"Lapar," ucapku sambil memegang perut. Sudah hampir tiga hari aku tidak makan. Aku tak bisa menahannya lagi. Aku harus keluar, mencari sesuatu yang bisa dimakan untuk menghilangkan rasa lapar ini.
Aku mengambil jaket dan topi yang kutemukan di tempat sampah beberapa hari yang lalu. Aku harus memakainya untuk melindungi diri, agar terhindar dari niat buruk laki-laki di luar sana. Aku bangkit, memakai tas cokelat yang setia menemaniku sejak beberapa tahun terakhir.
Aku menghentikan langkah di depan sebuah gang sempit. Meskipun agak gelap, bisa kulihat beberapa pria berdiri di ujung gang. Mereka terlihat sempoyongan. Mungkin sedang mabuk. Aku harus mencari jalan lain agar terhindar dari gangguan mereka.
Terdengar teriakan seorang wanita setelah aku berjalan beberapa langkah. Sepertinya berasal dari ujung gang tempat beberapa pria mabuk tadi. Aku mundur beberapa langkah dan benar di ujung sana ada seorang wanita yang sedang diganggu oleh orang-orang yang mabuk itu.
Aku harus membantunya.
Aku mengambil balok, lalu memukul mereka dengan keras. Dua pria langsung tumbang, pasti mereka sudah sangat mabuk, tetapi seorang pria berhasil menghindar. Ia berhasil mengambil balok yang ada di tanganku dan membuangnya ke sembarang arah.
Tubuhnya sedikit besar hingga membuatku sedikit kesulitan melawannya. Dia mencengkeram kerah bajuku, mengangkat tubuhku ke udara, lalu menjatuhkan ke tanah dengan keras.
"Arghhh!" Aku menggeram. Ia masih kuat meskipun sedang mabuk. Pria itu kembali mendekat, kembali mengangkat tubuhku ke udara. Ia tertawa bengis. Aroma alkohol menyeruak dari mulutnya.
Dia menarik topi yang kukenakan, membuat rambut panjangku terurai. Dia menurunkanku, tapi tangan besarnya tetap menarik kerah baju. "Ternyata kau seorang perempuan. Seorang makhluk lemah yang ingin menolong makhluk lemah lainnya," ucapnya, tertawa bengis. "Apa kau juga ingin menjadi mangsa kami?" tanyanya dengan nada yang menurutku sangat menjijikkan.
Aku menampar wajahnya dengan keras dan meludahi matanya yang hanya bisa memandang seorang perempuan sebagai makhluk rendah. Bagaimana bisa ada orang sepertinya? Padahal dia lahir ke dunia karena seorang wanita. Pria itu menggeram, lalu menampar wajahku dengan keras. "Berani sekali kau meludahiku, Makhluk Rendahan! Kau akan menyesal telah melakukannya!"
Pria itu kembali menjatuhkanku ke tanah dengan keras, menindih tubuhku dengan badan besarnya. Aku berusaha melepaskan diri. Namun, tubuh besarnya semakin menindihku. Sangat sakit. Lagi-lagi ia tertawa.
Saat wajahnya mulai mendekat, wanita yang tadi diganggu itu memukul kepala pria di hadapanku menggunakan botol dengan keras. Botol itu seketika pecah, darah mengalir dari kepala. Ia berbaring ke tanah sambil memegang kepalanya yang tidak berhenti mengeluarkan darah.
Darah. Aku seketika gemetar saat melihat ada darah yang mengenaiku.
Wanita itu membantuku berdiri, menarik tanganku, dan pergi dari tempat itu. Setelah agak jauh dari tempat tadi, kami berhenti. Ia memelukku dan tidak berhenti mengucapkan terima kasih karena telah menolongnya. Ia juga meminta maaf karena aku harus mendapatkan perlakuan seperti tadi sebab menolongnya.
"Kau seorang malaikat. Entah apa yang akan terjadi jika kau tak membantuku tadi." Ia menangis, aku pun. "Pria jahat tadi menjatuhkanmu dengan keras ke tanah. Aku akan membawamu ke rumah sakit. Kita harus memeriksa keadaanmu." Saat ia menarik tanganku, aku menghentikannya seraya menggeleng.
"Tidak perlu. Aku baik-baik saja," ucapku, berusaha tersenyum. Sebuah senyuman untuk meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja meskipun sebenarnya terasa sangat sakit.
"Nona?" Kami berdua mengalihkan pandangan ke asal suara itu.
Seorang pria memakai kemeja berdiri sekitar 5 meter dari kami. Pria berkemeja itu menghampiri kami dengan terengah-engah, beberapa butir keringat mengucur dari wajahnya.
"Kau ke mana saja, Nona? Aku sudah mencari ke berbagai tempat. Aku bisa dibunuh jika Nona sampai terluka." Pria itu berdiri tegak, mengatur napasnya hingga kembali normal.
"Maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi." Perempuan di depanku menundukkan kepala. Mungkin ia menyesal karena telah pergi sendiri hingga dirinya diganggu oleh beberapa pria tadi.
"Siapa dia, Nona?" Pria berkemeja itu melihat ke arahku. Dia berusaha mendorongku menjauh, tetapi langsung ditahan.
"Jangan bersikap kasar kepadanya. Dia sudah membatuku saat diganggu oleh beberapa pria yang sedang mabuk."
"Ada yang mengganggu Nona? Di mana mereka sekarang, Nona?" tanyanya. Perempuan itu langsung menunjuk tempat beberapa pria mabuk tadi.
Pria berkemeja itu langsung mengambil ponsel. Mengetik sesuatu, lalu menelepon seseorang. "Urus mereka," ucapnya, kemudian mengakhiri panggilan. Pria itu lalu berterima kasih kepadaku karena telah menolong anak dari majikannya.
Sebuah mobil berhenti. Pria berkemeja itu langsung membukakan pintu dan mempersilahkan perempuan itu masuk.
"Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu."
Rumah?
Aku menggeleng seraya tersenyum tipis. "Tidak perlu. Tempat tinggalku tidak jauh dari sini."
"Tapi ...," ucapnya.
"Nona," panggil pria berkemeja tadi. Perempuan itu mengembuskan napas, kembali memelukku dengan erat.
"Terima kasih," ucapnya, "aku berharap ... kita bisa bertemu lagi." Perempuan itu menaiki mobil. Ia melambaikan tangan kepadaku, aku membalas lambaian tangannya. Perlahan mobil mewah itu hilang dari pandangan.
***
Aku tiba di depan sebuah restoran yang sangat ramai. Di dalam sana banyak orang yang berbincang-bincang sambil sesekali tertawa. Terlihat sangat bahagia. Beberapa orang terlihat sangat lahap menyantap makanan. Entah bagaimana rasanya, aku belum pernah makan makanan seperti itu.
Seorang gadis melihat ke arahku dengan tatapan tidak suka. Mungkin merasa jijik. Aku melihat ia melambaikan tangan kepada seorang pelayan, lalu dia dan pelayanan itu melihat ke arahku. Pelayan itu keluar. Ia terlihat sangat marah, mengusirku dengan mengatakan kalau kehadiranku mengganggu pengunjung restoran.
Aku berjalan ke belakang restoran, merogok tong sampah, berusaha mencari makanan sisa untuk menghilangkan rasa lapar. Aku sudah biasa seperti ini, memakan makanan dari tempat sampah untuk bertahan hidup, kadang membantu orang mengangkat barang di pasar agar mendapatkan upah, dan kadang terpaksa mencuri.
Aku merogok tong sampah semakin dalam, tetap masih belum menemukan makanan sisa yang bisa dimakan. Terpaksa kali ini aku harus mencuri lagi.
Aku berjalan ke sebuah minimarket yang jaraknya tidak terlalu jauh dari restoran tadi. Untunglah malam sudah tiba, jadi minimarket tidak terlalu ramai. Aku berkeliling sebentar. Setelah tidak ada yang melihat, aku mulai memasukkan makanan dan minuman ke dalam tas cokelat yang kubawa.
"Apa yang kau lakukan?" Aku tersentak saat seseorang tiba-tiba menarik tanganku, menghentikanku memasukkan barang curian ke dalam tas. Aku mendongak. Seorang pria. Aku pikir ia adalah karyawan di minimarket ini, ternyata bukan. Dia memakai pakaian biasa.
Pria itu mengambil tas yang hampir penuh oleh barang yang kucuri, lalu berjalan ke arah kasir, tempat beberapa karyawan minimarket ini sedang berbincang-bincang. Apa dia akan melaporkanku? Aku tidak ingin kembali masuk penjara seperti beberapa bulan yang lalu.
________________
Bersambung
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Hi,
Halo,
Annyeong,
Ini cerita pertamaku yang menggunakan visual member NCT. Semoga kalian suka, ya. Mohon bantuannya, ya. Jangan lupa share ke teman kalian dan NCTzen yang lain, jangan lupa komen buat ngasih saran dan kritikan yang membangun, dan terakhir jangan lupa kasih like agar author semangat nulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nama yang Hilang || Mark Lee [Completed]
Romance"Siapa namamu?" "Tidak ada." "Bagaimana bisa seseorang di dunia ini tidak memiliki nama?" "Ada." "Siapa?" "Aku." Semua yang ada di alam semesta ini memiliki nama. Kalian setuju, bukan? Tapi, bagaimana jika ada seorang gadis yang hidup tanpa nama? Ap...