Cium Bibir +

6K 26 0
                                    

"Hati hati dijalan sayang, jangan ngebut!" Ucap Alina saat mengantarkan Davin kedepan pintu gerbang nya.

"Siap sayang! Eh tapi nanti aku mampir dulu ke minimarket, soalnya facial foam nya abis sayang."

"Ya gapapa, asal kabarin ya kalo udah dirumah.''

"Siap bawel, kiss dulu dong!" Pinta Davin, Alina memutarkan bola mata nya jengah, lelakinya itu tidak akan ada habis nya jika masih bersama nya.

"Ihhh kamu mah gatau tempat, liat dong disini kan banyak orang yang berlalu lalang."

Davin mengikuti arah pandangan Alina, tidak ada satu orang pun yang lewat, lagi pula disekitaran sini hanya ada beberapa rumah saja.

Karena rumah Alina ini memang tergolong komplek baru, bahkan masih banyak lahan luas yang belum di bangun rumah.

"Ngga ya ngga, celingak-celinguk emang nya aku gak tau apa otak kamu itu isi nya gimana!" Tuduh Alina, Davin terkekeh pelan.

"Greget gemes liat bibir nya ya tuhan!" Gerutu Davin dalam hati.

"Ih sayang bintang banyak banget ya," ucap Davin sambil melihat langit, Alina pun menoleh ke atas dan tersenyum.

Cupp!

Davin mengecup bibir Alina yang manis itu sambil tersenyum.

"Siaall! Gua kecolongan, ihhhh kamu mah."

Davin langsung unjuk gigi dan langsung melanjukan motor nya sambil menjulurkan lidah.

****

Kevin yang tadi siang mendengarkan ghibahan ibu ibu, hanya bisa bengong, pasal nya Dewi sekarang sudah masuk geng ibu ibu tukang ghibah.

"Kenapa bengong disitu a?" Tanya Davin yang sudah ada di teras rumah nya.

"Eh anjir gua kira siapa lu, kapan datang?"

"Baru aja, kenapa sih?"

Kevin celingak celingukan memastikan tidak ada Dewi di sekitaran sini, karena jika Dewi tahu bisa bahaya mendengar Kevin berbicara tentang Alina.

"Bicara di dalem aja."

Davin pun mengangguk, dan mengikuti saudara kandung nya itu dari belakang, ia paham betul jika kakak nya seperti ini sudah pasti ada hal yang sangat penting.

Sementara Erik, ia sedang bersama Ariel mereka pun sama sedang berbicara dengan serius.

Erik menceritakan kejadian kemarin, bahwa saudara nya yang bernama Arief menelpon nya.

"Tumben dia telvon ke nomor elu bang, ngga ke gua?" Tanya Ariel, Erik pun hanya mengangkat bahu nya acuh.

"Kek nya ada hal penting kali dia nelvon gua."

Ariel hanya mengangkat bahu nya.

"Telvon lagi aja sih," titah Ariel, Erik diam sejenak.

"Nanti, ada hal yang harus gua bicarakan sama elu Ariel. Please dengerin abang kali ini!"

"Naon (apa) atuh, gera (cepet)!"

Sebelum berbicara dengan serius, Erik mengambil nafas nya dalam dalam dan membuang nya perlahan.

"Bang apa atuh, gua yakin ini serius!"

"Tau dari mana kalo ini serius?" Tanya Erik.

"Dari cara lu kalo mau ngomong, apa atuh geuraa!"

"Iya iya, jadi gua berencana buka cabang perusahaan ini di luar kota, jadi -."

"Lah kenapa kek gitu bang, belum juga kita launching prodak terbaru lu udah mau pindah luar kota aja, gak seru elu mah bang!"

"Jangan dulu di potong kampret! Dengerin dulu ngapa sih, sia (elu) teh kebiasaan atuh!"

Hay gays, maaf ya aku baru update cerita!
Xixix biasalah:)
Oke happy reading gays, jangan lupa vote dan komen yaaa, supaya Mimin nambah semangat update cerita nya:)

Alina Story 18+ Season IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang