Aku sudah dikecewakan berkali-kali
Untuk kali ini aku hanya ingin istirahat sedikit dari rasa yang sama
- Raya Nadira Arayan -______________
________
__Suara-suara teriakan menggema di bawah sana. Sayup-sayup ia terbangun karena mendengar sesuatu yang pecah memanggilnya. Seperti ia tahu siapa lagi yang akan disalahkan atas semua itu.
Hari ini ia tertidur sedikit lebih awal untuk mengistirahatkan badannya, tapi sepertinya itu tidak akan terjadi. Raya melihat jam di ponselnya pukul 19.53 dan itu artinya Nadin sudah pulang dan ia baru tertidur 20 menit. Entah apa sekarang yang membuat wanita paruh baya itu marah.
Dengan badan linglung, Raya berusaha bangkit dari tidurnya. Menetralkan pencahayaan yang masuk di inderanya. Ia berjalan sempoyongan, kepalanya bahkan sedikit pusing karena kurangnya waktu tidur.
Nampak di bawah sudah banyak orang berkumpul. Lebih tepatnya semua orang di dalam rumah berkumpul di ruang keluarga. Sepertinya ia orang terakhir yang bergabung.
"Nah, apa saya bilang, Bun. Dia sudah tidur!" Rialdo nampak antusias.
Nadin menatap Raya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Namun, Raya yakin amarah itu menggebu-gebu akan segera keluar. Ia melihat pecahan vas bunga di samping tangga. Raya berharap ini bukanlah malam terakhirnya.
Melihat Yuna dan Alfian tersenyum remeh padanya membuat Raya sudah tidak ingin berada di tempat itu. Nadin mendekat saat Raya sampai di ujung tangga.
Plak
Satu tamparan keras mendarat di pipinya. Raya bergeming seperti mendapat hantaman keras di badannya.
"Kurang ajar, ya, kamu sekarang, Raya!" tuduh Nadin.
"Sudah, Bun. Kan saya sudah bilang dia dari dulu memang begitu. Sekarang apa? Bikin malu keluarga saja. Pulang malam kayak tidak tahu waktu!" Rialdo tersenyum bangga dengan kalimatnya. Ia yakin Raya tidak akan mampu membantahnya kali ini apalagi sampai menendangnya seperti kemarin.
"Aku tahu, Mas. Dia memang sudah melampaui batas. Tidak ada yang bisa diharapkan dari anak kurang ajar seperti dia," cecar Nadin, "Mama udah ngasih kamu semuanya. Mama masih diam selama ini karena kamu beberapa hari tidak pulang ke rumah. Apa yang kamu lakukan di luar? Rumah ini kurang luas untuk kamu?!" tambahnya.
Raya bergetar, seluruh badanya lemas seperti tidak bertulang. Ia ingin menangis, tapi air matanya pun enggan untuk menemaninya. Ia melihat semua mata intimidasi mengarah padanya.
"Mah, enggak gitu ...," lirihnya mencoba menjelaskan.
"Bohong, Ma! Kan benar kata papa Aldo kalo semenjak dia lebih sering main sama Bagas, dia jadi ikut-ikutan nakal," timpal Yuna.
Sepertinya perempuan itu masih belum puas dengan tuduhannya pada Raya beberapa hari lalu dan melanjutkannya hari ini. Belum lagi ia menyebut Rialdo dengan sebutan 'Papa' untuk pertama kalinya. Apa mereka bekerja sama menjatuhkan Raya?
"Iya, sayang. Mama pikirnya juga begitu, pasti dia ikut-ikut Bagas dan satu temannya yang aneh itu." Kembali Nadin termakan omongan mereka.
Nadin menatap lekat-lekat anak keduanya. Ia benar-benar marah malam ini. Selain urusan kantor yang membludak, ia juga mendapat laporan jika Raya berbuat yang aneh-aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Middle (TERBIT)
Teen Fiction⚠️TRIGGER WARNING⚠️ Menjadi seorang anak "tengah" membuat Raya harus selalu menurut pada kakak perempuannya atau mengalah pada adiknya. Pikiran Ibunya selalu menganggap bahwa dia merupakan anak laki-laki yang sejatinya adalah anak perempuan. Di bali...