"Dia ... Bukan Pangeran Essam." Eleanor berkata pelan.
Aku dan Eleanor mundur secara perlahan dengan tatapan waspada. Apa yang terjadi pada Pangeran Essam sebelumnya? Aku yakin sekali, beberapa menit yang lalu aku masih menyaksikan Pangeran Essam tersenyum karena penerangan dari tanganku. Tapi sekarang, Pangeran Essam benar-benar berbeda, bagaimana mungkin?
Banyak sekali pertanyaan berkecamuk di otakku.
"El ... Apa yang harus kita lakukan? Pangeran sepertinya tidak mengenali kita!" Aku berseru khawatir sembari menoleh ke arah Eleanor yang tampak bergeming, namun aku yakin sekali gadis itu sedang memikirkan segalanya dengan penuh perhitungan.
"Vie, sebaiknya untuk sekarang kita hanya perlu diam sembari membantu Pangeran untuk sadar," ujar Eleanor, meskipun dari suaranya terdengar ragu-ragu.
Aku mengangguk pelan, kembali menengok ke arah Pangeran Essam yang menggepalkan tangannya erat. Kaki panjangnya perlahan mendekati kami, dan juga bibirnya tampak menyeringai. Aku gentar menyaksikan perubahan wujud Pangeran Essam yang drastis. Kemana Pangeran Essam yang ramah sebelumnya?
"Kalian pantas mati!" Suara Pangeran Essam menggema ke seluruh penjuru hutan. Suaranya yang berat sedalam samudera membuat aku dan Eleanor menegang karena takut sekaligus merinding.
CTAAK!
Tepat sekali ketika Pangeran Essam melayangkan pukulannya, balon pelindung yang dibuat Eleanor meletus seketika dengan gampangnya.
Aku terperanjat kaget, begitu pun Eleanor. Kami saling bergandeng tangan. Nyawa kami berdua benar-benar terancam.
"Pangeran sadarlah! Ini kami, El dan Vie!" Eleanor berteriak, sepertinya temenku ini berusaha menyadarkan Pangeran Essam. Baiklah, aku akan berusaha juga semampuku.
"Pangeran! Dengarkan aku. Tolong, kuasai dirimu kembali, ingatlah tentang kita, kita berpetualang bersama, Pangeran! Kita datang untuk melawan Balor. Ingatlah tujuanmu datang kemari Pangeran. Jika itu tidak berhasil, aku mohon, setidaknya kamu harus mengenal dirimu sendiri. Aku mohon, Pangeran ..."
Genggaman Eleanor di tanganku tampak mengerat, dia mengangguk pelan, setuju dengan ucapanku barusan. "Sadarlah, Pangeran ..."
BUMM!
"AKH!" Aku dan Eleanor terbanting jauh karena pukulan Pangeran Essam. Kekuatannya benar-benar besar sekali. Sepertinya tidak ada lagi celah untuk membuat Pangeran Essam sadar akan dirinya.
"Vienne!" Eleanor memanggil dari tempatnya terjatuh. Kami berjarak sekitar 100 meter karena pukulan tersebut.
Aku menoleh. "Tidak ada cara lain, kita juga harus melawan, Vie," seru Eleanor.
Aku menggangguk cepat. Baiklah, jika Pangeran tidak dapat disadarkan dengan baik-baik, maka kami harus melawan, bertarung melawan Pangeran Essam, setidaknya bertahan sebisa kami mengingat meningkatnya kekuatan Pangeran Essam barusan.
Aku dan Eleanor saling mendekat satu sama lain. Saling bertatapan dan mengangguk yakin.
Aku membuka telapak tanganku, api bergemeletuk di sana. Lantas, aku melemparkannya pada Pangeran Essam.
Wush!
Pangeran Essam gesit menghindar dan berteleportasi. Giliran Eleanor, dia membaca pergerakan Pangeran Essam dengan cepat, lantas mengirim pukulan yang kuat.
BUG!
Pukulan Eleanor meleset, mengenai salah satu pohon.
Baiklah, aku segera melakukan teleportasi mengejar Pangeran Essam. Namun, belum sempat aku menghampirinya, dua pukulan langsung mendarat di wajahku dan Eleanor dengan bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN FOREST [COMPLETED]
Fantasia[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Vienne mengambil keputusan paling buruk dalam hidupnya, yakni menyusul Eleanor, temannya yang pergi dengan tujuan mencari Pangeran Essam yang dikabarkan menghilang tiba-tiba di tempat paling mengerikan wilayah Kerajaan Etter...