I don't need other people to make me happy
- Arayan -_____________
______
_
.Yuna menatap Nadin dengan tidak percaya. Saat ia mengingat kesukaan Rian, tapi anaknya sendiri dilupakan. Baginya mungkin itu hal kecil, tapi bagi Raya ... mungkin adiknya itu akan merasa dikucilkan oleh orang yang sangat ia sayang.
"Kok Mama bisa lupa sama kesukaan Raya?" tanya Nadin.
Rialdo menatap sinis, tidak senang jika anak itu sering dibahas. Tidak penting juga di hidupnya. Andai aaja dia hilang.
"Mama beneran lupa," jawab Nadin.
Ia membereskan kotak-kotak terang bulan dibantu oleh Yuna. Merapikan sisa-sisa makanan di atas meja.
"Tapi punya Rian ingat," sahut Alfian.
Nadin berkacak pinggang, kedua anak kesayangannya nampak tidak senang. Ia sudah memberikan mereka semuanya, tapi masih tidak bersyukur dan terus membahas Raya.
"Jangan salahin mama kalian, kalau dia benar lupa. Kenapa kalian ungkit terus?" Rialdo menyela pembicaraan.
Nadin tersenyum, karena suaminya membelanya. Tentu saja, harus seperti itu. Ia benar-benar lupa dan tidak ingat kesukaan Raya dan kedua anaknya masih mempermasalahkan itu.
"Kalau mama lupa, harusnya Mama telpon aku atau Alfian buat nanya kesukaan Raya. Mama tau enggak perasaan Raya bahkan untuk hal sekecil ini?" Yuna melepas apronnya.
Ia telah selesai membereskan semuanya. Nadin bergeming, melihat Yuna naik ke kamarnya.
"Mama jangan lupa istirahat. Maafin Yuna karena permasalahin hal kecil. Fian mau ke kamar dulu," ucap Alfian pergi meninggalkan ibunya.
Nadin duduk kembali di meja makan. Melihat sisa 1 kotak terang bulan yang belum tersentuh. Itu rasa kesukaan almarhum suaminya yang seharusnya milik Raya.
Ini bukan sepenuhnya salah Nadin bukan? Ia menyayangi semua anaknya. Maka dari itu ia juga membelikan satu untuk Raya meskipun rasa itu yang membuat Raya alergi. Ya, tentu saja kacang dan keju.
.
Raya menenteng plastik besar di tangannya berjalan keluar dari toko seperti anak kecil. Ia melupakan masalah kemarin, setelah gajian ia langsung membeli apa pun yang dia inginkan. Setidaknya sebagian gajinya ditabung untuk membeli self reward-nya nanti.
"Bang terang bulan paling spesial berapa?"
"Enam puluh lima ribu, Bos!"
Matanya mencari rasa yang ia suka, namun masih kurang pas.
"Bang, satu yang spesial, tapi topingnya coklat aja, bisa?" Raya bertanya dengan mata berbinar.
"Bisa, Mas! Di tunggu, ya," jawab penjual itu membuat Raya terkekeh.
"Saya cewek, Bang," ungkap Raya.
Membuat penjual terang bulan itu langsung minta maaf karena mengira dirinya laki-laki. Mereka terkekeh bersama, Raya sebenarnya sedikit canggung apalagi sekarang beberapa anak SMA seperti dirinya sedang memotretnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Middle (TERBIT)
Teen Fiction⚠️TRIGGER WARNING⚠️ Menjadi seorang anak "tengah" membuat Raya harus selalu menurut pada kakak perempuannya atau mengalah pada adiknya. Pikiran Ibunya selalu menganggap bahwa dia merupakan anak laki-laki yang sejatinya adalah anak perempuan. Di bali...