Apa yang kau harapkan pada seseorang yang tidak memiliki semangat hidup?
- Arayan -Setelah kejadian beberapa bulan lalu mungkin Raya akan memilih untuk tidak mengikuti event atau kompetisi apa pun, tapi ia sudah berjanji pada teman-temannya. Tidak mungkin ia mengingkarinya dan lagi ia sudah berlatih sendirian untuk hal itu.
"Gue enggak mau lo terkontaminasi sama ucapan mereka, Ray." Bagas duduk di sampingnya.
Melihat pemandangan kota dari rooftop begitu menenangkan ternyata. Ia tahu jika Raya menjadi ragu untuk mengikuti kompetisi persahabatan dengan SMA Nusantara karena perkataan Shella padanya beberapa bulan lalu.
Raya ingin hidup dengan tenang saja. Rasanya semakin hari pikirannya, badannya dan kehidupannya semakin buruk. Jika jatuh dari atas rooftop sepertinya menyenangkan bukan?
"Lo mau ikut?" tanya Raya tiba-tiba.
"Ikut ke mana?"
"Ke suatu tempat dan enggak akan kembali," jawabnya.
Bagas mengerutkan kening. Apa yang perempuan itu pikirkan sekarang?
"Lo mikir apa?" tanya Bagas curiga.
Tidak ada yang Raya pikirkan selain hidup tenang. Ia ingin menjadi manusia yang biasa saja.
"Kamu bantu dulu Alfian, ya, Ray!" Satu kalimat yang membuatnya harus menghentikan langkah maju.
"Yuna lebih butuh. Kamu nanti aja, ya." Nadin memberikan beberapa lembar uang pada Yuna dengan senyum mengembang.
"Kamu 'kan udah punya sepeda. Uangnya buat Alfian beli motor, ya." Untuk kesekian kali mengalah.
"Kamu harusnya lebih rajin lagi. Masa mau ngandelin Yuna yang udah kelas tiga dia pasti sibuk, mau nyuruh adek kamu Alfian yang masih kecil?" Pernyataan itu membuatnya bersalah.
Alfian yang kelas 1 SMA nampak kecil ternyata di mata Nadin.
"Jangan banyak nuntut, ya, Ray. Mama sibuk." Ketika Raya ingin meminta sedikit perhatian dari Nadin.
"Mama takut adik sama kakak kamu marah. Kamu nanti aja, ya, belinya."
Rasa sesak kembali menyeruak di hatinya. Ia bukan anak orang lain, ia anak dari Nadin. Apa salahnya memberikan perhatian yang sama untuk Raya?
Selama ini Raya selalu menyembunyikan apa pun yang ia lakukan. Karena percuma jika ia menunjukkannya pada Nadin, karena orang tua itu hanya akan menganggap itu hal biasa bagi Raya. Berbeda dengan Alfian atau Yuna yang selalu diberikan apa pun yang mereka inginkan.
Ia tidak naif hanya untuk meminta perhatian Nadin bukan?
Raya menatap baju futsal di atas tempat tidur yang sudah tercetak namanya di sana juga baju karate gi yang sudah dipersiapkan oleh sekolah untuknya.
Ia berpikir, untuk apa menghabiskan waktu mengikuti semua kegiatan, tapi tidak ada satu pun apresiasi dari Nadin. Nadin memiliki 3 orang anak, tapi yang dianggapnya ada hanya 2.
"Raya!" panggil Nadin.
Raya turun dan mendapati Nadin sedang memegang dua ember cat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Middle (TERBIT)
Roman pour Adolescents⚠️TRIGGER WARNING⚠️ Menjadi seorang anak "tengah" membuat Raya harus selalu menurut pada kakak perempuannya atau mengalah pada adiknya. Pikiran Ibunya selalu menganggap bahwa dia merupakan anak laki-laki yang sejatinya adalah anak perempuan. Di bali...