13 - Everything is fine

24 7 0
                                    

Aku membuka mataku perlahan, cahaya matahari yang masuk dari sela-sela daun membuat mataku menyipit karena silau. Aku bergegas duduk dan meregangkan ototku yang terasa letih. Aku baru saja bangun. Setelah berbincang cukup lama dengan Pangeran Essam, aku memutuskan tidur karena semalaman aku tidak cukup banyak istirahat.

Aku melirik ke arah Eleanor yang masih setia menutup kedua matanya, namun aku bersyukur karena kulit Eleanor yang semula pucat kini sudah kembali seperti sedia kala. Aku menyentuh kulitnya yang memenuhi suhu normal. Aku tidak sabar menunggu sahabatku itu sadar.

Setelah mengecek keadaan Eleanor, aku menoleh mencari keberadaan Pangeran Essam.

Pangeran Essam tampak berlari singkat menghampiriku seraya membawa beberapa jenis buah di tangannya. Wajahnya tampak sumringah.

"Vie, kamu sudah bangun?" tanya Pangeran Essam. Aku mengangguk, membalas ramah, "Baru saja, Pangeran."

"Aku sekedar menjelajahi sekitar, Vie, ternyata ada beberapa jenis buah yang bisa dimakan, aku telah mencobanya. Aku ingin kamu menikmatinya juga. Ini," Pangeran Essam menyerahkan buah-buahan itu padaku. Aku menerimanya, "Terima kasih, Pangeran."

"Andai saja El juga dapat menikmati buah ini seperti kita, pasti akan seru sekali." Aku menghela napas berat, sekali lagi menatap Eleanor.

Pangeran Essam mengangguk, tersenyum tipis. "El juga pasti akan merasakannya. Untuk saat ini, dia sedang istirahat, Vie. Yakin saja, El akan segera pulih."

Aku mengangguk.

"Oh iya, Vie. Sejak semalam aku belum beristirahat, bolehkah aku tidur sejenak dan kamu mengawasi sekitar?" pinta Pangeran Essam. Meskipun Pangeran Essam terlihat baik-baik saja saat ini, namun di wajahnya terlihat sekali jika laki-laki itu lelah.

Aku yang baru saja mendengar penuturan itu terkejut. "Pangeran belum tidur satu kali pun?"

Pangeran Essam menggeleng. "Belum, aku harus tetap terjaga untuk menjaga kalian. Aku takut Balor tiba-tiba saja mengambil tindakan."

Aku mengangguk cepat, "Istirahatlah, Pangeran. Biar kali ini aku yang berjaga, maaf karena aku sepertinya tidur terlalu lama sehingga membuatmu kesulitan."

"Tidak masalah, Vie. Terima kasih, jika ada apa-apa tolong bangunkan aku, jangan bertindak sendirian, ya." Ucapan Pangeran Essam membuatku mengangguk kembali. Tak lama, Pangeran Essam mulai memperbaiki tidurnya, dan segera terlelap menyisakan aku seorang diri yang terjaga di siang hari ini.

Suasana tampak lenggang. Sejak kejadian kemarin malam, tampaknya saat ini kami masih aman, belum terlihat tanda-tanda Balor akan mengambil tindakan. Namun bagaimana pun itu, aku tidak boleh terlalu lengah, kejadian mendadak selalu saja terjadi dalam petualangan kami.

2 jam berlalu dengan keheningan. Posisiku sekarang sedang memeluk lengan Eleanor yang lemah.

El ... Kamu kapan bangun? Aku merindukanmu.

Secara tak sadar, air mataku lolos begitu saja membasahi pipiku. Aku terisak saat kembali mengingat kejadian yang menimpa Eleanor semalam. Bagaimana mungkin temanku ini dengan berani mengambil tindakan tanpa memperdulikan nyawanya sendiri?

"Vie, kamu baik-baik saja?" Pangeran Essam mendekat. Sepertinya dia sudah bangun.

"Ah, ini, aku hanya sedih, Pangeran." Aku segera menyeka air mataku, tersenyum canggung.

"Aku juga sedih melihat kondisi El. Apalagi ini semua karena aku, sehingga rasanya aku sangat malu menampakkan diriku dihadapannya." Pangeran Essam tersenyum samar, penuh dengan rasa bersalah.

"Tidak, Pangeran. Jangan menyalahkan dirimu sendiri, ini bukan salahmu. El pasti sudah memikirkan tindakannya dan dia tahu jika itu bukan kamu. Aku selalu percaya dengan semua yang dilakukan El. El akan sedih melihat Pangeran yang terus merasa bersalah."

FORBIDDEN FOREST [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang