Bab 19 (Bunga)

31 17 0
                                    

Aku dan Dehan berjalan beberapa meter sampai akhirnya sampai di jalan besar. Dehan menghentikan taksi. Membukakan pintu, membiarkanku masuk lebih dulu.

Dehan meletakkan telapak tangannya di dekat kepalaku agar tak berantuk saat memasuki mobil. Aku tersenyum tipis, malam ini Dehan memperlakukanku seperti ratu.

Sebelum taksi berjalan, Dehan menyebut sebuah alamat kepada sopir taksi. Namun, aku tak tahu di mana itu.

"Kita sebenarnya mau ke mana?" Aku bertanya.

Dehan tersenyum tipis, lalu berkata, "Sebentar lagi kau akan tahu." Dehan mengalihkan pandangan ke luar jendela. Untuk menghilangkan rasa penasaran, aku juga melihat hal yang sama. Malam ini langit tampak berawan, namun bintang masih bisa terlihat. Melihat bintang membuatku seketika dihinggapi ketenangan.

Taksi berhenti di depan sebuah gedung. Dehan turun terlebih dahulu, lalu membukakan pintu untukku. Dehan mengaitkan tanganku di lengannya, menghampiri seorang pria berjas hitam, lalu menyodorkan sebuah kartu. Pria berjas itu memeriksa sebentar, lalu membawa kami ke sebuah ruangan yang dipenuhi oleh banyak orang.

Gabriel dan Raihanna.

Kedua nama itu terukir indah di sebuah papan berbentuk hati yang dipajang di tengah panggung.

"Acara apa ini?" Aku bertanya. Sebelum Dehan sempat menjawab, tampak seorang perempuan menghampiri kami. Itu Hanna. Aku langsung melepaskan rangkulan tanganku dari lengan Dehan sebelum Hanna melihatnya.

"Kau terlihat sangat luar biasa malam ini," ucap Dehan kepada Hanna. Aku merasa jantungku kembali diremas. Namun, Dehan tak salah. Hanna tampak sangat cantik malam ini. Gaun yang ia kenakan benar-benar indah.

"Kenapa kalian terlambat?" tanya Hanna.

"Seseorang berdandan begitu lama." Dehan menyindirku, membuat Hanna tertawa perlahan. Wajar aku lama bersiap-siap karena pertama kali aku melakukan hal itu.

"Kau terlihat sangat cantik." Aku tersenyum tipis untuk menanggapi perkataannya. Hanna jauh lebih cantik menurutku.

"Tapi, kalian belum terlambat untuk pertunjukan spesial."

Semua lampu tiba-tiba padam, lalu sebuah lampu menyala dan menyorot Hanna. Seorang pria berjalan mendekat, lalu mengulurkan tangan. Hanna lantas menyambutnya dan mereka berdua menari disertai tepukan tangan dari orang-orang.

Aku menoleh dengan cepat ke arah Dehan. Bagaimana bisa ia tersenyum melihat Hanna menari dengan pria lain?

Setelah selesai menari, semua lampu kembali menyala. Semua orang kembali bertepuk tangan untuk pertunjukan mereka.

Hanna kembali menghampiri kami bersama pria yang menari bersamanya.

"Dehan, perkenalkan ini suamiku. Gabriel."

Suami? Apa maksud Hanna? Apa yang terjadi sebenarnya? Aku sama sekali tak mengerti.

"Hanna, selamat atas pernikahanmu." Kami menoleh ke asal suara itu. Dokter Reyhan ternyata juga ada di pesta ini. Dehan tiba-tiba menggenggam tanganku membuat Dokter Reyhan berdecik sambil memutar bola mata malas.

"Sekarang kalian sudah bisa pamer," kata Dokter Reyhan.

"Kau yang pamer lebih dahulu. Sekarang giliran kami," ujar Hanna.

Kami? Apa maksud orang-orang ini?

"Adira, bagaimana keadaanmu?" Dokter Reyhan bertanya. 

"Sekarang aku sudah baik-baik saja, Dokter," jawabku.

Dokter Reyhan tersenyum. "Jika ada perkembangan atau kepalamu kembali sakit, jangan ragu untuk menghubungiku." Aku mengangguk pelan.

Mereka berempat bercerita banyak hal, sedangkan aku hanya menyimak. Ketika mereka tertawa, aku hanya tersenyum tipis untuk menanggapi.

Nama yang Hilang || Mark Lee [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang