11. Tidak Pernah Mencintai

11 5 0
                                    

Tetaplah tersenyum walaupun sebenarnya kamu tidak mampu.”

Apa salah jika Aira iri melihat pemandangan indah di mana Ceisya sedang menikmati kebersamaannya dengan kedua orang tuanya? Salahkah jika Aira ingin sekali berada di posisi Ceisya?

Aira tidak jadi masuk ke dalam ketika melihat Ceisya dan kedua orang tuanya sedang menikmati waktu bertiga. Gadis itu memilih kembali pulang ke rumah dengan perasaan sesak di dada. Sebenarnya, definisi kehidupan yang sempurna di mata Aira adalah kehidupan Ceisya. Ceisya masih bisa merasakan belaian kasih sayang orang tuanya sampai saat ini, sedangkan Aira sudah di tinggal sang ibunda sedari bayi. Dan bahkan, kini ayahnya pun sudah kembali pada Ilahi.

Tak hanya itu saja, di mata Aira, Ceisya adalah gadis yang paling beruntung. Ceisya sangat cantik, tubuhnya pun tinggi ramping. Dulu, Aira kerap kali di ejek oleh para saudara ayahnya karena tubuhnya yang begitu mungil. Aira sering di banding-bandingkan oleh paman atau bibinya dengan Ceisya karena Ceisya lebih tinggi darinya.

Dalam masalah percintaan pun, Ceisya begitu beruntung. Dulu Aira pernah menyukai teman seangkatannya sewaktu SMA, tiga tahun memendam rasa, lalu tiba-tiba seseorang yang dia cintai malah menyatakan cintanya pada Ceisya. Tapi semenjak mengenal Azka, Aira tidak pernah lagi mau membuka hatinya untuk laki-laki lain.

"Astagfirullah, Aira! Apa yang kamu pikirin! Masa kamu iri sama adek kamu sendiri, sih?" Aira memukul pelan kepalanya karena sudah berpikir yang macam-macam hingga membuat dadanya semakin sesak karena yang ia pikirkan memang benar adanya.

"Maaf, ya, Allah. Aku gak bermaksud kufur, astagfirullahalazim," Aira terus menggumamkan istighfar karena secara tidak langsung telah meragukan takdir yang sudah Allah tetapkan untuknya.

"Inget, Aira. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam surat Ar-Ra'd ayat 39 yang berbunyi: Yam-hullohu maa yasyaaa-u wa yusbit, wa 'ingdahuuu ummul-kitaab. Yang berarti "Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuz)."" Aira menasihati dirinya sendiri.

"Takdir yang Allah kasih udah pasti yang terbaik, Aira," gumam Aira.

Aira tersenyum ketika memandang langit yang mendung. "Inget, pelangi akan datang setelah hujan reda," ucapnya penuh makna.

***

[Papa sama mama sudah sepakat untuk berpisah, Lio mau tinggal sama siapa? ]

Dalam hitungan detik, ponsel di tangan Arcelio terjatuh begitu saja ketika menerima pesan yang dikirimkan oleh Zennor.

"Lio, lo kenapa?" Salah satu teman sekelas Arcelio bertanya padanya dengan nada sedikit panik.

Mata Arcelio bergerak gelisah, lalu tanpa menjawab pertanyaan dari temannya, Arcelio bergegas pulang padahal dirinya masih ada kelas. Arcelio ingin menuntut penjelasan dari orang tuanya yang memilih berpisah tanpa memikirkan bagaimana nasibnya.

"Aku emang gak suka liat kalian berantem tiap hari, tapi aku lebih gak suka kalau kalian pisah," ucap Arcelio begitu kecil.

Setelah memasuki mobil, Arcelio langsung tancap gas untuk mencari Zora di kantor wanita itu. Arcelio mengemudi dengan kecepatan menggila, teriakan dari beberapa pengendara tak ia indahkan demi mempersingkat waktu untuk sampai ke tempat yang ingin ia tuju.

Setelah sampai di kantor Zora, Arcelio memasuki gedung itu dengan langkah tergesa-gesa.

"Mama saya mana?" tanya Arcelio dengan mata memerah.

"Tuan Muda, Nyonya Azora sedang ada meeting penting—"

Tanpa mendengar semua orang penjelasan dari sang resepsionis, Arcelio segera berjalan menuju lift karena sudah tau letak posisi Zora sekarang. Begitu sampai di lantai tiga, Arcelio dengan cepat berjalan ke ruangan yang di dalamnya sudah dipastikan ada Zora di sana. Dengan emosi yang meledak-ledak, Arcelio membuka pintu tersebut tanpa mengetuknya lebih dulu.

Zora serta ke-tujuh orang di dalam ruangan meeting itu lantas terkejut dan serempak menatap Arcelio yang kini berjalan ke arah Zora.

"Mohon maaf, meetingnya kita cukupkan sampai di sini dulu," ucap Zora tidak enak.

Ke-tujuh orang itu lantas berdiri dan pamit pada Zora dengan sopan karena paham jika saat ini Zora ada urusan dengan putra tunggalnya. Setelah hanya tersisa mereka berdua, tubuh Arcelio langsung terjatuh, kepalanya ia letakkan di pangkuan Zora.

"Capek, Ma. Aku bener-bener capek sama kalian," ucap Arcelio begitu lirih.

"Kalau emang gak niat bina rumah tangga, kenapa dulu kalian nikah?" tanya Arcelio membuat Zora mengerti arah pembicaraan yang Arcelio tujukan.

"Kenapa, Ma? Kenapa harus sekarang?" tanya Arcelio mengangkat wajahnya menatap sang ibunda.

Zora membingkai wajah Arcelio dengan kedua tangannya. Wanita itu tersenyum kecil pada sang putra. "Lio, katanya Lio gak mau denger Mama papa berantem lagi, kan? Ini pilihan yang tepat, Sayang," ujar Zora begitu lembut, berharap Arcelio mengerti.

"Lio inget gak sewaktu Lio bilang, 'berpisah adalah jalan yang paling tepat daripada setiap hari bertengkar', dan Mama turutin itu," ucap Zora lagi.

Air mata Arcelio dengan deras mengalir membasahi pipi. Tatapan matanya begitu sendu hingga membuat Zora ikutan menangis.

"Udah gak bisa di pertahanin, ya, Ma?" tanya Arcelio lirih.

"Ya."

Sahutan singkat itu berasal dari arah pintu, Zennor berjalan mendekati calon mantan istri dan anaknya itu.

"Kamu sudah cukup dewasa, pasti mudah bagi kamu untuk mengerti situasi ini," ucap Zennor begitu dingin.

Zora menggigit pipi bagian dalamnya ketika kembali berhadapan dengan Zennor. Jujur saja, ia lelah hidup bersama dengan laki-laki yang tidak pernah memberikan cinta dan kasih sayang kepadanya. Dua puluh lima tahun mereka membina rumah tangga, namun sepertinya akan berakhir di tahun ini. Menikah atas dasar perjodohan, ternyata tidak mampu membuat Zennor menerima Zora meski sudah hidup bersama dua puluh lima tahun lamanya.

"Tapi kenapa, Pa? Kalian udah biasa, kan, berantem? Terus kenapa harus milih pisah?" tanya Arcelio yang kini sudah berdiri.

"Kamu pernah bilang, menikah itu harus dengan seseorang yang kita cintai. Dan kenyataannya, Papa tidak pernah mencintai mamamu," ucap Zennor begitu dingin.






Cerita Garis Takdir ini sudah di novel-kan.

Cerita ini berisi Kisah Inspiratif berupa perjalanan kisah Aira dalam menemukan jodohnya. Dalam setiap bab, akan ada satu ayat yang InsyaAllah bisa bermanfaat bagi kita semua.

Novel Garis Takdir sudah tersedia di Shopee : penerbit.lovrinz01 *Official account Penerbit

Novel Garis Takdir open pre-order dari tanggal 2 s/d 12 Maret. Thank you 💗

Garis Takdir [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang