Jimin.
Beberapa hari kemudian
* * *
Ketika pesawat akhirnya mendarat di tanah yang aman lagi, aku sama sekali tidak merasa damai.
Jari-jariku mengetuk lututku, kesabaranku menipis. Setelah semua yang ku pelajari beberapa hari terakhir ini, aku tidak menghabiskan satu menit pun tanpa khawatir. Meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, aku tidak bisa tinggal di sana.
Lagipula itu tidak akan berguna.
Aku menghela nafas pada diriku sendiri saat mobil melewati semua rumah yang kukenal.
Aku tidak sabar menunggu untuk pulang lagi.
Untuk melupakan semuanya.
Untuk menyentuh kelinciku lagi dan mencium bibirnya yang lembut seperti beludru.
Dia selalu punya cara untuk membuatku merasa lebih baik terutama saat aku lelah.
Ketika aku pergi ke gedung dan memasuki lift, telepon ku berdengung. Aku memeriksa hanya untuk menemukan peringatan dari salah satu detektor rumah ku. Seseorang masuk ke kantor ku.
Hmm… siapa itu?
Aku memutar mataku.
Tentu saja dia akan mulai mengintai begitu aku melepaskan Mina. Baru tiga puluh menit yang lalu, aku mengirim pesan kepadanya dan memberi tahu dia bahwa dia sudah selesai untuk hari itu, jadi aku bisa punya waktu pribadi dengan Yeorin.
Dan di sini kelinci kecilku mengintip di tempat yang tidak seharusnya.
Aku melenggang melewati koridor dan masuk ke penthouseku sendiri, mencarinya.
"Yeorin?" Aku membujuk, mengangkat alis untuk melihat apakah dia akan merespon.
Apakah dia merencanakan jebakan lain untukku?
Aku menggosok dahiku. “Yeorin. Aku tahu kau ada di kantorku. Tidak ada gunanya bersembunyi.”
Setelah beberapa detik tidak responsif, aku menerobos masuk ke dalam ruangan, hanya untuk menemukannya mengintip melalui kertas-kertas ku seolah dia bahkan tidak mendengar ku.
Aku membanting tanganku ke pintu.
Dia mendongak, tidak terkejut bahwa aku memergokinya sedang beraksi.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Aku bertanya.
"Seperti apa bentuknya?" Kesabarannya membawa senyum ke wajahku.
“Aku tidak memberimu izin untuk masuk ke sini, dan kau tahu itu. Aku tidak menghargai mu memeriksa barang-barang ku ketika aku berada di luar kota."
"Dan aku tidak suka jerat seperti hewan peliharaan, tapi ini," balasnya, mengangkat bahu seolah dia tidak melakukan kesalahan.
Aku berjalan ke arahnya dan meraih pergelangan tangannya ketika dia hendak meraih laci yang sangat rahasia.
"Ah."
Dia berputar pada tumitnya untuk menatap mataku.
“Apa yang ingin kau sembunyikan? Kau pikir aku tidak tahu kalau kau seorang mafia?” Dia tertawa. "Seperti orang tuaku tidak dalam bisnis yang sama."
“Aku tidak peduli apa yang orang tuamu lakukan. Apa yang ku lakukan adalah urusan ku sendiri,” jawab ku.
“Oh, jadi aku istrimu, tapi aku tidak tahu apa-apa tentang pekerjaanmu?” Dia mengangkat alisnya. "Begitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Marriage Debt
Romance(Completed) Dia lari dari pangeran mafia. Tapi sang pangeran tidak akan berhenti sampai dia menjadi istrinya. Aku, Choi Jimin. Pewaris salah satu kerajaan mafia paling kuat di Daegok. Mafia terkenal dengan selera jahat untuk perempuan. Tapi hanya ad...