Seorang laki-laki keluar dari bandara. Ia menarik napas panjang. Akhirnya ia bisa kembali ke negaranya setelah bertahun-tahun tinggal di negeri orang. Sebenarnya ia tak ingin tinggal lama di luar negeri, tapi tempat ini hanya akan membuat lukanya lebih dalam. Meskipun begitu, rasa sakit yang ia rasakan dulu belum sepenuhnya sembuh.
Masih teringat jelas bagaimana kacaunya ia setelah mengetahui keluarganya meninggal dalam kecelakaan. Sampai sekarang laki-laki itu menyalahkan dirinya sendiri. Jika saja ia tak meminta keluarganya menjemputnya di bandara, mereka pasti masih hidup sampai sekarang.
Setelah lulus sekolah dasar, Ayah mengirimnya ke luar negeri untuk belajar. Meskipun berat, ia harus melakukannya karena setelah dewasa nanti ia yang akan meneruskan semua bisnis keluarga. Masih teringat jelas raut wajah Adik kecilnya yang tak membiarkannya pergi.
Setelah lulus sekolah menengah, ia ingin kembali karena sudah tak bisa menahan rindu lebih lama lagi. Baru saja tiba di negerinya, yang menyambutnya bukan keluarga, melainkan kabar duka. Mobil yang ditumpangi keluarganya jatuh ke jurang. Namun, hanya mayat orang tuanya yang ditemukan; mayat Adik perempuannya tidak. Orang-orang mengatakan mungkin mayatnya sudah hancur karena setelah menyentuh tanah, mobil itu langsung meledak. Padahal alasan terbesarnya ingin kembali karena ia merindukan Adik perempuannya. Ia benar-benar merindukan senyumnya. Andreas tak tahu bagaimana rupa Adiknya yang pasti sudah tumbuh dewasa. Gadis itu terlalu keras kepala. Setiap kali Andreas mencoba menelepon melalui panggilan video, gadis itu tak mau mengangkatnya. Katanya sebagai bentuk hukuman untuk kakaknya karena sudah meninggalkannya ke negeri orang.
Beberapa hari setelah keluarganya dimakamkan, ia kembali ke luar negeri karena rumah itu hanya akan mengingatkannya pada setiap momen bersama keluarga. Namun, sekarang ia harus kembali untuk memenuhi semua tanggung jawab yang diberikan oleh Ayahnya. Di umur 25 tahun, ilmunya sudah cukup untuk memimpin sebuah perusahaan besar.
Sebuah mobil mewah berhenti, sopir turun, lalu membukakan pintu untuknya. Mobil perlahan meninggalkan bandara yang dipenuhi oleh banyak orang.
Mobil berhenti di depan sebuah rumah mewah. Setelah turun dari mobil, ia melihat sekitar termasuk taman yang ada di sudut. Ia bersyukur karena meskipun Ibunya sudah tiada, taman itu masih dirawat dengan baik. Saat masih kecil Ibu sering mengajak Andreas dan Adik perempuannya untuk menanam bunga. Dua perempuan berharga dalam kehidupannya begitu menyukai bunga.
Bahkan, bunga mengiringi kepergian keduanya.
Beberapa hari setelah keduanya tiada, beberapa bunga mulai layu dan mati. Ia marah karena pembantu rumah tak mengurusnya dengan baik. Itulah mengapa sekarang taman itu masih ada. Karena bila tak diurus, ia akan kembali marah.
"Tuan Andreas?!"
Seorang wanita yang hampir seluruh rambutnya dipenuhi uban tampak begitu bahagia menyambut kedatangannya. Wanita tua itu menghampiri, lalu memeluknya. Andreas menyambut pelukan itu.
"Sekarang kau tambah tinggi dan tampan." Andreas tersenyum sekilas. "Masuklah. Kau pasti sudah lapar. Semua makanan kesukaanmu sudah ada di meja."
Bibi meminta sopir mengikutinya, membawa koper Andreas ke kamar yang sudah disiapkan sehari sebelum kepulangannya.
Andreas memasuki rumah besar itu. Dalam pandangannya, seorang anak perempuan berlari sambil merentangkan kedua tangan, hendak memeluknya. Andreas menundukkan badan disertai dengan senyuman tipis, lalu merentangkan kedua tangan. Namun, sosok itu melewatinya seperti asap. Ternyata itu hanya halusinasinya saja.
Andreas tertawa miris. Lagipula bagaimana bisa seseorang yang sudah meninggal kembali hidup hanya untuk menyambut kepulangannya? Rumah ini begitu besar, tapi hanya ada dirinya, bibi, dan seorang satpam. Sopir yang tadi mengantarnya dikirim oleh perusahaan. Benar-benar sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nama yang Hilang || Mark Lee [Completed]
Romance"Siapa namamu?" "Tidak ada." "Bagaimana bisa seseorang di dunia ini tidak memiliki nama?" "Ada." "Siapa?" "Aku." Semua yang ada di alam semesta ini memiliki nama. Kalian setuju, bukan? Tapi, bagaimana jika ada seorang gadis yang hidup tanpa nama? Ap...