3 - Find out

53 7 0
                                    

"Hutan terlarang. El begitu penasaran dengan hutan terlarang, bibi." Aku menjawab lugas.

"Astaga!" Ibu Eleanor berseru kaget. "Kamu tidak sedang bercanda kan?"

Aku menggeleng, aku tidak bercanda, dan aku yakin sekali Eleanor mendatangi tempat terkutuk itu. Pikiranku langsung tertuju ke sana, apalagi sebelumnya Eleanor sempat berbincang denganku, membicarakan hutan terlarang.

Eleanor ingin sekali membuktikannya sendiri, tapi aku menolaknya, tidak ingin hutan itu menyakiti siapapun.

Sepertinya aku salah menilai Eleanor akan menurut begitu saja. Jelas anak itu punya sifat yang sangat penasaran, dia akan tetap mencari hutan terlarang, tentunya tanpaku sekalipun. Yang penting menurutnya, dia bisa membuktikan keberadaan hutan terlarang itu, sekaligus isi dalamnya.

Aku menoleh ke arah ibu Eleanor yang masih berdiam panik, dia menggigit jarinya, khawatir luar biasa.

"Tapi apa yang akan dia lakukan di sana? Tempat itu tidak menyimpan apapun. Kenapa El berani sekali datang ke sana."

Aku memandang ibu Eleanor dengan pandangan sendu. "Bibi, sebenarnya El pergi ke sana dengan tujuan yang pasti."

"Tujuan? Apa tujuannya? El tidak pernah berurusan dengan hutan terlarang."

"El ingin mencari Pangeran Essam yang menghilang, Bibi. El penasaran, dan dia yakin sekali Pangeran Essam ada di hutan terlarang. Dia ingin membuktikannya sendiri. Aku sudah coba untuk melarangnya, tapi El tetaplah El, ketika dia sudah penasaran luar biasa, dia akan tetap melakukannya."

"Pangeran Essam? Bodohnya aku!" Ibu Eleanor terlihat menahan isak tangis. "Bibi yang memberitahunya jika Pangeran Essam menghilang. Bibi yang tidak sengaja membocorkan rahasia kerajaan itu pada El. Seharusnya bibi menyimpannya sendiri rapat-rapat. Itu salah bibi, El pergi ke hutan terlarang karena bibi. Bibi ...." Napas ibu Eleanor tercekat, hampir terjatuh. Aku menahannya, membawanya duduk.

"Vie, bagaimana ..., bagaimana jika El tidak bisa kembali?"

"Hutan itu ..., hutan itu jelas sangat mengerikan ...."

"El ...."

"Bibi, aku akan segera mencari El sebisaku. Aku tidak akan membiarkan El masuk hutan terlarang. Jika pun kami harus masuk, aku akan pastikan El bersamaku pada saat itu. Percaya padaku, Bi, aku akan menemukan El. Segera."

Ibu Eleanor mengangguk lemah. Dia memegang lenganku. "Bibi selalu percaya kamu, Nak. Kalian teman sejati, selalu bersama. Tolong, tolong cari El."

Aku mengangguk yakin. Pasti. Aku harus menemukan Eleanor.

****

Aku berdiam diri di rumah. Aku harus menyusun kata-kata agar Ibu mengizinkanku menyusul Eleanor ke hutan terlarang. Ini akan sulit mengingat Ibu sangat menentang keras jika aku pergi ke hutan terlarang.

Tapi, aku tidak bisa diam saja di rumah sekarang. Temanku dalam bahaya, aku harus segera menemukan dan menyelamatkannya.

Hingga sore hari aku menunggu, ibu kembali, dia tampak lelah. Pakaiannya penuh keringat. Mukanya memerah.

Pekerjaan menjadi tabib benar-benar membuatnya lelah, pasti banyak yang mendatangi ibu.

"Lelah sekali." Ibu duduk di kursi kayu yang terletak di depan rumah. Aku mengambilkannya air putih. Ibu meneguknya hingga habis.

"Terima kasih, Vie."

Aku tersenyum, menangguk kecil. Tubuhku duduk di sebelah ibu. Jujur, aku takut sekali untuk berbicara dengan ibu. Aku takut ibu akan menolakku. Aku mempersiapkan diri, menarik napas panjang.

FORBIDDEN FOREST [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang