15 - Second fight

28 7 0
                                    

"Duduklah, Pangeran, anak-anak, maaf aku sebelumnya sempat mengira kalian adalah pengikut Tuan Balor." Setelah sebelumnya memperkenalkan diri, akhirnya pria itu mempersilakan kami duduk. Di depan kami juga sudah disediakan beberapa macam lauk yang tampak lezat. Bau yang aku cium tadi ternyata berasal dari seekor burung yang sudah dipanggang. Aku menatapnya lapar, tapi Eleanor di sebelahku tertawa kecil melihatku membuat aku mengalihkan pandangan.

"Sebelumnya, namaku Zan. Kalian bisa memanggilku Paman Zan, seperti yang kalian lihat, aku sudah tua." Paman Zan terkekeh. Aku mengangguk sambil tersenyum hormat. "Orang tua ini sudah cukup lama tinggal seorang diri di sini, selalu kesepian, dan maafkan juga karena aku akan banyak berbicara. Aku tidak punya teman ngobrol selama ini."

Eleanor langsung mengangguk, dia mengerti dan sama sekali tidak keberatan, bahkan kami juga tidak ada yang memotong ucapan Paman Zan.

Bisa dibilang aku sangat bersyukur karena bertemu orang lain di hutan ini. Jika Paman Zan sudah cukup lama tinggal di sini, dan sebelumya juga Paman Zan mengira kami adalah pengikut Balor, itu artinya Paman Zan tahu banyak informasi tentang Balor.

"Sungguh aku terkejut melihat kedatangan Pangeran ke tempat ini. Maaf hidanganku seadanya, jika aku tahu sebelumya Pangeran dan anak-anak akan berkunjung, tentu aku akan mempersiapkan yang lebih baik." Paman Zan menunduk hormat, ia sangat menghormati Pangeran Essam.

"Paman Zan," Pangeran Essam berbicara. Paman Zan segera menatap penuh ke arah Pangeran Essam.

"Tujuan aku dan teman-temanku datang kemari untuk menemui seseorang, mencegah seseorang itu mengambil alih kerajaan yang telah berdiri tegak selama ini. Jujur saja, bertemu Paman Zan di tempat ini membuat aku jadi berharap lebih. Jadi, apakah Paman mengenal Balor, orang yang kami cari?"

Paman Zan tampak enggan menceritakannya, terbukti dari pergerakannya yang tiba-tiba gelisah. Aku bertanya, "Paman? Bisakah Paman membantu kami? Mengingat sebelumya Paman mengira kami adalah pengikut Balor, pastilah Paman mengenal dia."

Paman Zan duduk bergabung dengan kami, dia tampak memperhatikan sekitar dengan cemas, lalu berucap, "Masuklah Pangeran, anak-anak, mari kita bicarakan ini di dalam rumahku."

Kami segara memasuki gubuk yang terbuat dari kayu pohon dan daun yang didapat dari sekitar. Lantainya tanah dan hanya ada yang tampaknya seperti tempat tidur.

Paman Zan mengambil beberapa daun lebar dan memberikan itu pada kami. Aku menerima salah satunya, itu ditujukan agar kami duduk dengan nyaman, menghindari tanah. Padahal pakaian kami jelas sekali sudah kotor. Demi menghargai daun yang diberikan Paman Zan, aku tetap menggunakannya.

5 detik kemudian, Pangeran kembali bertanya. "Jadi, apa yang Paman Zan ketahui tentang Balor?"

Paman Zan menghela napas sejenak, ku lihat wajahnya tersenyum masam. "Dahulu, aku adalah pengikut setia Tuan Balor."

Astaga! Ini serius? Laki-laki di depanku sekarang adalah pengikut Balor dahulu? Demi mendengar semua penjelasannya, aku diam menyimak.

"Aku dan yang lainnya senang hati ikut dengan Tuan Balor karena pria itu menawarkan bantuan untuk kami. Dahulu, pengikut Tuan Balor hanyalah penduduk yang kehilangan seluruh kekuatannya dan bersembunyi di tempat-tempat terpencil, sangat jauh dari kawasan Kerajaan Ettersen. Mereka terlalu malu untuk berbaur dengar warga sekitar karena menganggap diri mereka lemah, tak sebanding dengan warga lain yang memiliki kekuatan meski itu hanya teleportasi. Akhirnya mereka mencari tempat sendiri, tempat yang siapapun enggan mendatanginya. Dan kalian bisa tebak, salah satu dari mereka adalah aku. Aku kehilangan kekuatanku setelah aku mengalami sakit panjang yang menyebabkan aku kehilangan seluruh kekuatan." Paman Zan diam sejenak, dia menatap lurus ke depan.

FORBIDDEN FOREST [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang