluarga dari pihak ibunya, Helvanda yang dimana jika di bandingkan dengan perusahaan cabang keluarga Armstrong saja rasanya sama sekali tidak ada apa-apanya.
"Tap-" ucapan Axell langsung terpotong karena David langsung menghentak sendoknya di atas piring lalu ikut pergi dari hadapan mereka semua yang dimana artinya seberusaha apapun Axell itu akan menjadi sia-sia saja karena keputusan David sudah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat lagi.
Ayara yang mendengar itu menjadi marah, ia menggepalkan tangannya dengan mata yang memancarkan sorot permusuhan kearah David yang sudah mulai menghilang dari balik pintu. Lisa yang menyadari kemarahan anaknya itu pun langsung menggenggam tangan anaknya dengan tatapan tajam kearah Ayara. Kemudian ibu dua anak itu langsung mendekati Ayara dan berbisik.
"Kau harus memenangkan tender ini karena hanya jika kau berhasil kita tidak akan dikirim ke kabupaten dan mengurus pabrik itu. Bagaimanapun caranya kau harus menang, aku tidak peduli itu cara bersih maupun kotor!." Ucap Lisa berbisik ditelinga Ayara dengan nada suara yang ditekan. Ayara yang mendengar ucapan dari ibunya hanya diam tetapi matanya memancarkan tekad yang kuat.
**
INFO PENTING!
NOVEL DANDELION LAGI DISKON!Dari yang harga awalnya segini jadi CUMA Rp. 55.000 AJA LOHHH!
YAKIN GA TERTARIK?🤭
Ayo segera dibeli sebelum kehabisan!Jika tertarik langsung hubungi saja CP diatas yauuu💋
**
Ini aku kasih spill dikit Dandelion versi novel yang ga ada di wattpad biar kalian makin tertarik 🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Teen Fictioncover by Pinterest ** Hidup seorang Naja sama dengan makna dari bunga Dandelion yang mengartikan kehidupan yang keras, penuh perjuangan, penderita namun tetap tegar. Yah, kehidupan Naja itu keras dan penuh dengan rintangan. Orang tuanya lebih memili...