Pengganggu napas
- Arayan -_______
___"Pelajaran hari ini cukup sekian," ucap pak Ali menutup pembelajaran pada hari itu.
Bagas meregangkan otot-ototnya, Ale dan Bryan saling membantu untuk kayang. Otot dan tulang mereka sepertinya bergeser.
"Aku tidak menyukai sejarah. Ia membuatku gila seperti kehilangan akal," ucap Natalie bermonolog.
Ia memasukan bukunya dalam tas lalu dengan secepat kilat keluar dari kelas tanpa menoleh sedikit pun saat Ria memanggil namanya.
"Ray, pulang bareng, ya," pinta Bagas.
Raya meliriknya tidak peduli, ia keluar kelas tanpa menjawab pernyataan Bagas. Laki-laki itu mengikutinya sampai parkiran.
"Lo pulang sendiri," suruh Raya.
Saat mengambil sepedanya, Bagas juga segera mengambil sepedanya. Ternyata laki-laki itu sudah memiliki rencana sebelumnya pantas saja ia ingin pulang bersama Raya.
Raya membiarkannya, lagi pula ia tidak menaiki Among. Ia lebih menyayangi Among daripada manusia yang ia lihat sebelumnya.
"Lo sejak kapan pakai sepeda ke sekolah?" tanya Bagas.
Napasnya terlihat seolah-olah akan habis. Ia tidak terbiasa ke sekolah menggunakan sepeda jadi bayangkan saja.
"Sejak punya sepeda," jawab Raya seadanya.
Benar, tapi tidak benar juga. Saat sepedanya ia sedikit dekatkan pada Raya sebuah mobil tiba-tiba muncul dan hampir menyerempet keduanya.
"Anjir! Liat-liat woi!" teriak Bagas meskipun tidak akan didengar oleh pengguna mobil yang sudah menjauh.
Raya memperhatikan mobil itu seperti kenal. "You okay?" tanya Raya ada Bagas.
"Oke, lecet doang siku, dikit." Ternyata laki-laki itu terjatuh.
Setelah beberapa menit perjalanan mereka akhirnya sampai di rumah Raya. Bagas berpamitan dan langsung mengayuh sepedanya. Tanpa ia sadari seseorang memperhatikan mereka dengan wajah penasaran.
Raya masuk, perhatiannya tertuju pada mobil yang menyerempet mereka tadi.
"Raya, udah pulang?" tanya seseorang yang tengah tersenyum membuka pintu untuknya.
Ia mundur sedikit saat melihat perempuan itu. Dari ujung rambut hingga kaki, Raya tidak menyukainya meskipun ia tersenyum manis seperti sekarang.
"Mm," balas Raya secukupnya.
Ia memasuki rumah dengan langkah cepat, sangat malas jika bersama dengan perempuan itu.
"Raya enggak kangen sama Adel?"
Raya menghentikan langkahnya, berbalik melihat perempuan bernama Adel itu menggeleng lalu pergi. Singkat dan jelas, tapi perempuan itu tidak paham.
"Dia kenapa sih?" gumam Adel.
Ia lebih baik menunggu Alfian dan mengajaknya berbelanja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Middle (TERBIT)
Teen Fiction⚠️TRIGGER WARNING⚠️ Menjadi seorang anak "tengah" membuat Raya harus selalu menurut pada kakak perempuannya atau mengalah pada adiknya. Pikiran Ibunya selalu menganggap bahwa dia merupakan anak laki-laki yang sejatinya adalah anak perempuan. Di bali...