02. Kehilangan

30 7 0
                                    

“Dalam hidup, pertemuan selalu bersanding dengan kehilangan. Jadi jangan terkejut jika suatu saat seseorang yang sangat kamu cintai pergi meninggalkanmu.”

♥*♡∞:。.。 02: kehilangan 。.。:∞♡*♥

Aira berdiri kaku di depan pagar kayu rumahnya. Tatapannya tertuju pada beberapa sanak-saudara ayahnya begitu sibuk memegang ponsel di telinga seperti sedang menghubungi orang-orang, juga beberapa tetangga yang memasang tenda dan juga menata kursi agar berbaris rapi.

"Aira!" Ceisya tiba-tiba berlari dan langsung memeluknya membuat Aira tersadar.

"Rumahku kenapa?" tanya Aira bingung.

Ceisya tidak menjawab, gadis cantik itu diam dengan bibir yang bergetar. Ceisya menangis lagi, semakin membuat kebingungan Aira bertambah.

"Cei, ayo bawa Aira masuk dulu, Nak," Herra—ibunya Ceisya itu menitah sang putri untuk membawa anak dari kakaknya itu untuk masuk.

"Bibi, rumahku kenapa?" Aira bertanya pada sang bibi, berharap mendapat jawaban pasti.

"Kak Ridwan bilang, ambulans-nya akan segera tiba," ucap salah satu paman Aira dari pihak sang ayah.

"A-ambulans?" Aira langsung berlari ke dalam rumah dan nencari-cari keberadaan ayahnya untuk memastikan bahwa tidak terjadi sesuatu pada sang ayah.

"Ayah, Ai pulang!" teriak Aira membuat orang-orang yang berada di sana menatapnya pilu.

"Ayah!" Aira berteriak lagi, bersamaan dengan air matanya yang jatuh tanpa di duga.

"Cei, Ayah mana?" Aira bertanya pada sang adik sepupu ketika gadis itu datang dan memeluknya.

"Aira ... Ayah udah pulang," ucap Ceisya begitu pelan.

Aira mengurai pelukannya dari Ceisya. Aira menatap para kerabatnya yang ikut menangis, seolah memperkuat dugaan bahwa yang Ceisya katakan adalah suatu kebenaran.

"Enggak mungkin," Aira terduduk di lantai, penglihatannya memburam karena air mata yang menggenang di pelupuk mata.

"Aira ...," Ceisya langsung memeluk Aira dengan begitu erat.

"T-tadi pagi ... tadi pagi ayah baik-baik aja," ucap Aira dengan suara begitu kecil. "Ada apa? Ayah kenapa?"

"Aira, Om Ridwan menemukan ayahmu terbaring di atas sajadah dengan kondisi sudah tidak bernyawa. Om Ridwan membawa ayahmu ke rumah sakit untuk di autopsi apakah ada hal lain yang menyebabkan kematiannya," ucap Herra memberi penjelasan pada sang keponakan.

Herra begitu menyayangi Aira seperti dia menyayangi Ceisya. Aira sudah kehilangan ibunya sewaktu dia di lahirkan ke dunia, dan sekarang gadis itu kehilangan ayahnya. Herra tahu seberapa sayangnya Aira pada Syabian, jadi wajar jika rasanya Aira masih tidak percaya dengan kabar kematian ayahnya.

***

Aira masih menangisi Syabian yang sedang di mandikan oleh keluarganya. Gadis itu duduk di kasur ayahnya dengan memeluk baju pria itu. Aira belum siap kehilangan seseorang yang begitu berharga di hidupnya, dia benar-benar belum siap.

Aira kembali mengingat kenangan dirinya dan Syabian dulu. Kini kenangan itu berputar seperti sebuah film, dengan Syabian dan Aira yang menjadi tokoh utamanya.

"Aira, sejatinya kehidupan di dunia ini hanya sementara. Jadi kita tidak boleh terlena dengan indahnya dunia dan melupakan tentang akhirat,"

"Seperti yang Allah firman-kan dalam surat Al-Nazi'at ayat 37 sampai 39. Fa ammaa mang thoghoo
wa aasarol-hayaatad-dun-yaa fa innal-jahiima hiyal-ma-waa,"

"Yang artinya, Maka adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya. Jadi, sudah jelas bahwa kita jangan sampai terlena dengan kehidupan di dunia sampai-sampai melampaui batas dan berakhir dengan mendapatkan tempat tinggal di neraka,"

Aira ingat, sangat ingat dengan nasihat yang Syabian berikan padanya. Waktu itu, Aira masih kelas enam SD dan sering sekali bolos sholat dan lebih memilih bermain bersama teman-teman sebayanya. Semenjak hari itu, Aira semakin rajin untuk sholat karena takut masuk neraka akibat melalaikan tugasnya sebagai seorang hamba.

"Ya Allah, berikanlah Ayahku tempat yang terbaik di sisiMu. Haramkan-lah api neraka menyentuh wajahnya, dan berikanlah surga tanpa hisab kepadanya," ucap Aira mendoakan sang ayah.

Lama berdiam di kamar, akhirnya Ceisya membawa Aira untuk keluar setelah ustadz memanggilnya.

"Aira, silahkan di cium ayahnya, nak. Tapi jangan sampai terkena air mata, ya,"



Cerita Garis Takdir ini sudah di novel-kan.

Cerita ini berisi Kisah Inspiratif berupa perjalanan kisah Aira dalam menemukan jodohnya. Dalam setiap bab, akan ada satu ayat yang InsyaAllah bisa bermanfaat bagi kita semua.

Novel Garis Takdir sudah tersedia di Shopee : penerbit.lovrinz01 *Official account Penerbit

Novel Garis Takdir open pre-order dari tanggal 2 s/d 12 Maret. Thank you 💗

Garis Takdir [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang