Aku tidak akan mengambil hak mu
- Arayan -Raya kembali lagi ke rumah. Kali ini ia ingin mengambil barang-barang yang tersimpan di lemari kamarnya. Ia mengambil salah satu piala yang patah. Tercetak tulisan di bawahnya Juara 2 Umum Menggambar Digital. Raya tersenyum mengingat kejadian masa lalu yang membuat pialanya hancur.
Siang itu Raya pulang dengan wajah gembira. Bagaimana tidak ia mendapatkan piala pertama menggambarnya setelah sekian banyak event ia ikuti. Meskipun bukan juara 1 ia tetap bangga pada dirinya. Teman-temannya juga memberikan banyak selamat padanya.
"Harusnya sih rank satu. Ya enggak sih, Ra?" tanya Zizi pada Aura saat melihat gambar milik Raya.
Jika dibandingkan dengan dirinya, menggambar rambut pun pasti nampaknya seperti akar pohon.
"Iya, is. Bagus gini masa rank dua?" tambah Yeyen.
Mereka sedikit kecewa karena gambar Raya mendapat juara kedua.
"Udah, ini udah lebih dari cukup," ucap Raya.
Baginya, apa pun yang didapat sangatlah berharga. Ia akan memberikan piala itu pada Nadin. Mungkin saja ibunya akan bangga dengan pencapaiannya.
Jalan menuju pulang Raya sangat sepi, tidak biasanya. Jarak dari rumah ke sekolahnya cukup dekat, tapi satu hal yang pasti. Ia dan kedua saudaranya tidak pernah memiliki sekolah yang sama. Mereka bertiga selalu berbeda sekolah dari SD hingga Raya sekarang SMP.
"So kecakepan lo anjir!" cecar seorang perempuan.
Raya mendekat, dilihatnya 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki tengah membully 1 orang perempuan lain. Jelas bukan tandingan Raya karena mereka anak kelas 3 sedang ia masih kelas 2. Namun, saat semakin dekat Raya tidak punya pilihan lain untuk menghantam mereka.
"Ngomong apa lo tadi?!" tanya seorang perempuan menampar Yuna.
Raya segera bergegas dan menendang perempuan itu. Mereka kaget dan sedikit menghindar.
"Sialan! Siapa lo?"
Raya tidak menggubris, ia melihat kondisi Yuna yang sudah berantakan. Syukurlah tidak ada luka di badannya.
"Kak, lo diapain?" tanya Raya dengan wajah emosi sekaligus khawatir.
Siapa saja yang mencoba merusak keluarganya akan berhadapan dengannya langsung.
"Oh, Kakak ternyata. Bagus nih dua korban," ucap salah seorang perempuan itu tersenyum sinis.
Raya membuka ikatan tangan Yuna. Mengajak kakaknya untuk pulang. Namun, keempat perempuan itu menghalangi jalan mereka.
"Aduh, kasian anak ayam mau pulang, ya?" ejeknya. Mereka tertawa tatkala piala Raya pun di ambil.
"Wih, piala bagus. Sini buat gue!"
"Buat gue aja sini!"
Mereka saling berebut hingga piala itu jatuh ke aspal dan pecahannya berserakan di mana-mana. Raya termangu, menatap piala yang sudah tidak berwujud itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Middle (TERBIT)
Novela Juvenil⚠️TRIGGER WARNING⚠️ Menjadi seorang anak "tengah" membuat Raya harus selalu menurut pada kakak perempuannya atau mengalah pada adiknya. Pikiran Ibunya selalu menganggap bahwa dia merupakan anak laki-laki yang sejatinya adalah anak perempuan. Di bali...