Aku tersenyum ketika aku menangis
- Raya -
.......Tangannya memegang secarik kertas, membaca setiap tulisan di sana dengan seksama. Kejadian kemarin membuatnya mau tidak mau harus memeriksakan diri ke dokter. Jika tidak ia akan diserang beribu tuntutan dari Bagas. Manusia itu seperti ibu-ibu, Nadin saja tidak peduli ia sakit atau tidak.
Bunyi notifikasi di ponselnya terdengar. Ia yakin jika itu si Ketua Kelas Gila.
(Grup Makhluk Serba Serbi 5k'an)
Ketua Kelas Kriminal
|@Manusia Lo udah sehat belum?Bryan Hidung Geser
|Jenguk, yok! Takut nanti kayak kemarin.Laura Bendahara Penjara
|Yoklah! Gas!Natalie Tangan Emas
|Gas, gue udah siap!Manusia
|Enggak usah gue udah sehatRaya tidak ingin diganggu untuk sementara waktu. Setidaknya sampai pikirannya tenang. Ia butuh sendiri.
Ia melihat ponselnya, jarinya menggeser satu persatu foto di sana. Sayang sekali ia tidak ada ketika pengumuman kelas mereka yang menang. Padahal, jika Bagas tidak keras kepala ia juga bisa berfoto bersama. Manusia itu malah menyuruhnya pulang lebih awal.
Hari minggu yang sangat membosankan. Raya keluar rumah menggunakan sepeda kesayangannya 'Among'. Nadin, Yuna dan Alfian telah pergi ke kampung bakau. Raya? Ia terlupakan lagi, padahal ia juga ingin ikut.
"Kamu jaga rumah aja, ya, Ray. Takut paket Mama sampai terus enggak ada orang."
Ucapan Nadin terngiang-ngiang di otaknya. Ya, sepertinya bukan hari keberuntungannya untuk qualiy time bersama keluarganya. Kakinya mengayuh sepeda dengan sedikit cepat tak tentu arah.
Brugh
Raya ditabrak seorang pengendara motor hingga terpental jauh. Raya yang kaget seketika bangkit dan memeriksa sepedanya. Ia bernapas lega ketika Among baik-baik saja, ya, hanya sedikit lecet di body-nya.
Beberapa orang mulai berbondong-bondong menghampiri mereka.
"Mas, makanya jangan balap! Nabrak orang kan?!" cocor seorang bapak-bapak pada pengendara motor.
"Tanggung jawab kau!" tuntut seorang yang lain.
"Dek, kamu ndak apa-apa?" tanya seorang ibu-ibu pada Raya.
Raya heran, ia tidak merasakan sakit apa pun. "Enggak, Bu." Raya segera pergi dari tempat itu setelah situasi yang terjadi tiba-tiba. Ia kasihan melihat pemuda tadi yang dimarahi habis-habisan oleh pengendara lain.
Langkah kakinya terseok-seok memasuki kamar. Ternyata ada sedikit luka di lutut, engkel, siku dan jidatnya. Ia tersenyum, merasa seperti kehilangan sebagian bebannya ketika kecelakaan tadi. Mungkin lain kali ia akan melakukannya di jalan yang lebih luas.
.
"Nah! Kan, udah dibilangin jaga rumah!" pekik Nadin.
Hari senin yang buruk bagi Raya. Ia ingin pergi ke sekolah dengan tenang, sarapan yang tenang, mandi dengan tenang dan sesekali ingin naik mobil. Tapi tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Middle (TERBIT)
Teen Fiction⚠️TRIGGER WARNING⚠️ Menjadi seorang anak "tengah" membuat Raya harus selalu menurut pada kakak perempuannya atau mengalah pada adiknya. Pikiran Ibunya selalu menganggap bahwa dia merupakan anak laki-laki yang sejatinya adalah anak perempuan. Di bali...