Davin booking Hotel

3.6K 23 1
                                    


Caca terus meremas remas gunung kembar nya yang sedari tadi ikut bergoyang.

Tok .. tok .. tok ..

Caca kaget saat mendengar ketukan pintu, ia langsung menjeda Vcs itu dan langsung melilitkan anduk ke badannya.

Klekk .

Caca membuka pintu dan terlonjak kaget saat melihat manusia yang selama ini pergi meninggalkan luka yang begitu mendalam di hidupnya.

"H-hidayat?"

Ya, orang itu adalah Hidayat, Hidayat yang selama ini meninggalkan Caca sekarang ia kembali. Entah apa yang akan ia lakukan lagi, yang jelas Caca diam mematung sambil memegangi ujung handuk nya.

"Ca, ca tolong maafiin gue!" Bujuk Hidayat, yang membuat Caca meneteskan air mata.

Caca menarik pelan lengan Hidayat agar masuk kedalam, takut keliatan tetangga, jadi gak enak. Dengan keadaan Caca masih bertelanjang dada, dan masih memakai handuk, ia pun duduk di sebelah Hidayat.

Hidayat memeluknya dengan pelukan penuh nafsu, karena memang penampilan Caca yang membuat siapa saja menjadi nafsu.

"Ahhhh, shhhh!"

Caca mendesah karena Hidayat meremas gunung kembar milik nya, entah apa yang Hidayat rencanakan sekarang.

***

Setelah berkenalan dengan teman teman Devina, Alina berpamitan karena ia akan berniat untuk bertemu Vika dan teman teman lainnya.

Dan sesampainya di kamar, Alina melihat handphone nya bergetar, ia memang sengaja tidak membawa handphone nya karena sedang di charger.

"Lahh, Davin nelvon banyak amat tumben."

Karena yang Alina tahu, bahwa Davin adalah orang yang jarang sekali spam call maupun spam chat, tetapi itupun sekarang, dulu ia selalu di spam call, maupun spam chat. Bahkan sesekali, ia sering merasa bahwa Davin sudah berubah.

Tapi kali ini entah angin dari mana Davin menelfon nya, bahkan sampai 10 kali. Apa dia sudah berubah seperti dulu lagi? Alina tersenyum merekah, jika benar Davin sudah kembali seperti dulu.

"Nanti aku telvon lagi deh," ucap Alina sambil menyimpan telvon nya.

Dreetttt ..
Dreetttt ..
Dreeett ..

Alina tersenyum dan langsung mengangkat telfon dari Davin.

'''Ada apa, tumben amat spam call aku?'''

Emang kenapa gak boleh?

Ya boleh boleh aja sih, malahan aku seneng.

Hmm.

Hmm doang, ada apasih?

Pengen nenen.

Astagaaa, jadi nelvon beberapa kali cuma buat minta nenen?

Hehe cepet yang, aku pengen nihh yuk!

T-tapi kan, aku mau ketemu si Vika yang.

Bentar doang, aku udah booking hotel kok.

Ihh jadi takutt.

Gausah takut, aku jemput sekarang ya?

Kan tadi kita udah sayang.

Mau lagiii, nenen kamu candu.

~Alina menghela nafas nya, ia pasrah meskipun sebenarnya ia juga masih pengen.

Ya-yaudah jemput aku aja tapi kamu tunggu didepan aja ya. Soalnya disini ada temen si Devina.

Bener mau kan?

Yaa mau atuh.

Tuhh kan, orang kamu masih mau aku belai belai.

Hahaha kamu mah gajelas, dahlah aku siap siap dulu.

Yang cantik pokoknya.

Ohh jadi selama ini aku gak cantik hah?

E-ehh ngga lah, kamu cantik banget. Basa basi lah, sayang!

Yaudah, terserah!

'''Jangan ngambek lagi yaa! Oke sayangku, cintaku?!'''

Tuuuttt..




Alina Story 18+ Season IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang