Caca bertemu?

6K 40 1
                                    

"Gua sekarang harus gimana? Apa gua harus balik kampung, tapi kalo gua balik kampung gimana nanti perasaan keluarga gua liat perut gua yang udah mulai membuncit ini?"

Caca terus mempertimbangkan kehidupan nya, nasi sudah menjadi bubur. Sekarang Caca tidak lagi ingin menggugurkan kandungan nya, karna ia tahu bahwa ini sudah menjadi tanggung jawab nya sendiri.

Kadang ia berpikir ingin sekali meminta bantuan Alina dan Vika tetapi ia malu karena perbuatan nya ini, mungkin Alina dan Vika sudah lupa dengan dirinya.

Hidup nya sudah hina sedari dulu, tidak pernah di urus oleh kedua orang tuanya. Ditambah pergaulan nya yang bebas semenjak ia menginjakkan kaki nya di bangku kelas dua belas.

Itupun ia lakukan hanya untuk mendapatkan uang, agar ia bisa terus hidup dan tidak membebani nenek nya. Hanya air mata, dan rasa sesak di dada yang sekarang Caca rasakan, Hidayat pun tidak ada kabar sekarang.

Ia bingung harus bagaimana lagi sekarang, uang hasil Vcs nya sudah mulai menipis di dompet digital nya, uang cash nya pun sisa 100rb.

"Gua harus ke bidan, gua gak mau anak gua kurang vitamin didalam perut gua! Nak sayang anak bunda, jangan nakal ya sayang, hari ini bunda mau bawa kamu check up biar kamu dapet vitamin biar pas nanti kamu lahir ke dunia kamu sehat dan tanpa kekurangan sedikit pun."

Caca langsung bersiap siap karna ia akan pergi ke Puskesmas karena Caca tidak bisa kerumah sakit, karna jika ia kerumah sakit uang nya tidak akan cukup.

10 menit berlalu, ia sampai di Puskesmas, langkah kaki nya ragu, ada rasa sedih di hatinya. Teman sepantaran nya masih sibuk bermain bahkan ada yang sudah berkerja, dan ada saja beberapa teman nya yang merencanakan masuk Universitas terkenal di kota ini.

Sedangkan Caca dengan nasib buruk nya nasib yang ia buat sendiri, harus hidup sendiri tanpa bantuan dari siapa siapa. Bahkan Hidayat tidak bertanggung jawab, hati nya semakin sakit jika harus mengingat semuanya, menyesal pun tidak ada guna nya.

Sekarang ia harus fokus dengan anak yang sedang ia kandung, darah daging nya sendiri. Caca sangat yakin bahwa Rizki sudah diatur oleh Tuhan, jadi ia tidak akan pernah khawatir kelaparan, ia yakin benar benar yakin.

Brakkkk!

Caca menabrak seseorang, hampir saja hanya handphone nya yang terjatuh.

"Eh maaf maaf gak sengaja!" Ucap pria itu yang langsung mengambilkan handphone Caca, Caca yang kaget refleks mengelus perutnya.

Saat pria itu mendongakkan kepalanya, betapa terkejutnya ia.

"Caca? Ka-kamu?"

Caca menatap lelaki itu, lelaki yang pernah ia kagumi satu tahun yang lalu. Sekarang mereka bertemu, ada rasa malu dan rasa sedih di hari Caca, ia bertemu dengan seseorang dengan keadaan dirinya seperti ini.

"K-kak Vano? Kakak kenapa ada disini?" Tanya Caca terbata bata, karna tidak percaya jika ia akan bertemu dengan Vano.

Vano melihat Caca dari atas sampai bawah, tidak ada yang berubah hanya saja ia tahu bahwa Caca sedang hamil. Vano menatap Caca dengan tatapan menyelidik, ia sedikit curiga bahwa Caca hamil tanpa suami.

"Kamu udah nikah?" Tanya Vano, membuat Caca memalingkan wajahnya.

"Caca jawab pertanyaan gua, kamu udah nikah?"

Caca menundukkan wajah nya, dan hanya diam tidak bergeming. Vano menoleh ke kiri dan ke kanan, ia tahu bahwa ada yang tidak beres dengan Caca, maka dari itu ia langsung membawa nya kedalam mobil yang tidak jauh dari Puskesmas itu.

"Ikut gua Ca!"

Caca kaget saat lengan nya ditarik paksa oleh Vano, mereka masuk kedalam mobil dan keadaan tiba tiba menjadi canggung dan Caca meneteskan air mata.

"Jujur sama gua, sebenernya kamu kenapa bisa kayak gini Caca mana suami kamu?"

Caca menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Kamu hamil tanpa pertanggung jawaban, iya? Jawab Caca!"

Caca mengambil nafas nya dalam dalam dan mengangguk.

"Ya Tuhan! Siapa yang bikin kamu kayak gini Caca? Jawab, gua aja yang sempet khilaf merasa bersalah aja selagi kamu belum hamil. Tapi kenapa ini yang udah jelas kenapa ogah tanggung jawab, siapa lelaki nya Caca jawab!"

Caca hanya bisa meneteskan air matanya, ia tidak menyangka bahwa Vano bisa begitu peduli dengan dirinya. Sampai sampai ketika Vano tahu bahwa Caca hamil tanpa suami ia marah besar, entah apa yang harus Caca lakukan sekarang, jujur atau memilih diam.

Alina Story 18+ Season IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang