“Terkadang, kita terlalu banyak mengeluh sampai lupa bahwa masih ada orang-orang yang lebih butuh.”
Aira mendatangi salah satu panti asuhan yang pernah ia kunjungi bersama Syabian beberapa kali. Ketika sedang merasa banyak beban yang menumpuk, Syabian selalu merekomendasikan pada Aira untuk mendatangi beberapa tempat; rumah sakit, kuburan dan juga panti asuhan.
Kata Syabian, dengan mendatangi beberapa tempat itu kita akan belajar bahwa kita bukanlah satu-satunya orang yang memiliki permasalahan yang besar. Di luar sana, entah ada berapa banyak orang yang mengharapkan kesembuhan di tiap-tiap kamar rumah sakit, entah ada berapa banyak orang yang telah ditinggalkan oleh orang-orang yang telah berpulang di peristirahatan terakhirnya, dan entah ada berapa banyak tangisan anak-anak yang berharap memiliki keluarga yang lengkap di panti asuhan.
Dan kini, terbukti bahwa ucapan Syabian itu memang benar. Sekarang Aira sudah mampu mengukir senyumnya kembali ketika melihat anak-anak yang begitu senang mendapatkan makanan yang ia bagikan.
"Bilang apa sama Kak Aira?" ucap Bu Nilam selaku pengurus anak-anak itu.
"Terima kasih, Kak Aira!" ucap belasan anak-anak itu dengan senyum tulus mereka.
"Sama-sama, sayangnya Kakak," ujar Aira membalas senyum tulus mereka.
Setelah bercakap-cakap dengan Bu Nilam, Aira akhirnya meminta izin pada Bu Nilam untuk bertemu dengan salah satu anak yang menarik perhatiannya sejak dia datang kemari bersama mendiang Syabian beberapa bulan yang lalu. Setelah mendapat izin, Aira segera menemui sang anak yang ternyata sedang bermain ayunan seorang diri. Hanya dia yang belum mendapatkan makanan karena tidak bergabung bersama teman-temannya yang lain ketika Aira datang.
"Malam, Zio," sapa Aira pada anak laki-laki berusia lima tahun itu.
Zio menatap Aira selama tiga detik sebelum kembali fokus menatap ke depan. Zio adalah anak yang memiliki kebutuhan khusus, dia anak istimewa. Zio tidak bisu, tetapi dia tidak pernah berbicara. Oleh karena itulah dia perlu buku dan pulpen yang selalu menemaninya setiap saat. Menurut penjelasan Nilam, Zio memiliki trauma yang membuatnya takut untuk berbicara.
Zio kecil yang berusia tiga tahun di letakkan di depan pintu pantai asuhan dengan kondisi yang tidak bisa di bilang baik-baik saja. Pelipis dan kakinya mengeluarkan darah dan luka lecet di sepanjang lengannya ikut menghiasi. Baju yang di kenakan Zio saat itupun sangat kotor dan sedikit basah, seperti orang yang baru saja mengalami kecelakaan. Mungkin Zio menyaksikan suatu peristiwa yang begitu besar hingga memiliki trauma dan tidak mau berbicara.
"Kakak bawakan makanan, ini untuk Zio," ucap Aira menunjukkan kotak makanan yang tadi ia bawa. "Ini Kakak sendiri yang masak, katanya Zio suka masakan Kakak, kan?"
Zio menoleh ke arah Aira kemudian mengulurkan tangannya untuk meminta kotak tersebut. Ia menuliskan beberapa kalimat yang mengungkapkan rasa terima kasihnya atas pemberian Aira. Tanpa berkata apapun lagi, Zio segera membuka kotak tersebut dan mulai memakan pemberian Aira.
"Apa Zio senang?" tanya Aira setelah Zio menutup kotak makanannya yang isinya kini tersisa setengah.
Senang, Zio senang karena Kakak datang. Tulis Zio.
"Sekarang kita sama, kita udah enggak punya orang tua," ucap Aira bercerita.
Kakak jangan sedih, Kakak kan sudah besar. Zio menunjukkan tulisan itu pada Aira.
"Iya, kamu bener. Harusnya Kakak belajar dari kamu untuk bersyukur. Iya, kan?" ujar Aira tersenyum seraya mengacak gemas rambut lebat Zio.
Di lihat dari fisiknya, Zio sepertinya anak blasteran. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung dan warna matanya sangat indah. Mata hazel milik Zio adalah bagian favorit Aira. Setiap menatap Zio, Aira seolah bisa melihat apa saja yang anak itu simpan dalam pikirannya.
Dengan bersyukur, Allah akan terus menambah nikmatnya kepada kita. Itu yang pernah Kakak ajarkan pada Zio. Tulis Zio lagi.
Aira tersenyum lagi, dia menganggukkan kepalanya mengingat ia pernah mengajarkan Zio untuk selalu bersyukur seperti yang telah Allah firman-kan dalam surat Al-Baqarah ayat 152 yang berbunyi; Wa iz ta-azzana robbukum la-ing syakartum la-aziidannakum wa la-ing kafartum inna 'azaabii lasyadiid. Yang artinya "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.""
(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)"Zio memang pinter, masih inget sama apa yang pernah Kakak ajarkan," puji Aira.
Kakak, apa Kakak akan terus datang ke sini? Aku berharap Kakak punya sedikit waktu luang agar bisa ke sini. Zio menunjukkan tulisannya itu kepada Aira.
Aira mengusap kepala Zio dengan sayang. "Kalau Kakak ada waktu luang, InsyaAllah Kakak akan menyempatkan untuk datang ke sini," ucap Aira tulus.
Zio memberikan senyumnya yang begitu langka terlihat pada Aira. Dia turun dari ayunan dan memeluk Aira singkat.
Zio sayang Kakak. Tulis Zio membuat Aira senang.
"Kakak juga sayang Zio," ucap Aira kemudian memeluk Zio lagi.
Dan sekarang, beban yang semula singgah di bahu sudah hilang bak di hempas angin. Memang benar, jika kita mampu memberikan sedikit kebahagiaan pada orang lain, maka kita juga akan merasakan kebahagiaan itu. Jadi, sekecil apapun sesuatu yang kita berikan, kita harus ingat bahwa hal tersebut sangat berarti bagi sebagian orang.
Sudahkah kita bersyukur hari ini? Lihatlah, masih ada banyak orang yang kehidupannya mungkin lebih sulit daripada kita. Jadi, jangan lupa untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.
Percayalah, porsi hidup sudah di bagi masing-masing. Jadi jangan khawatir, karena semuanya sudah di tetapkan oleh garis takdir.
Cerita Garis Takdir ini sudah di novel-kan.
Cerita ini berisi Kisah Inspiratif berupa perjalanan kisah Aira dalam menemukan jodohnya. Dalam setiap bab, akan ada satu ayat yang InsyaAllah bisa bermanfaat bagi kita semua.
Novel Garis Takdir sudah tersedia di Shopee : penerbit.lovrinz01 *Official account Penerbit
Novel Garis Takdir open pre-order dari tanggal 2 s/d 12 Maret. Thank you 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir [SUDAH TERBIT]
Romance[PART MASIH LENGKAP - NOVEL GARIS TAKDIR BISA DI PESAN MELALUI SHOPEE PENERBIT LOVRINZ] Ketika kita menerima dengan ikhlas atas takdir hidup yang telah Allah tetapkan, maka di sanalah kelegaan dan kebahagiaan akan datang dengan perlahan. Satu hal...