Bahkan untuk hal sekecil ini Raya melupakannya. Ia kembali ke toko membelinya, membayar dan langsung pulang.
Yuna menatapnya dengan jengkel, mengambil pernak pernik dekorasi di tangan Raya dan mulai menyusunnya. Raya kembali membantu Nadin di dapur menyiapkan berbagai makanan untuk perayaan ulang tahun Yuna.
Alfian membantu kakaknya mendekor. Malam nanti semua teman-teman baru Yuna akan datang, tentu saja. Ia bahkan mengundang kakak kelasnya. Benar-benar perempuan itu mudah bergaul.
"Kak, teman gue bakalan datang juga kayaknya, padahal gue larang," ucap Alfian.
"Yaudah, enggak apa-apa."
Yuna menyelesaikan dekornya, sisanya dikerjakan oleh Alfian. Sedangkan ia sendiri bersiap-siap untuk acaranya nanti malam. Raya segera membantu menyelesaikan dekorasi ulang tahun, ia menceklis semua hal yang sudah selesai. Mulai dari pink gold ballons, tassel curtains, ribbon, kue ulang tahun dan beberapa lampu lentera di atas meja.
Hari mulai gelap dan persiapan semua hampir selesai. Ia bangga dengan hasil karyanya, tentu saja. Tempat duduk juga dipesan khusus oleh Nadin sekalian untuk disimpan di halaman nanti, katanya.
Karena pesta itu diadakan di halaman rumah maka Raya mulai memasang lampu dekorasi di bagian atas agar sedikit terang. Dikaitkannya pada pohon dan tiang yang sudah dipasang tirai. Ia juga menambahkan balon di atasnya dan kelopak lampu tulip dekorasi di setiap sudut.
"Pak, saya mau nanti dibawa sekitar jam sembilan malam, karena acara anak saya 'kan nanti jam delapan," ucap Nadin pada seseorang di seberang sana menggunakan ponsel.
"..."
"Iya, Pak. Benar!"
"..."
"Iya, terima kasih."
Raya penasaran dengan apa yang Nadin berikan pada Yuna nanti. Ia senyum-senyum sendiri seperti ia yang akan mendapatkan kejutan, tapi detik berikutnya ia terkekeh karena pikirannya yang aneh.
"Ray, mandi gih udah malam. Kamu juga siap-siap," suruh Nadin.
Ia sudah selesai berdandan. Raya tidak bisa pungkiri jika ibunya itu sangat cantik dengan balutan dress monalisa berwarna marun di bawah lutut dan rambut yang disanggul ke belakang.
"Iya, Ma."
Raya segera ke kamarnya, badannya lengket berminyak dan berkeringat. Baunya seperti sudah berhari-hari ia tidak mandi.
Setelah beberapa saat ia sudah rapi, baju kaos putih dengan blazer hitam dan celana casual pendek selutut agar tidak terlalu formal nanti. Ini acara Yuna jadi ia sendiri pun tidak perlu berlebihan.
Alfian datang dengan outfit yang sangat menawan. Beberapa teman Yuna sudah datang bahkan adik kelasnya pun datang di hari ulang tahunnya.
"Kak, gue ganteng enggak?" tanya Alfian pada Raya.
Raya memegang dagunya seperti tengah berpikir, mengamati pakaian Alfian seperti orang yang akan ke pesta besar. Tapi, memang terlihat cocok di badanya.
"Cocok," jawabnya singkat.
Beberapa orang yang sudah sampai bersorak saat melihat Yuna datang. Kulit putihnya menyatu dengan short dress warna pink di atas lutut dan lengan tali serta heels setinggi 5 cm. Tubuhnya terlihat mungil namun masih nampak kesan elegan di sana. Semua orang tentu saja memuji kecantikannya.
"Gila lo cantik banget, Yun," puji Nayna.
Rima mengangguk setuju, Bara dan Shera datang terakhir dengan membawa sebuah kado berukuran sangat besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Middle (TERBIT)
Teen Fiction⚠️TRIGGER WARNING⚠️ Menjadi seorang anak "tengah" membuat Raya harus selalu menurut pada kakak perempuannya atau mengalah pada adiknya. Pikiran Ibunya selalu menganggap bahwa dia merupakan anak laki-laki yang sejatinya adalah anak perempuan. Di bali...