Vano menelvon Alina

2.1K 18 0
                                    

Alina, Davin dan teman teman nya yang lain sudah menyelesaikan pengisian formulir, meksipun Alina masih diam tanpa kata karna kehadiran Putra.

"Aku keluar duluan!" Ucap Alina ketus, Davin yang sudah merasakan itu sedari tadi hanya menghela nafas pelan, wanita nya itu memang serba salah.

Satu sisi Davin berpikir apa salah nya Putra juga satu kampus dengan teman teman nya, toh Putra juga masih teman nya. Tapi, satu sisi Davin juga tidak bisa menyalahkan Alina jika ia masih kesal dengan kehadiran Putra.

"Davin, oyy!" Panggil Vika, Davin menoleh.

"Apaa?"

"Si Alina kenapa, ngambek sama lu?"

"Biasalah, lu kek gapaham aja dia kenapa."

Vika diam sejenak dan langsung menoleh ke arah kiri, sudah tidak aneh jika Alina seperti ini, karena ini semua karena Putra.

Alina keluar dan menjauh dari ruangan tempat ia mengisi formulir, ia berjalan menuju taman yang sangat luas dan indah.

Ia tersenyum sambil menoleh ke kiri dan kanan, banyak mahasiswa dan mahasiswi yang memperhatikan nya, tapi ia tidak memperdulikan itu semua.

Alina pergi ke taman ini bertujuan agar hati nya tenang, karena selama 20 menit Alina harus satu ruangan dengan Putra, orang yang sampai saat ini tidak bisa diajak damai.

Dreeett ... Dreeett ... Dreetttt ..

Alina terlonjak kaget saat handphone berlogo Apple tergigit setengah itu bergetar hebat didalam tas nya.

"Hah, tumben ada nomor baru ke handphone pribadi gua, siapa ini?"

Alina semenjak menjadi ambasador dan job endorse nya banyak, ia memiliki 3 handphone sekaligus. Satu untuk kepentingan pribadi atau nomor yang menghubungi nya khusus orang terdekat seperti keluarga, sahabat yang benar benar sudah bersama Alina sejak lama dan pasti nya tulis seperti Vika dan Caca.

Handphone kedua, Alina gunakan untuk shoot endorsan dan nomor management yang ia ambil alih sendiri, jadi jika ada seseorang yang ingin barang nya di endorse oleh Alina bisa menghubungi nomor ini, dan nomor ini hanya untuk kepentingan kantor.

Dan handphone Alina yang ketiga, ia gunakan untuk menyimpan nomor handphone nya di grup sekolah, maupun grup grup yang lain, agar handphone pribadi Alina tidak terlalu spam oleh hal hal yang berbau spam.

'''Ha-halo?'''

Ini Alina kan?

Iya saya Alina, maaf ini siapa ya?

Alina maaf sebelumnya, gua nelvon lu ke nomor pribadi.

Ini siapa?

Gua Vano Al, gua butuh banget bantuan elu.

Vano? Siapa ya, maaf.

Huftt, Vano Al. Kakak kelas elu di sekolah dulu, yang kita pernah ketemu karna gua gak sengaja nabrak elu.

O-ohhh iya iya aku inget. But, wait kak! Tadi kakak ngomong apa, minta bantuan?

Iya Al, gua minta bantuan ke elu. Lu sahabat Caca kan, lu udah tau kan kondisi Caca gimana, lu pasti paham kan?

I-iya kak, t-tapi apa nih Alina gak ngerti.

~Vano menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Alina tentang Caca yang tidak diberi pertanggung jawaban oleh Hidayat, Alina yang mendengar itu langsung kaget bukan main.

Jadi gitu Al, lu bisa gak open donasi buat sahabat lu itu?

Bisa aja kak kalo Alina, tapi sumpah kakak gak bohong kan?

Heh ya ampun buat apa gua bohong soal ini, ngaco lu!

Iya kak, terus gimana?

Alina Story 18+ Season IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang