Racun-racun itu sudah menyebar, bahkan aku sendiri belum mampu mengeluarkannya.
- Arayan -_____________
____Semenjak Nadin sakit, Raya belum balik ke kost-nya. Ia khawatir jika ibunya akan drop atau lebih parah.
Selesai bekerja, Raya singgah membelikan Nadin terang bulan kesukaannya. Ia berharap itu bisa membuat Nadin agak mendingan. Setidaknya ia sudah berusaha menjaga ibunya beberapa hari ini.
"Lho? Mobil Mama mana?" tanyanya saat sampai di rumah dan tidak menemukan mobil Nadin di tempat.
Raya segera masuk dan langsung menghampiri Nadin. Ibunya itu masih terlelap dan demamnya belum turun. Jadi, siapa yang membawa mobil Nadin?
Tidak ingin berpikiran negatif. Raya ke kamarnya dan mengganti pakaian lalu membawakan Nadin terang bulan yang telah dibelinya.
"Panas banget," ucapnya saat punggung tangannya menyentuh dahi Nadin.
"Sudah pulang, Ray ...," lirih Nadin.
Raya menoleh, sepertinya tindakannya tadi membangunkan ibunya. "Iya, Ma." Ia mendekat dan memijak kaki ibunya.
Tidak ada percakapan di antara mereka selama beberapa menit. Raya belum pernah sedekat dan selama ini dengan ibunya sebelumnya. Biasanya ia hanya mendengar Nadin marah kepadanya dan sekarang ia merindukan celoteh itu. Lebih baik Nadin memarahinya setiap hari daripada harus berbaring seharian di tempat tidur.
"Ma, Raya beliin Mama terang bulan," ucapnya kemudian.
Nadin melirik nakas lalu tersenyum. Raya segera mengambilnya dan memberikan itu pada Nadin.
"Makasih, ya. Anak Mama yang ganteng," puji Nadin.
Raya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pujian itu sedikit berlebihan, tapi boleh juga, tapi bukan seperti itu seharusnya. Raya terkekeh.
"Ma, mobil Mama siapa yang pakai?" Sedari tadi ia penasaran.
"Mm, kayaknya Rian. Dia minta buat ambil bukunya, tapi semua orang enggak ada. Jadi, Mama izinin," jelas Nadin.
Raya tidak percaya. Lebih ke curiga. "Memang bisa?"
"Bisa. Buktinya mobilnya dibawa," jawab Nadin lagi.
Raya membuang napas kasar. "Mama sadar enggak ngasih itu ke Rian?"
Ia mendengar suara motor Rialdo. Pria itu telah kembali entah dari mana dan pengangguran yang sangat sok sibuk.
"Ya, dia maksa pinjam. Mama juga kasihan sama dia." Nadin menghabiskan 2 potong dan sisanya ia simpan.
Ini yang paling Raya tidak suka dari seorang ibu. Terlalu baik.
Raya keluar dan mendapati Rialdo tengah menonton sepak bola kesukaannya dengan ditemani cemilan yang Raya beli tadi. Tolonglah, hidup mereka hanya beban di rumah ini.
Tak lama suara klakson mobil Nadin terdengar. Raya menghampiri, melihat Rian keluar dengan wajah penuh keringat. Ia bertanya-tanya di mana buku yang dia ambil pada temannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Middle (TERBIT)
Teen Fiction⚠️TRIGGER WARNING⚠️ Menjadi seorang anak "tengah" membuat Raya harus selalu menurut pada kakak perempuannya atau mengalah pada adiknya. Pikiran Ibunya selalu menganggap bahwa dia merupakan anak laki-laki yang sejatinya adalah anak perempuan. Di bali...