Hidup akan tenang, jika tidak bernapas.
Yang selalu salah
- Raya -_______
__Kakinya menapaki jalan yang penuh rumput, kadang aspal atau bahkan semen untuk menutupi lubang jalan. Raya sedang mencari tempat kecil untuk dirinya sendiri. Ia sedikit lelah berada di rumah.
"Cari apa, Mas?" sapa seorang ibu-ibu dengan gincu semerah baju dasternya.
Sepertinya dia suka dengan banteng di red bull. Nampak wanita itu tersenyum ramah padanya.
"Saya nyari kost yang punya fasilitas lengkap di dalamnya," balas Raya.
Wanita itu langsung mengajak Raya mengecek beberapa kamar kost yang cukup luas. Ada beberapa yang terlihat biasa ada pula yang mewah. Salah satu kost membuat Raya tertarik. Dinding putih tanpa gambar, tempat yang luas, kamar, kamar mandi dan dapur terpisah dengan bersih juga ada sekat untuk ruang tamu. Sepertinya bagus untuknya nanti.
"Delapan ratus sebulan udah lengkap semua fasilitasnya, Mas. Sisanya tinggal aja sama bawa pakaian. Di sini sering lewat penjual juga, ada supermarket di belakang tinggal lewat depan gerbang belok kanan sampai, bebas rampok, penculik, pencopet juga," jelas ibu itu menggebu-gebu.
Raya tersenyum di balik maskernya. S3 marketing seorang ibu kost lebih hebat ternyata daripada para penjual skincare di sekolahnya.
"Nanti saya pikirin, Bu, tapi yang satu itu Ibu simpan untuk saya," balas Raya.
Wanita itu mengangguk setuju. Tempat strategis yang dekat dengan sekolahnya dan keamanan terjamin untuk Among. Raya segera kembali ke rumah. Ia sudah telat beberapa menit dan nampak Nadin sudah pulang.
"Ngaku!" teriak Nadin dari dalam rumah.
Raya takut-takut untuk membuka pintu, tapi jika ia semakin lama di luar itu akan membuat Nadin semakin marah. Dengan pelan tangannya membuka knop pintu. Semua orang sedang berada di rumah keluarga ternyata.
"Raya kamu dari mana?!" tanya Nadin.
Ia terkesiap, tidak biasanya Nadin mempertanyakan itu kepadanya.
"Habis kerja tugas, Ma."
Yuna meringis, ia menggeleng jika nyawa adiknya itu akan melayang di tangan Nadin. Matilah Raya.
"Sampai malam begini?!" pekiknya membuat semua nyali orang-orang di dalam itu menciut, "saya tanya sekali lagi kalian semua ngaku! Siapa yang ambil uang di laci kerja saya?!"
Raya melirik Rian yang banyak tingkah. Sepertinya ia paham situasinya. Sementara itu Rialdo mengawasi Raya, takut jika anak itu membeberkan pelakunya.
Ia menyimpan tasnya di sofa, segera ke ruang kerja Nadin untuk mengambil sesuatu di sana.
"Itu apa, Ray?" tanya Alfian mendekat, Yuna pun ikut mendekat.
"Ini CCTV di ruang kerja Mama," jawab Raya.
Semua tertegun. Manusia itu sangat cerdas, ia bahkan bisa melakukan sesuatu, sebelum terjadi sesuatu. Pepatah Sedia Payung Sebelum Hujan nampak menempel tepat di jidat Raya. Mereka semua mendekat, tidak butuh waktu lama pelakunya sudah ditemukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Middle (TERBIT)
Teen Fiction⚠️TRIGGER WARNING⚠️ Menjadi seorang anak "tengah" membuat Raya harus selalu menurut pada kakak perempuannya atau mengalah pada adiknya. Pikiran Ibunya selalu menganggap bahwa dia merupakan anak laki-laki yang sejatinya adalah anak perempuan. Di bali...