“Masa depan telah di tetapkan, masa sekarang yang harus dijalankan.”Aira mengunjungi makam Syabian dan Jennaira—mendiang bundanya. Gadis yang akan segera memasuki usia dua puluh tiga tahun itu kini mengunjungi makam kedua orang tuanya karena merasa benar-benar merindukan mereka. Aira datang sendiri, dia menolak secara halus ketika Ceisya menawarkan diri untuk menemaninya kemari.
"Selamat pagi Ayah, Bunda!" sapa Aira seraya mengusap nisan kedua orang tuanya secara bergantian.
"Sebentar lagi mau puasa, tahun ini aku bener-bener sendirian. Aku juga udah mau dua puluh tiga tahun, dan tahun ini gak akan ada ucapan dari Ayah kayak biasanya," ucap Aira bercerita.
"Ceisya udah mau nikah, sebentar lagi dia juga bakal ninggalin aku dan pergi sama suaminya," ujar Aira seraya mengusap air mata yang tiba-tiba saja jatuh.
Tadi selama di perjalanan pulang, Arcelio bercerita pada Aira bahwa dirinya akan mengajak Ceisya tinggal di Belanda untuk waktu yang cukup lama. Setelah resmi menikah nanti, Arcelio akan menjalankan bisnis cabang perusahaan Zora di Belanda. Bila nanti kinerja Arcelio membawa kemajuan pada kantor cabang, barulah nanti dia di tetapkan di kantor pusat dan kembali pulang ke Indonesia.
"Aku belum siap di tinggal Ceisya jauh-jauh, tapi aku gak mungkin larang dia," ucap Aira mengadu.
Aira dan Ceisya memang begitu dekat, maka dari itu Aira sedih ketika Arcelio akan membawa Ceisya untuk menetap di Belanda selama beberapa waktu yang artinya Aira tidak bisa bertemu dengan adik sepupunya itu. Setelah nanti Arcelio dan Ceisya pergi, Aira tidak lagi punya teman.
"Minggu depan keluarga besar Arcel ngelamar Ceisya secara resmi, berarti waktu aku sama Ceisya udah gak lama lagi," ucap Aira bersedih hati.
***
Karena tidak mau melewatkan momen bersama, Aira meminta Ceisya ungu menginap di rumahnya untuk tiga malam ini. Ridwan dan Herra tentu mengizinkan, bahkan mau sebulan Ceisya tinggal bersama Aira pun tidak masalah. Kini, kedua kakak beradik itu sedang bercerita banyak hal sembari Aira menyiapkan bahan masakan untuk mereka makan malam.
Ceisya hanya duduk di kursi makan karena Aira melarangnya untuk membantu, gadis itu hanya berceloteh dan Aira menanggapinya sebaik mungkin.
"Aku sebenernya punya kejutan besar buat kamu, tapi kamu gak boleh tau sekarang," ucap Ceisya sambil senyum-senyum senang. Dia sangat amat yakin jika Aira pasti akan sangat terkejut jika sampai tau apa yang ia sembunyikan.
"Apa, tuh? Spill dikit, lah, biar rasa penasarannya berkurang walaupun sedikit," ucap Aira yang tengah memotong daging.
"Pokoknya rahasia! Nanti di acara lamaran aku, kamu siapin aja hati kamu yang kayak yupi itu biar kuat. Dan yang paling penting, jangan salto girang apalagi sampe pingsan," ujar Ceisya mengingatkan.
"Waw, kayaknya bener-bener kejutan bwaar, nih!" sahut Aira dengan tawa kecilnya.
"Aku aja udah seneng banget pas tau, apalagi kamu!" ucap Ceisya yang tiba-tiba memukul meja makan.
"Astagfirullah, Ceisya!" Aira spontan melotot pada adik sepupunya yang baru saja memukul meja itu.
"Habisnya ini terlalu istimewa, Aira!" ucap Ceisya gemas.
"Jadi gak sabar, deh," kekeh Aira dengan tawa kecilnya.
***
Setelah selesai makan malam dan mengerjakan sholat isya, Aira dan Ceisya kini tengah berbincang ringan di atas kasur Aira. Keduanya duduk dengan kepala Ceisya yang di letakkan di pundak Aira. Sembari menyaksikan film di layar televisi yang menyala, keduanya juga berbicara banyak hal sampai akhirnya tiba di pembicaraan serius mengenai pernikahan Ceisya.
"Kamu emang punya keinginan nikah muda, iya, kan, Cei?" tanya Aira yang di balas anggukan oleh Ceisya.
"Bukannya kamu juga?" balas Ceisya.
"Tapi ternyata kamu duluan," ucap Aira menertawakan Ceisya. "Bener kata almarhumah nenek dulu, kamu nikah lebih dulu daripada aku," kata Aira mengingat kembali ucapan mendiang neneknya beberapa tahun silam.
"Aku juga gak ada kerjaan, jadi mending nikah aja, ya kan? Lagipula daripada jadi beban orang tua, mending jadi beban suami, hehe," ucap Ceisya dengan lugunya.
"Enak banget yang bentar lagi mau punya suami, awas jangan nangis kalau di unboxing nanti," bisik Aira menggoda Ceisya.
"Ngapain nangis orang cuma unboxing kado doang?" Si Polos itu tidak paham ke mana arah pembicaraan sang kakak sepupu.
Aira tertawa pelan kemudian menoel pipi Ceisya. "Enak banget yang udah ketemu jodoh. Lah aku? Masih berharap sama Calon Jodoh," kekeh Aira mengejek dirinya sendiri.
"Tenang, Aira. Perbaiki aja diri dulu. Inget, Allah Subhanahu WA Ta'ala berfirman dalam Qur'an Surat An-Nur ayat 26 yang artinya: “Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)”, jadi kamu jangan khawatir tentang jodoh." Ceisya mulai menunjukkan sisi dewasanya pada sang kakak.
"Kamu bener, makanya aku mau jadi lebih baik supaya jodohku itu Azka," ucap Aira.
Ceisya tersenyum dan tiba-tiba ingin memberi sedikit bocoran pada Aira tentang hari lamarannya nanti.
"Aira, nanti di acara lamaran aku, pake baju yang nanti aku beliin sama Lio, ya. Soalnya itu couple sama ..." Ceisya menggantung kalimatnya membuat Aira penasaran.
"Sama siapa?" tanya Aira tak sabaran.
"Sama sepupunya Lio yang suka kamu haluin itu," ucap Ceisya dengan suara sangat kecil.
Dia sudah tau bahwa Azka adalah adik sepupunya Arcelio. Arcelio pun kini tau bahwa Aira sangat mengagumi sosok Azka. Katakanlah Ceisya cepu, tapi dia mengatakan pada Arcelio bahwa Aira sempat suka padanya. Sebagai ucapan permintaan maaf Arcelio pada Aira, Arcelio berniat mendekatkan Aira pada keluarga besarnya. Siapa tau Aira dan Azka berjodoh.
Cerita Garis Takdir ini sudah di novel-kan.
Cerita ini berisi Kisah Inspiratif berupa perjalanan kisah Aira dalam menemukan jodohnya. Dalam setiap bab, akan ada satu ayat yang InsyaAllah bisa bermanfaat bagi kita semua.
Novel Garis Takdir sudah tersedia di Shopee : penerbit.lovrinz01 *Official account Penerbit
Novel Garis Takdir open pre-order dari tanggal 2 s/d 12 Maret. Thank you 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir [SUDAH TERBIT]
Romance[PART MASIH LENGKAP - NOVEL GARIS TAKDIR BISA DI PESAN MELALUI SHOPEE PENERBIT LOVRINZ] Ketika kita menerima dengan ikhlas atas takdir hidup yang telah Allah tetapkan, maka di sanalah kelegaan dan kebahagiaan akan datang dengan perlahan. Satu hal...