16 - Balor has arrived

24 7 0
                                    

Aku, Eleanor, dan Pangeran Essam mengambil posisi siap. Tanganku terangkat, gemeletuk api terlihat, aku membuatnya semakin besar, api itu seperti nyaris membakar tubuhku. Eleanor di sebelahku juga melakukan hal serupa, tangannya berputar ringan di udara, kesiur angin kencang terasa membuat pepohonan beriak ke sana kemari, pun dengan Pangeran Essam, memasang kuda-kuda kokoh, menyeringai, seolah momen ini yang ia tunggu-tunggu dari awal.

"Berhati-hatilah, El, Vie!" Pangeran Essam memperingatkan.

Pengikut Balor mulai menyerang dari berbagai sisi, aku melangkah mantap, mulai menembakkan bola-bola api yang disambut kaget oleh pengikut Balor. Gerakanku tangkas, memotong gerakan lawan yang sesekali hendak mengenaiku. Tanganku lancar melancarkan aksi, bahkan api-api itu juga mulai membakar lawan dihadapanku. Aku melompat tinggi dan melempar bola api yang tepat mengenai pengikut Balor satu persatu.

Di posisi Eleanor, lawan terbanting terus-menerus karena angin yang mengelilinginya, bahkan pengikut Balor kesulitan mendekati Eleanor. Eleanor juga membuat bola pelindung yang melindungi tubuhnya, teleportasinya cepat, lebih gampang menjatuhi mereka secara bersamaan.

Kondisi Pangeran Essam tampak baik-baik saja, pukulan dari tangannya membuat aku sedikit terperangah. Baru kali ini aku melihat pukulan yang begitu kuat, setiap pukulan yang dilakukan Pangeran Essam, membuat sekeliling kami bergetar. Jelas itu pukulan yang hebat sekali. Namun wajar saja, dia adalah seorang Pangeran, anak Raja Elias yang kekuatannya sangat besar.

Sekejap, aku merasa kami lebih unggul dari segi apapun. Perlawanan pengikut Balor belum ada yang benar-benar menyulitkan kami sampai ...

"ARGH!" Aku berteriak saat merasakan tubuhku tiba-tiba sulit bergerak, perlahan mengambang di udara. Aku menunduk, menatap akar-akar pohon yang sudah melilit kakiku. Akar itu juga semakin lama mengunci pergerakan tubuh, aku bergerak acak, memberontak agar akar-akar itu menyingkir dari tubuhku. Namun itu tidak mengubah kenyataan bahwa akar-akar itu semakin membuat aku sulit bergerak.

Kepalaku menoleh menatap Eleanor yang juga mengalami hal serupa. Keadaanya buruk, akar-akar itu melilitnya bahkan sampai membuat bola pelindung miliknya meletus, tangannya sudah terkunci, dia juga kesusahan, bagai binatang melata yang terus bergerak, akar-akar itu membawa tubuh Eleanor mengambang semakin tinggi, membuat beberapa pengikut Balor bahkan dengan mudah melukai Eleanor.

"AH SIALAN! MENYINGKIR AKAR-AKAR PAYAH!" Eleanor berusaha melepas akar-akar itu.

Pangeran Essam lebih baik, saat akar-akar mulai membuatnya susah bergerak, Pangeran Essam menghunus pedang di punggungnya. Dengan gerakan lincah, Pangeran Essam menebas akar-akar pohon itu membuatnya kembali menyerang pengikut Balor dengan buas.

Tubuhku terasa tercekik bersamaan akar-akar yang melilit. Sial! Akar-akar ini membuatku sangat marah. Mereka terus bertambah banyak dan bertambah tinggi membawa tubuhku. Aku harus segera mengatasinya dan membantu Eleanor.

"Ayolah, aku tidak ada waktu untuk ini."

Aku memejamkan mata, berkonsentrasi, percikan api mulai terlihat di tanganku, perlahan merambat hingga lengan, selanjutnya kepala, dan menyebar hingga kaki,  semakin lama, api itu semakin besar. Merah menyala, membuat hawa di sekitar gersang, menyelimuti tubuhku. Melihatnya seperti tubuhku tak ada di sana, hanya ada api.

WUSH!

Aku merentangkan tangan, berputar dengan cepat, lantas membakar akar-akar tersebut. Akar-akar itu luruh, terbakar, bergerak pelan menjauhiku. Aku terjatuh, namun aku baik-baik saja. Sambil tersenyum puas, syukurlah akar-akar itu bisa diatasi.

"Yes!" Aku melayangkan tinju ke udara.

Kembali ke pertandingan, aku membuat garis api yang cukup panjang sehingga sepuluh pengikut Balor yang tadinya hendak menyerangku malah menginjak api. Aku tertawa, lantas berlari menghampiri Eleanor yang tempak sulit akibat diserang dari berbagai arah, belum lagi akar-akar yang terus membungkus tubuhnya.

FORBIDDEN FOREST [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang