6 - I found her

90 11 0
                                    

"EL!" Aku berseru kencang. Kaget mendapati Eleanor ada di sini.

Eleanor tersenyum lembut, kemudian menyerangku dengan pelukannya. Mataku berkaca-kaca, aku sangat senang karena ternyata Eleanor baik-baik saja.

"Vie! Aku tau kamu akan datang," kata Eleanor dengan senyum khasnya. Aku tersenyum, menyeka air mataku yang hendak turun.

"Aku mengkhawatirkanmu, El. Kamu pergi tanpa bilang apapun padaku. Bahkan kamu tidak bilang pada bibi. Dia sangat khawatir."

Eleanor mengangguk membenarkan. "Benar, aku kabur begitu saja. Maafkan aku, Vie." Eleanor menunduk, tapi setelahnya gadis itu malah memelukku kembali. "Tapi aku senang sekali kamu datang!" ujarnya antusias.

Kami berdua kemudian duduk di bawah pohon tua yang sangat besar. Pohon itu terlihat mengerikan dengan beberapa daun yang sudah kering. Kami duduk di sana, memandangi hamparan dari dasar jurang luas yang di kelilingi pepohonan besar dan tinggi. Aku menghembuskan napas pelan, aku baru saja terjun dari atas jurang sedalam ini. Untung saja aku selamat dengan bola transparan milik Eleanor. Burung merpati yang dipanah oleh Eleanor juga teronggok bisu.

Mataku menangkap sesuatu yang tidak asing. Sebuah hutan. Apakah hutan itu?

"Apakah itu hutan terlarang, El?" Aku bertanya penasaran, menunjuk hutan yang tak jauh dari kami duduk.

Eleanor menggeleng. "Bukan, itu hanya pintu menuju hutan terlarang sesungguhnya."

"Maksudnya?" Aku tidak mengerti.

"Banyak orang mengira jika hutan yang kamu lihat di sana itu hutan terlarang, tapi nyatanya tidak. Itu hanya pengalihan. Hutan itu tidak benar-benar ada di sini, aku juga tidak tau letak sesungguhnya." Eleanor berkata santai. Aku jadi mengingat percakapan antara Ibu dan Kakek Osh. Penjelasannya mirip sekali dengan yang Eleanor katakan.

"Dan, di sekitar sini, sering sekali ditemui mayat pemburu yang tewas, entah hanya begian-bagian badannya saja. Kamu tau, kan maksudku?" imbuh Eleanor, dia bertanya padaku.

Aku mengangguk. "Mereka itu orang-orang yang diberitakan tewas karena hutan terlarang, tidak pernah kembali, dan berita itu menyebar di seluruh penjuru desa sehingga memberikan kesan buruk untuk hutan terlarang." Aku menyampaikan apa yang masuk akal di otakku.

"Benar sekali. Aku juga berpikir begitu. Dan menurutku, itu semua karena mereka tidak dapat menaklukkan ombak tanah di atas sana, sehingga mereka jatuh, dan kehilangan nyawa," cetusnya lagi.

Aku menganggukkan kepala, masuk akal.

Tapi, aku kepikiran sesuatu.

"Tunggu, bagaimana kamu tau tentang semua ini, El? Maksudku, kamu tau banyak sekali tentang hutan terlarang, contohnya saja hutan terlarang yang tidak berada di sini. Apa itu semua dari Kakek Osh?"

Eleanor bungkam, seperti berat untuk menceritakannya. Namun, sesaat setelah itu dia menghembuskan napasnya pelan.

"Baiklah, aku akan membicarakannya padamu, karena kamu adalah teman baikku, Vie." Eleanor berhenti sejenak.

"Jika kamu mengira aku mendapatkan jawaban dari Kakek Osh, maka kamu salah. Kakek Osh tidak membantuku sama sekali."

Mataku melebar. Eleanor tidak mendapatkan informasi ini dari Kakek Osh? Terus, dapat dari mana? Aku berusaha untuk tidak bertanya dahulu, membiarkan Eleanor menyelesaikan ceritanya.

"Beberapa hari lalu aku emang mengunjungi Kakek Osh di rumahnya. Aku berkata baik-baik untuk meminta Kakek Osh memberitahu lokasi hutan terlarang. Aku juga sudah bilang pada orang tua itu, tujuanku untuk mencari Pangeran kerajaan yang menghilang. Tapi kamu tau apa? Aku malah mendapatkan cacian dari mulutnya. Dia bilang aku anak kecil, perusak alam, dan tukang pamer. Hei, emangnya apa yang bisa aku pamerkan? Aku kesal sekali!" Eleanor bersungut-sungut, aku sangat paham apa yang dirasakannya.

FORBIDDEN FOREST [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang